Analisis Penerapan Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pada PT. Karya Muda Nasional

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Agus, Sukrisno, 2007. Akuntansi Perpajakan, PT. Salemba Empat, Jakarta

Baridwan, Zaki, 2004. Intermediate Accounting, edisi kedelapan, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, Yogyakarta.

Gunadi, 2002. Akuntansi Pajak, edisi Revisi, cetakan kedelapan, Grasindo Gramedia, Jakarta.

Harahap sofyan syafri, (2002), Akuntansi Aktiva Tetap, PT. Raja Grafindo, Jakarta.

Heridayanti, 2010. Analisis Perhitungan Penyusutan Akuntansi Aktiva Tetap

Menurut Undang-Undang Perpajakan pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan,tidak dipublikasikan, Medan.

Hongren, dkk, 1997. Akuntansi di Indonesia, PT. Salemba Empat, Jakarta. Mardiasmo, 2009. Perpajakan, Edisi Revisi 2009, CV Andi Offset, Yogyakarta. Muljono dan Baruni, 2009. Akuntansi Pajak Lanjutan, CV Andi Offset,

Yogyakarta.

Pardiat, 2009. Akuntansi Pajak Lanjutan, Mitra Wacana Media, Jakarta.

Pranata, Yudhi, 2006. Analisis Akuntansi Aktiva Tetap Atas UU Pajak pada PT

PDAM Tirtanadi, tidak dipublikasikan, Medan

Resmi, Siti, 2008. Perpajakan : Teori dan Kasus, PT. Salemba Empat, Jakarta. Sudjana, 2002. Metoda Statistika, edisi Revisi, cetakan ke enam, PT. Tarsito,

Bandung.

Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis, cetakan satu, edisi ke-1, CV Alfabeta, Bandung

Suryadi, 2007. Akuntansi Intermediate, Jilid 1, PT. Erlangga, Jakarta

Susanti, Yulia, 2005. Analisis Perbedaan Akuntansi Aktiva Tetap Menurut UU

Pajak dan SAK Pada PT Sarana Agro Industri Belawan, tidak


(2)

Waluyo, 2010. Perpajakan Indonesia, PT. Salemba Empat, Jakarta. Undang-Undang :

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan STDD Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007.

Udang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan STDD Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor : KEP-220/PJ/2002 tentang penyusutan jenis aktiva tertentu.

Internet:


(3)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data dengan cara menyajikan, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penelitian.

3.2Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penulis melakukan penelitian pada PT. Karya Muda Nasional yang beralamat Jl. Lintas Sumatera Tamiang Kotanopan, Kab. Mandailing Natal.

3.2.2Waktu Penelitian

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Tahun 2013

Februari Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pra Riset

2 Penulisan Proposal 3 Bimbingan Proposal

4 Riset

5 Penulisan Skripsi 6 Bimbingan Skripsi


(4)

3.3 Batasan Operasional

Mengingat keterbatasan waktu penelitian, maka peneliti membatasi masalah penelitian pada ruang lingkup penyusutan aktiva tetap bukan bangunan menurut Undang-undang Perpajakan, dengan alasan aktiva tetap bukan bangunan lebih beragam jenis dan pengelompokannya, sehingga kemungkinan kesalahan lebih banyak terdapat pada aktiva tetap bukan bangunan.

3.4 Defenisi Operasional

Adapun defenisi operasional variabel yang dapat diambil penulis disini adalah aktiva tetap merupakan harta berwujud yang dimiliki perusahaan sifatnya relatif permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan untuk mendukung usahanya dalam menghasilkan pendapatan. Penyusutan adalah proses alokasi harga menjadi alokasi biaya (cost alocation), sehingga biaya tersebut mengurangi laba usaha. Akuntansi penyusutan aktiva tetap adalah suatu sistem akuntansi yang bertujuan untuk membagi harga perolehan atau nilai dasar lain dari aktiva tetap berwujud dikurangi nilai sisa (jika ada), selama kegunaan umur unit yang ditaksir (mungkin berupa kumpulan aktiva-aktiva) dalam suatu cara yang sistematis dan rasional. Untuk itu penulis membuat kisi-kisi observasi sebagai berikut:

Tabel 3.2

Instrumen Penelitian yang diambil Berdasarkan Observasi/ Wawancara

KOMPONEN TOTAL

1. Metode Peyusutan

2. Estimasi Pengalokasian Beban

3 1


(5)

Untuk mengukur variabel-variabel tersebut digunakan lembaran observasi yang terdiri dari 4 jawaban yang merentang dari “sangat tepat” sampai “tidak tepat” dan setiap jawaban diberi bobot sebagai berikut :

Sangat tepat (ST) = 4 Tepat ( T ) = 3 Kurang Tepat (KT) = 2 Tidak Tepat (TT) = 1

3.5Jenis dan Sumber Data 3.5.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam melakukan ini adalah data dokumenter, yaitu jenis data yang antara lain berupa : Neraca, Laporan Laba Rugi, Daftar Aktiva tetap dan Akumulasi Penyusutannya.

