Alur Strukturasi Drama Loker Karya Yulhasni

BAB IV ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TERHADAP DRAMA LOKER KARYA

YULHASNI

4.1 Strukturasi Drama Loker Karya Yulhasni

Seperti yang sudah di jelaskan pada bab sebelumnya, bahwa analisis struktural yang diterapkan pada naskah drama Loker ini merupakan langkah awal untuk mengetahui unsur-unsur yang membentuk isi dari dalam intrinsik dari naskah tersebut. Hal ini seperti apa yang telah dikatakan Teeuw 1988:135 bahwa kajian sktruktural dimaksudkan untuk membongkar, mengkaji, dan menganalis unsur pembentuk dalam dari sebuah karya sastra, yang nantinya berguna serta mendukung pembahasan selanjutnya, yaitu seperti pembahasan pada unsur ekstrinsiknya. Setelah membaca dan memahami naskah drama Loker ini, maka penulis berkesimpulan sementara bahwa unsur-unsur yang termasuk dalam unsur-unsur intrinsik adalah alur, latar, tokoh, penokohan, dan tema. Sedangkan unsur lainnya, akan dikaji dengan analisis sosiologis dan akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya.

4.1.1 Alur

Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab-akibat di dalam sebuah karya sastra. Berdasarkan hubungan tersebut, maka timbulah konflik-konflik yang membangun jalan cerita. Dalam kata lain, bahwa sebuah peristiwa berkaitan dengan peristiwa lainnya dan konflik yang satu akan berhubungan erat dengan konflik lainnya, sehingga dapat Universitas Sumatera Utara terlihat jelas alur dari sebuah cerita. Sehubungan dengan itu, Jakob Sumardjo dan Saini K.M 1988:139 mengatakan bahwa plot atau alur cerita adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lainnya dihubungkan dengan hukum sebab akibat. Artinya, peristiwa pertama menyebabkan terjadinya peristiwa kedua, peristiwa kedua menyebabkan terjadinya peristiwa ketiga, dan demikian seterusnya, hingga pada dasarnya peristiwa terakhir ditentukan oleh peristiwa pertama. Pernyataan di atas tadi senada dengan apa yang dikemukakan oleh Stanton Nurgiyantoro, 1995:113 yang menyatakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat dikatakan bahwa plot atau alur adalah rangkaian berbagai peristiwa yang saling berkaitan dan memiliki konflik yang disebakan oleh hubungan sebab akibat. Tujuannya adalah untuk menjelaskan isi cerita dan untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang isi cerita yang akan dianalisis. Selain sebagai penjalin antarperistiwa yang ada dalam sebuah cerita, alur pun juga dapat dimanfaatkan sebagai wahana untuk mencapai penjelasan efek tertentu di dalam sebuah karya sastra, diantaranya seperti menjelaskan tentang hubungan waktu temporal. Sebab sebuah peristiwa itu terjadi, pasti berhubungan dengan waktu, dan waktu itu mendukung menjelaskan tentang kapan terjadinya peristiwa tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjiman 1986:4 yang menyatakan bahwa plot atau alur adalah jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal waktu dan hubungan kausal sebab akibat. Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan kearah klimaks dan penyelesaian. Universitas Sumatera Utara Efek tertentu yang ingin dicapai tersebut, merupakan efek yang menentukan dalam menghasilkan “tegangan” antara pembaca dengan karya sastra. Efek yang membuat pembaca menjadi tertarik untuk tetap terus dan ingin mengikuti jalan cerita dari sebuah karya sastra. Efek tegangan inilah yang ingin dicapai dari sebuah karya sastra sehingga karya sastra tersebut bermanfaat bagi pembaca dan selanjutnya akan diperolehlah efek emosional dan efek artistik yang menjadi daya tarik terhadap pembaca. Pencapaian efek emosional dan efek artistik yang dihasilkan alur, erat kaitannya dengan pembaca. Analisis pembaca yang dilakukan dengan cara merekonstruksi karya sastra merupakan suatu upaya untuk menilai keberadaan alur. Dengan kata lain, upaya untuk menjelaskan apakah alur karya sastra tersebut dibangun oleh peristiwa-peristiwa yang saling berkaitan secara logis dan kronologis atau tidak sama sekali berhubungan. Hal ini senada dengan pendapat Luxemburg dkk 1989:149 yang mengatakan bahwa alur ialah konstruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logik dan kronologik saling