Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan hasil ciptaan dan kreativitas pengarang yang menggambarkan segala peristiwa yang dialami masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Pengarang menciptakan sebuah karya sastra berdasrkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Jabrohim 2001:167 mengatakan bahwa karya sastra adalah hasil pikiran pengarang yang menceritakan segala permasalahan itu karena pengarang berada dalam ruang dan waktu. Di dalam ruang dan waktu tersebut pengarang senantiasa terlibat dengan beraneka ragam permasalahan. Dalam bentuknya yang paling nyata, ruang dan waktu tertentu itu adalah masyarakat atau sebuah kondisi sosial, tempat berbagai pranata nilai di dalamnya berinteraksi. Wellek dan Austin 1984:276 mengatakan bahwa karya sastra adalah hasil ciptaan seorang pengarang yang menggambarkan segala peristiwa yang dialami masyarakat di dalam kehidupan. Karya sastra tersebut memiliki kebenaran atau realitas yang menjelaskan tentang interaksi antarmasyarakat berdasarkan pengamatan dan pengalamannya terhadap kehidupan. Oleh karena itu, dari beberapa pendapat di atas menjelaskan bahwa karya sastra tidak dapat berdiri sendiri atau bersifat otonom, melainkan sesuatu yang erat kaitannya dengan situasi dalam kondisi lingkungan tempat karya itu diciptakan. Permasalahan yang terjadi dalam situasi dan kondisi lingkungan masyarakat tersebut digambarkan oleh pengarang dalam sebuah karya sastra harus dilakukan secara baik dan selektif, sehingga unsur utile dan dulce, yaitu unsur yang bersifat hiburan dan bermanfaat dapat tercapai. Sesuai dengan pendapat Horatius Sudjiman, Universitas Sumatera Utara 1988:12 yang mengatakan bahwa karya sastra memang bersifat utile et dulce ; menyenangkan dan bermanfaat. Selain itu, karya sastra juga memiliki struktur, tujuan estetik, saling keterkaitan atau koherensi, dan menimbulkan dampak tertentu serta yang paling terpenting adalah sastra menciptakan tiga dimensi atau dunia, yaitu pengarang, karya sastra, dan pembaca. Secara umum sastra memiliki beberapa bentuk, salah satunya adalah drama. Drama memiliki pengertian yang cukup luas. Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ,1995:243, kata drama berarti ‘dua cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater.’ Menurut Tjahjono 1988:186,”Kata drama berasal dari bahasa Yunani yang berarti action dalam bahasa Inggris, dan gerak dalam bahasa Indonesia. Jadi secara mudah drama dapat kita artikan sebagai bentuk seni yang mengungkapkan perihal kehidupan manusia melalui gerak atau action dan percakapan atau dialog.” Sebenarnya cukup banyak pengertian drama. Pengertian drama dengan sendirinya menyangkut ciri-cirinya, antara lain : 1 Drama merupakan kehidupan yang disajikan dalam gerak; 2 merupakan lakon yang dipentaskan di atas panggung; 3 memiliki hubungan yang erat dengan cabang seni lainnya seperti seni sastra, dan yang lainnya. Drama merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, dan hampir seluruh kegiatan masyarakat dapat dijadikan bahan yang dibutuhkan oleh drama itu sendiri. Drama dalam hubungannya dengan kesusastraan merupakan salah satu jenis karya sastra yang sudah tua usianya. Menurut sejarah, drama berasal dari zaman Yunani Kuno, yakni sekitar tahun 600 SM. Saat itu drama diselenggarakan pada upacara-upacara keagamaan terutama untuk menghormati Universitas Sumatera Utara dewa Dionysus, sebagai dewa anggur dan kesuburan. Menurut Sumardjo 1986:4 sekitar tahun 600 SM, dalam upacara-upacara agama, masyarakat mengadakan festival tari dan nyanyi untuk menghormati dewa Dionysus yakni dewa anggur dan kesuburan. Kemudian menyelenggarakan sayembara drama dengan tujuan yang sama dan sayembara drama yang pertama kali diadakan pada tahun 534 SM di Athena. Sayembara drama waktu itu adalah sebuah pertunjukkan tragedi. Di Indonesia, perkembangannya diawali sandiwara tradisional atau teater rakyat. Sebelum abad ke-20 belum ada naskah drama yang dimunculkan, yang ada hanya kisah-kisah yang disajikan secara lisan dan dipertunjukkan di istana atau