berkaitan dan diakibatkan atau dialami oleh para pelaku. Berdasarkan berbagai pendapat di atas diketahui bahwa alur merupakan salah satu elemen yang paling penting dalam karya sastra. Elemen yang menjadikan karya sastra sebuah cerita yang menarik untuk dibaca dan dipahami disebabkan adanya konflik-konflik yang ditawarkan di dalamnya. Universitas Sumatera Utara Untuk mengetahui tentang alur yang terdapat di dalam naskah drama Loker ini, dalam kajian ini penulis menggunakan teori Brander Matthews Harymawan, 1981:17, yang membagi alur menjadi enam elemen penting, yaitu : 1. Exposition pengarang mulai melukiskan suatu keadaan. 2. Rising Action keadaan mulai memuncak. 3. Complication peristiwa-peristiwa semakin memuncak. 4. Climax peristiwa mencapai puncak. 5. Resolution jalan keluar dari semua masalah. 6. Denoument penyelesaian dari semua persoalan. Adapun pemerian dari kelima elemen tersebut, dijelaskan berdasarkan peristiwa- peristiwa yang terdapat di dalam naskah drama Loker, adalah sebagai berikut. 1. Exposition atau pelukisan keadaan awal Pelukisan keadaan awal terlihat pada saat di istana kepresidenan. Tokoh Presiden dan Sekretaris Negara sedang serius di depan laptopnya masing-masing. Mungkin mereka sibuk mempersiapkan materi rapat tahunan negara. Namun, bukan mempersiapkan materi rapat, ternyata mereka berdua malah sibuk bermain game on line di laptop mereka. Hal ini tergambar pada kutipan berikut ini. “PRESIDEN : Mati kau… Mati kau… Sikit lagi…tembak Terus…tembak…ya…ya…yaaa…Kecewa Lontonglah awak yang mati. Game over pulak…” “SEKRETARIS : Hahaha Yes Yes Menang lagi”halaman 123. Universitas Sumatera Utara Lalu tokoh Sekuriti datang untuk memberikan laporan dan mengingatkan Presiden bahwa rapat tahunan negara Krutak-Krutuk akan segera dimulai, namun tindakan Sekuriti itu dianggap sebagai perbuatan yang mengganggu kegiatan Presiden dan Sekretaris Negara. Hal ini tergambar pada kutipan berikut. “SEKURITI : Dengan suara yang keras dan lantang Lapor Mister Presiden Rapat Tahunan Negara Krutak-Krutuk, 5 menit lagi akan dilaksanakan Laporan selesai ” “PRESIDEN : Terkejut dan marah Hei Borjong Lancang kuning kali kau. Kalau mau masuk kau telepon dulu Ibu Sekretaris. Dan kalau ngomong tak usah pake toa. Kau pikir kami pekak.”halaman 123. 2. Rising Action atau keadaan mulai memuncak Keadaan mulai memuncak ketika tokoh Presiden memulai rapat tahunan dengan para pejabat tinggi lainnya, seperti para Menteri dan Sekretaris Negara. Presiden memerintahkan para Menteri untuk memberikan laporan tentang permasalahan tenaga kerja dan lowongan pekerjaan di Negara Krutak-Krutuk, serta sudah sampai mana penyelesaian dari masalah tersebut. Hal ini tergambar pada kutipan berikut ini. “SEKRETARIS : Rapat Tahunan Negara Krutak-Krutuk akan dimulai. Yang terhormat Mister Presiden dipersilahkan untuk membukanya. Kepada para menteri dan pejabat istana dimohon untuk berdiri.” “PARA MENTERI : Serentak Kami kan masih berdiri.” “SEKRETARIS : Maaf, para menteri dan pejabat Negara dimohon duduk sejenak Para menteri dan pejabat negara duduk sejenak Kepada para menteri dan pejabat istana dimohon untuk berdiri Para menteri dan pejabat negara berdiri kembali.”halaman 125. Universitas Sumatera Utara 3. Complication atau peristiwa-peristiwa semakin memuncak Peristiwa-peristiwa semakin memuncak ketika semua menteri dan pejabat Negara telah memberikan laporan tentang penyelesaian masalah negara, tetapi Presiden menganggap bahwa kerja para pejabatnya tidak becus, terutama tokoh PUU atau Pakar Undang-Undang yang bertugas mengatur perundang-undangan negara tentang permasalahan lowongan pekerjaan. Hal ini terlihat pada kutipan berikut ini. “PRESIDEN : Dalam UU Tenaga Kerja kita, apa sanksi bagi orang yang tidak mau melamar pekerjaan ?” “MENTEGA : Kalau urusan undang-undang, bukan saya pakarnya, Mister Presiden. Itu Menunjuk PUU.” “PRESIDEN : O, iya. Saya kira tidak ada orang di situ Menunjuk PUU” “PUU : Sebentar, Mister Presiden Mengambil dan membuka kitab undang-undang, kemudian membacanya keras-keras Dalam Undang-Undang Tenaga Kerja Negara Krutak-Krutuk : pasal 30, ayat 31, junto 32 berbunyi sebagai berikut “ Barang siapa yang dengan sengaja atau dengan tidak sengaja menolak pekerjaan atau proyek yang diberikan Negara, maka barang siapa tersebut telah melakukan tindakan subversive dan diancam hukuman penjara 10 tahun, potong subside kurungan 5 bulan, denda 5 M”.” “PRESIDEN : Sudah berapa ribu orang yang diancam dan dipenjara ?” “PUU : Menurut data yudikatif yang saya terima, belum ada, Mister Presiden.” “PRESIDEN : Heran Jadi, kerja kalian apa ? Menunjuk kepala PUU.” “PUU : Maaf, Mister Presiden. Setelah dikaji-kaji, ternyata UU Tenaga Kerja kita ini sangat lemah secara perdata maupun pidana. UU ini juga melanggar HAM.” “PRESIDEN : Maksud kau ?” Universitas Sumatera Utara “PUU : Begini, dalam UU tersebut tersirat dengan jelas bahwa, yang diancam hukuman adalah ‘barang siapa’ atau ‘barangnya’ bukan orangnya. Kan tidak mungkin kita menghukum ‘barangnya’.” “MENDIKTOLOGI : Betul Mister Presiden Membicarakan ‘barang’ orang lain di tempat umum itu aib Apalagi kalau ‘barangnya’ itu diancam- ancam dan dipenjara. Kita bisa gawat, bisa dituduh telah melakukan pelecehan. Pornografi ” “MENTEGA : Itu namanya pencemaran nama baik. Hukumannya penjara seumur hidup.” “PRESIDEN : Marah Kalau begitu, secepatnya dalam waktu 1 x 24 jam harus dilakukan Rapat Paripurna. UU Tenaga Kerja itu harus direvisi. Hapus semua kata ‘barang’, ganti dengan kata orang. Paham ? Kalian semua lambat, tidak inisiatif. Kampungan Kalian amplas Perlu didaur ulang Berlalu meninggalkan para menteri. Tapi, tiba-tiba….”halaman 129. 4. Climax atau peristiwa mencapai puncak Peristiwa-peristiwa mencapai puncak ketika tokoh Agen gagal merekrut dua orang tokoh yaitu Kriyak dan Kriyuk untuk menjadi tenaga kerja di perusahaan terpercaya Negara Krutak- Krutuk. Lalu, ditambah lagi dengan peristiwa tokoh Direktur perusahaan Negara sedang sibuk menunggu orang-orang yang melamar pekerjaan, dan juga menunggu Humas yang memberitahukan situasi dan kondisi lowongan pekerjaan, tenaga kerja, dan perkembangan yang terjadi. Tokoh Humas datang dengan tergopoh-gopoh dan memberikan informasi dengan kebingungan. Hal ini tergambar pada kutipan berikut ini. “HUMAS : Gawat. Gawat. Hancur kita. Seharusnya ini tidak boleh terjadi. Reputasi kita di mata dunia internasional bisa anjlok. Saham kita jatuh pada level terendah. Ini memalukan.” “DIREKTUR : Hei…hei…hei Nggak ada badai, nggak ada angin. Tiba-tiba kau merepet. Ada apa ? Ha…ada apa ? Apa yang kau makan tadi, sampai muncungmu itu komat-kamit seperti dukun. Kau kepijak tuyul ya.” Universitas Sumatera Utara “HUMAS : Gawat. Gawat sekali. Ini tragedi namanya. Koran-koran menulis semuanya. Televisi tayang langsung. Berulang-ulang dengan narasumber berbeda. Ini melebihi tsunami. Kiamat…ini namanya kiamat. Dapat dua, lepas empat. Sebuah neraca yang tidak berimbang.” “DIREKTUR : Hei… Kau kenapa ? Tenang dulu. Jangan panik.” “HUMAS : Kejadian ini tidak boleh terulang lagi. Ini namanya aib perusahaan. Aib negara.” “DIREKTUR : Mulai emosi Pantatnya anak ini. Macam betul aja pun. Kau kenapa ? Sudah minum obat cacing kau ?” “HUMAS : Mulai sedikit tenang dan sedikit gelapan Aduh maaf, Direktur. Aku tadi tidak tahu. Anda rupanya di sini. Aku kira siapa.” “DIREKTUR : Jadi kau pikir tadi aku ini hantu, penampakan.” “HUMAS : Maaf. Dengan jari 20 aku minta maaf. Saya panik. Betul-betul panik. Stres…Stres…Alamak…Gawat…Gawat.” “DIREKTUR : Tenang kau dulu. Tarik nafas dalam-dalam. Lepaskan. Tarik lagi, lalu lepaskan sambil berteriak…Hah…” “HUMAS : Menirukan perintah Direktur. Setelah sadar… Ah, macam latihan teater aja pun. Saya ini pusing, Direktur.” “DIREKTUR : Pusing kenapa ?. Tak pernah kulihat kau sepusing ini.” “HUMAS : Empat orang karyawan kita kabur ke luar negeri.” “DIREKTUR : Apa kau bilang. Coba ulangi kalimat terakhir tadi.” “HUMAS : Empat orang karyawan kita kabur ke luar negeri.” “DIREKTUR : Empat orang karyawan kita kabur. Kau tidak mimpi kan ?” “HUMAS : Betul, Direktur. Kejadiannya serba mendadak. Selepas makan siang, empat karyawan kita itu sudah meletakkan bad-namanya dan menyatakan mundur. Aku sendiri tidak tahu kejadiannya. Tapi, satpam menceritakan, keempat karyawan kita itu pergi tidak membawa apa-apa.” “DIREKTUR : Satpam tidak menahannya ?” Universitas Sumatera Utara “HUMAS : Sudah. Tapi gagal.” “DIREKTUR : Ini gawat. Benar-benar gawat…gawat.” “HUMAS : Dari tadi juga kubilang gawat. Anda saja yang terlambat sadar.” “DIREKTUR : Sudah mengadu ke dewan ?” “HUMAS : Sudah, tapi tidak ada orang.” “DIREKTUR : Ke mana semua ?” “HUMAS : Studi banding ke Korea.” “DIREKTUR : Gawat. Sebaiknya kita tinggalkan tempat ini, sebelum Sekuriti memanggil kita. Kirim email ke semua kolega kita. Nyatakan, hari ini sebagai Hari Berkabung Nasional.”halaman 137-139. Mereka berdua pun bergegas pergi meninggalkan lobi istana, karena takut jika Presiden tahu, maka mereka berdua akan terkena imbasnya. 5. Resolution atau jalan keluar dari semua masalah Jalan keluar dari semua masalah adalah ketika di istana negara Krutak-Krutuk akan dilaksanakannya Rapat Dewan Ketahanan Nasional, untuk membicarakan penyelesaian dari masalah negara tersebut. Dalam rapat ini Presiden bukan langsung mengajak pejabat istananya untuk langsung membicarakan tentang materi rapat, tetapi malah sibuk menanyakan upeti dan hadiah dari pejabatnya itu untuk memenuhi kepentingan dan kesenangannya sendiri. Hal ini tergambar pada kutipan berikut ini. “SEKURITI : Dengan suara yang keras dan lantang Lapor Mister Presiden Rapat Tahunan Negara Krutak-Krutuk, 5 menit lagi akan dilaksanakan Para menteri dan pejabat Negara sudah Universitas Sumatera Utara diperiksa. Tidak ditemukan klewang dan senpi. Narkoba dan miras juga tidak terdeteksi, apalagi bom. Laporan selesai ” “PRESIDEN : Bagaimana dengan upeti ?” “SEKURITI : Upeti juga tidak ada. Laporan selesai Kembali ke pos monyet.” “PRESIDEN : O…Jadi kalian tidak membawa upeti ? Sekretaris catat ”halaman 139-140. 6. Denoument atau penyelesaian Penyelesaian cerita atau kisah pada naskah drama Loker ini ketika kedua pelamar kerja yaitu Kriyak dan Kriyuk pergi dari istana kepresidenan dan datanglah Menlu yang merupakan adik ipar dari Presiden, namun Presiden mengusirnya tanpa ada alasan yang jelas. Hal ini tergambar pada kutipan berikut ini. “MENLU : Menyapa Kriyak dan Kriyuk dengan bahasa Inggris serampangan … Haloooo… My friends. Kriyak dan Kriyuk. What event… What…Get out Menlu marah I’m hungry… Mister Presiden ” “MENLU MARAH-MARAH LALU MEMBENTAK DAN MEMAKI-MAKI MISTER PRESIDEN DENGAN BAHASA INGGRIS” “MENLU : you crazi … Is my friends…. Yu now ….. bulsihhitttt ” “PRESIDEN : Get out Keluar Keluarrrr ” “MENLU : Yu usir I… Oke… Oke… Ladies and gentlemen, I’m…. out” “PRESIDEN : Keluar kau ”halaman 141-142. Lalu rapat dilanjutkan dan tiba-tiba muncul Ibu Negara dan adiknya yaitu Menlu ke dalam ruang sidang dengan menghunus sebilah kelewang, lalu memotong pembicaraan dengan lantang. Kemarahan Ibu Negara yang didasari oleh sikap Presiden yang mengusir adiknya menjadi alasan Universitas Sumatera Utara utamanya dan akibatnya rapat dibubarkan dan permasalahan yang terjadi di negara Krutak- Krutuk belum tuntas juga. Hal ini tergambar pada kutipan di bawah ini. “PRESIDEN : Lanjutkan ” “SEKRETARIS : Rapat Dewan Ketahanan Nasional, dilanjutkan ” “PARA MENTERI DAN PEJABAT ISTANA : Rapatnya kan belum dibuka ?”halaman 142. “TIBA-TIBA DARI LUAR MUNCUL IBU NEGARA DAN ADIKNYA MENLU. DI TANGANNYA MENGHUNUS SEBILAH KELEWANG. LALU MEMOTONG PEMBICARAAN DENGAN LANTANG”. “IBU NEGARA : Saya yang membuka dan saya yang menutup.” “PRESIDEN : Mama Apa-apaan ini. Ini rapat DKN, Ma. Mama sudah sedeng ya…” “IBU NEGARA : O… Jadi Papa yang mengusir adekku ya. Papa malu ya mentang- mentang adekku ini bodoh. Biarpun dia bodoh, tapi dia jago bahasa Inggris. Gaya dan penampilannya ke barat-baratan. Jadi, ini semua balasan yang Papa berikan atas layanan dan loyalitas Mama.” “PRESIDEN : Mama…, maksud Papa bukan begitu. Tingkah Mama itu, kayak anak-anak.” “IBU NEGARA : Apa ?? Papa bilang ini semua karena anak. Jadi, semua gara- gara aku gak bisa kasih anak. Yang mandul itu siapa? Aku atau kau Menyesal… Menangis sekuat-kuatnya Semua bubar Keluar ” “SUASANA RAPAT DEWAN KETAHANAN NASIONAL KACAU BALAU. PARA MENTERI DAN PEJABAT ISTANA KUCAR-KACIR. IBU NEGARA MENGACUNG-ACUNGKAN KELEWANG DAN MENGEJAR PRESIDEN.”halaman 142-143. Universitas Sumatera Utara