lapangan. Penulisan naskah drama atau lakon mulai timbul pada zaman Pujangga Baru sekitar tahun 1920-an dan mulai hidup antara tahun 1940-1960. Setelah tahun 1970-an, berkembanglah bentuk-bentuk eksperimental pengaruh teater kontemporer Barat. Teknik penulisan naskah lakon pun berkembang seiring sikap kreatif para seniman. Dari dua indikasi di atas, yaitu tentang sejarah drama dan penulisan naskah drama itu sendiri menjelaskah bahwa drama adalah karya sastra yang ditulis dan bertujuan untuk dipentaskan kepada khalayak ramai atau di depan publik. Harymawan 1988:2 mengatakan bahwa drama adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh banyak orang banyak, dengan medianya adalah percakapan, gerak dan laku, yang didasarkan pada naskah yang tertulis. Batasan yang diberikan oleh Harymawan di atas menekankan bahwa drama ditulis atau disusun haruslah dengan baik dan sistematis, baik dialognya maupun penjelasan-penjelasan pentas stage dan gerakan-gerakan action yang dimainkan oleh aktor. Jadi, drama ditulis berdasarkan syarat-syarat pementasan dan kesastraan. Universitas Sumatera Utara Jika dikaji lebih mendalam, beberapa uraian pendapat tersebut menjelaskan bahwa drama terbagi lagi menjadi tiga jenis : 1 drama tradisional, 2 drama modern, dan 3 drama kontemporer. Akan tetapi, seiring perkembangan drama yang dikenal sekarang hanya ada dua jenis, yaitu drama tradisional dan modern. Sejak drama tidak lagi bersifat improvisasi yang dipergunakan dalam drama tradisional atau sering disebut teater, tetapi sudah berdasarkan naskah yang sudah dipergunakan dalam drama modern maka drama tersebut merupakan karya sastra. Sebagai satu hasil sastra maka drama kita sebut sebagai drama tulis atau bisa disebut juga drama baca. Oleh karena itu, unsur- unsur yang terdapat pada genre sastra yang lain seperti novel dan cerpen juga terdapat pada drama. Drama juga memiliki unsur intrinsik yang meliputi alur, latar, tokoh, penokohan, tema, sudut pandang, dan gaya bahasa. Selain itu, juga terdapat unsur ekstrinsik, seperti unsur moral, etika, pendidikan, sosial dan sebagainya. Brahim 1968:55 mengatakan,”Sebagai hasil seni sastra, maka drama pun mempunyai sifat-sifat yang bersamaan dengan cabang-cabang kesusasteraan yang lain ; puisi dan prosa. Drama memiliki unsur-unsur ; pertama unsur budi intellectual element, kedua unsur perasaan emotional element, ketiga unsur imajinasi element of imagination, keempat gaya the technical element, or the element of composition and style.” Drama memiliki dua tujuan, yaitu drama yang dipentaskan dan drama yang hanya untuk dibaca. Drama sebagai bacaan disebut drama baca closet drama. Alur dalam drama merupakan berbagai peristiwa yang menggambarkan sebuah cerita, menurut Jassin 1977:88 mengatakan bahwa drama adalah rentetan kejadian yang merupakan cerita. Dengan demikian, drama disusun berdasarkan peristiwa demi peristiwa yang saling berkaitan, dimulai dengan perkenalan, penggawatan, dan penyelesaian. Jadi, drama juga Universitas Sumatera Utara memiliki alur cerita yang sama dengan karya sastra lainnya. Selain itu alur dan unsur lain dalam drama akan berusaha menggambarkan tema dan unsur ekstrinsiknya yaitu tentang permasalahan sosial ataupun budaya. Sebenarnya kekuatan drama sebagai karya sastra terletak pada konflik, baik itu konflik batin maupun konflik antartokoh. Konflik ini akan menjelaskan tentang berbagai masalah yang menjadi pembahasan pada kritik sosial dan untuk mengetahuinya tentu kita harus melihat dari aspek dialog yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Dalam proposal ini peneliti akan menganalisis drama yang berjudul Loker karya Yulhasni. Drama Loker adalah salah satu dari 10 drama lainnya yang diterbitkan oleh kelompok teater kampus yaitu Teater ‘O’ Universitas Sumatera Utara. Bersama 9 drama lainnya, drama Loker ini disusun dalam bentuk buku antologi kumpulan drama Teater ‘O’ yang diterbitkan dengan judul buku Raja Tebalek, 10 Naskah Drama Teater ‘O’. Drama Loker karya Yulhasni ini terdiri dari 24 halaman dari jumlah keseluruhan halaman buku yaitu 224 halaman. Drama Loker ini berada pada urutan ke-6 enam dalam buku antologi drama Raja Tebalek bersama 9 drama lainnya, seperti Raja Tebalek, Sayembara Bohong, Gara-Gara, Tukang Sapu dan Pengantar Koran karya Yusrianto Nasution, Juru Runding karya Yulhasni, Amuk Aceh, Tarian Terakhir karya Mukhlis Win Ariyoga, dan Lena Tak Pulang karya M.Ramadhan Batubara. Drama Loker karya Yulhasni ini dibuat pada Maret 2007 dan dipentaskan di Taman Budaya Sumatera Utara pada 12 Mei 2007, dalam rangka Parade Teater oleh Kampusi Promo yang bertajuk Sabtu Ketawa bersama 5 kelompok teater lainnya seperti D’Lick Teater Team, Teater Anak Negeri dan yang lainnya. Sementara buku antologi drama Raja Tebalek diluncurkan pada Oktober 2009 lalu. Drama Loker ini merupakan salah satu karya dari seorang sastrawan atau pengarang Indonesia, khususnya Sumatera yang lahir di Payakumbuh, Sumatera Barat pada 25 Oktober 1972. Ia Universitas Sumatera Utara termasuk salah satu pendiri sekaligus angkatan pertama Teater ‘O’ USU. Berkenaan dengan peranannya dalam teater, ia lebih aktif di bidang penulisan naskah, tata artistik dan tim produksi non art. Ia menggeluti dunia penulisan kesusastraan, khususnya cerpen dan esai sastra budaya setelah memasuki Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra USU, tepatnya pada tahun 1991. Yulhasni termasuk orang yang paling aktif menghasilkan naskah drama untuk Teater ‘O’ USU dan naskah dramanya yang berjudul Raja Minyak terpilih dalam 5 Naskah Drama Terbaik Dewan Kesenian Sumatera Utara. Drama Loker karya Yulhasni ini merupakan representasi dari kritik sosial seperti masalah pekerjaan, pendidikan, korupsi, kolusi, nepotisme, dan yang lainnya. Berbagai permasalahan ini melanda negara yang bernama Krutak-Krutuk yang kewalahan mencari tenaga kerja. Dalam drama ini diceritakan bahwa ribuan tempat pekerjaan di Negara tersebut saling bersaing ketat untuk mencari tenaga kerja, namun hasilnya tetap saja sedikit yang mau melamar pekerjaan. Berbagai cara dilakukan agar rakyat di Negara itu bersedia untuk melamar dan menjadi tenaga kerja di tempat pekerjaan atau perusahaan yang ada, mulai lowongan kerja yang disebarkan dalam bentuk selebaran, iklan, brosur, sampai koran, televisi dan radio kewalahan menampung iklan lowongan pekerjaan itupun tetap saja minim minat pelamar kerja. Bahkan, meski harga iklan dipasang 100 juta sekali terbit, tetap membuat animo pemasang iklan lowongan pekerjaan semakin tinggi dan animo pelamar tetap saja menunjukkan tingkat rendah. Sejumlah tempat pekerjaan memang sempat menerima lamaran pekerjaan dari orang-orang, tetapi mereka gagal merekrut tenaga kerja karena berbagai alasan yang tidak jelas. Pemerintah negara Krutak-Krutuk mengeluarkan UU Loker yang intinya memaksa setiap rakyatnya melamar pekerjaan. Tapi tetap saja UU itu tidak dipatuhi. Sebenarnya pokok permasalahan yang terjadi di Negara Krutak-Krutuk adalah setiap individu masyarakatnya, baik pelamar kerja, pencari tenaga Universitas Sumatera Utara kerja hingga pemerintahannya sudah bobrok moral dan sikapnya, seperti terjadi praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam hal pekerjaan, lalu seorang pemimpin dan para petinggi negara yang seharusnya bertanggung jawab terhadap tugas yang mereka emban malah berlaku sebaliknya dan banyak permasalahan lainnya. Oleh sebab itu, drama Loker karya Yulhasni ini sangat tepat untuk dijadikan media representatif bagi kritik sosial yang menceritakan tentang masalah pekerjaan dan pendidikan karena semua masalah tersebut seakan menjelaskan situasi dan kondisi sosial, baik di lingkungan tempat kita tinggal maupun lingkungan lainnya walaupun penceritaannya terkadang bersifat kontras dengan kenyataan. Dengan alasan di atas, peneliti merasa tertarik untuk menganalisis drama Loker ini dari segi sosiologi sastranya, karena karya sastra adalah media untuk menyampaikan pesan dan tema yang memberikan gambaran apa saja tentang kehidupan yang sifatnya individual dan bernegara. Selain itu, sepengetahuan peneliti, drama ini belum pernah dianalisis dari segi sosiologi sastranya.