4.1.2 Latar

Dokumen yang terkait

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA RT 0 RW 0 KARYA IWAN SIMATUPANG: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Kritik Sosial Dalam Naskah Drama Rt 0 Rw 0 Karya Iwan Simatupang: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Indonesia Di SMA.

0 2 17

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA RT 0 RW 0 KARYA IWAN SIMATUPANG: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Kritik Sosial Dalam Naskah Drama Rt 0 Rw 0 Karya Iwan Simatupang: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Indonesia Di SMA.

2 8 12

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA MONOLOG Kritik Sosial Dalam Naskah Drama Monolog Surat Kepada Setan Karya Putu Wijaya: Telaah Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra.

1 11 11

PENDAHULUAN Kritik Sosial Dalam Naskah Drama Monolog Surat Kepada Setan Karya Putu Wijaya: Telaah Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra.

3 13 10

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA MONOLOG Kritik Sosial Dalam Naskah Drama Monolog Surat Kepada Setan Karya Putu Wijaya: Telaah Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra.

0 11 22

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL KALATIDHA KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Kritik Sosial Dalam Novel Kalatidha Karya Seno Gumira Ajidarma: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 0 13

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL KALATIDHA KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Kritik Sosial Dalam Novel Kalatidha Karya Seno Gumira Ajidarma: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 1 13

KRITIK SOSIAL DALAM KUMPULAN PUISI LALU AKU KARYA RADHAR PANCA DAHANA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Kritik Sosial Dalam Kumpulan Puisi Lalu Aku Karya Radhar Panca Dahana: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 1 12

KRITIK SOSIAL DALAM KUMPULAN PUISI LALU AKU KARYA RADHAR PANCA DAHANA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Kritik Sosial Dalam Kumpulan Puisi Lalu Aku Karya Radhar Panca Dahana: Tinjauan Sosiologi Sastra.

2 10 13

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA FURCHT UND ELEND DES DRITTEN REICHES KARYA BERTOLT BRECHT: ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA.

3 13 194