1.2 Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA RT 0 RW 0 KARYA IWAN SIMATUPANG: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Kritik Sosial Dalam Naskah Drama Rt 0 Rw 0 Karya Iwan Simatupang: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Indonesia Di SMA.

0 2 17

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA RT 0 RW 0 KARYA IWAN SIMATUPANG: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Kritik Sosial Dalam Naskah Drama Rt 0 Rw 0 Karya Iwan Simatupang: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Indonesia Di SMA.

2 8 12

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA MONOLOG Kritik Sosial Dalam Naskah Drama Monolog Surat Kepada Setan Karya Putu Wijaya: Telaah Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra.

1 11 11

PENDAHULUAN Kritik Sosial Dalam Naskah Drama Monolog Surat Kepada Setan Karya Putu Wijaya: Telaah Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra.

3 13 10

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA MONOLOG Kritik Sosial Dalam Naskah Drama Monolog Surat Kepada Setan Karya Putu Wijaya: Telaah Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra.

0 11 22

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL KALATIDHA KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Kritik Sosial Dalam Novel Kalatidha Karya Seno Gumira Ajidarma: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 0 13

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL KALATIDHA KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Kritik Sosial Dalam Novel Kalatidha Karya Seno Gumira Ajidarma: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 1 13

KRITIK SOSIAL DALAM KUMPULAN PUISI LALU AKU KARYA RADHAR PANCA DAHANA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Kritik Sosial Dalam Kumpulan Puisi Lalu Aku Karya Radhar Panca Dahana: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 1 12

KRITIK SOSIAL DALAM KUMPULAN PUISI LALU AKU KARYA RADHAR PANCA DAHANA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Kritik Sosial Dalam Kumpulan Puisi Lalu Aku Karya Radhar Panca Dahana: Tinjauan Sosiologi Sastra.

2 10 13

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA FURCHT UND ELEND DES DRITTEN REICHES KARYA BERTOLT BRECHT: ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA.

3 13 194