3.5.2 Sumber Data

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari perusahaaan atau dari sumber datanya (tidak melalui media perantara) yang berkenaan dengan aktiva tetap

2. Data sekunder yaitu data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data 3. Penerapan Metode Peyusutan

4. Pencatatan Perkiraan Aktiva Tetap

3 3


(6)

sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. 3.6Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam rangka pengumpulan data adalah:

1. Observasi yaitu tehnik pengumpulan data dengan cara dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian.

2. Wawancara (interview) yaitu merupakan teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada subjek penelitian.

3. Dokumentasi yaitu mempelajari dan menelaah dokumen-dokumen atau catatan-catatan yang terdapat di perusahaan yang ada hubungannya dengan pengakuan pendapatan dan beban dalam perusahaan.

3.7Metode Analisis Data

Metode analisis statistik deskriptif berkenaan dengan bagaimana data dapat digambarkan (dideskripsikan) atau disimpulkan baik secara numerik (misal menghitung rata-rata dan deviasi standar) atau secara grafis (dalam bentuk tabel atau grafik) untuk mendapatkan gambaran sekilas mengenai data tersebut sehingga lebih mudah dibaca dan bermakna.

Menurut Sudjana (2002 : 67) hasil observasi dihitung dengan metode nilai rata-rata (x) dengan menggunakan rumus yaitu:

��= ∑ �� � Keterangan:


(7)

N = Jumlah unsur observasi ∑ �� = Total nilai observasi

Untuk mendiskripsikan hasil, dianalisa dengan menggunakan range interval. Adapun rumus untuk jarak pengukuran (range) dan jumlah interval adalah :

Range = Batas tertinggi – batas terendah interval

Range = 4−1 4

Range = 0,75 Dengan ketentuan:

3,26 - 4,00 = perhitungan penyusutan aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan sangat baik, sesuai dengan Undang-Undang pajak

2,51 - 3,25 = perhitungan penyusutan aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan baik, sesuai dengan Undang-Undang pajak

1,76 - 2.50 = perhitungan penyusutan aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan kurang baik, sesuai dengan Undang-Undang pajak

1,00 - 1,75 = perhitungan penyusutan aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan tidak baik, sesuai dengan Undang-Undang pajak


(8)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi sebagai teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data yang ada untuk menarik kesimpulan mengenai hasil penelitian. Hal ini disebabkan karena observasi memiliki ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik analisis lainnya, karena observasi tidak terbatas hanya pada orang tetapi juga pada objek benda yaitu berupa aktiva tetap.

Dari hasil observasi yang penulis lakukan pada PT. Karya Muda Nasional dengan kisi-kisi instrument observasi yang didalamnya terdapat komponen mengenai metode penyusutan, estimasi pengalokasian beban, penerapan metode penyusutan, pencatatan perkiraan aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan, maka dari hasil observasi didapat sebagai berikut:

Tabel 4.1

Daftar Hasil Observasi

No Pertanyaan Nilai Tabulasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

4 2 1 3 1 4 3 1 2 3


(9)

Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui :

Tabel 4.2 Total Nilai Observasi

Nilai Skor Jumlah

Sangat Tepat Tepat

Kurang Tepat Tidak Tepat

4 3 2 1

2 3 2 3

8 9 4 3

24

Untuk menguji hasil penelitian berdasarkan observasi yang penulis lakukan terhadap 10 poin kisi-kisi observasi, maka dapat dihitung dengan menggunakan rumus rata-rata (Mean), (Sudjana 2002 : 67). Dari nilai tabulasi maka dapat diketahui nilar rata-ratanya :

�̅

=

∑ ��

�̅

=

24

10


(10)

Dari hasil yang diperoleh dari perhitungan mean adalah sebesar 2,4 berdasarkan kategori penilaian tersebut nilai ini terletak pada interval 1,76 – 2,50 dengan kategori sangat tepat sampai tidak tepat. Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh nilai sebesar 2,4 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa akuntansi penyusutan aktiva tetap yang dilakukan oleh PT. Karya Muda Nasional kurang baik, atau belum sepenuhnya menerapkan ketentuan Undang – Undang Perpajakan yang berlaku.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan maka dalam hal ini penulis menyatakan bahwa :

1. Perusahaan dalam memilih metode penyusutan selalu memperhatikan jenis dari aktiva tetap yang dimilikinya

PT. Karya Muda Nasional dalam memilih metode penyusutan telah memperhatikan jenis aktivanya. Dalam menentukan penyusutan PT. Karya Muda Nasional menggunakan metode garis lurus menghitung seluruh aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan, baik dari aktiva tetap bukan bangunan ataupun aktiva tetap berupa bangunan.

Hal ini sesuai dengan pendapat (Mardiasmo, 2009 : 153 ) yang menyatakan “...metode garis lurus diperkenankan dipergunakan untuk semua kelompok harta tetap berwujud. Sedangkan metode saldo menurun hanya diperkenankan digunakan untuk kelompok harta berwujud bukan bangunan saja.”


(11)

2. Metode penyusutan aktiva tetap yang dipakai oleh perusahaan telah mencantumkan jumlah persentase sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008.

PT. Karya Muda Nasional menggunakan metode garis lurus untuk semua aktivanya namun dalam menentukan persentase penyusutan untuk setiap aktiva tetap perusahaan, masih ada beberapa yang tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakan hal ini terlihat dari tabel berikut:

a. Berdasarkan Ketentuan Perusahaan

Tabel 4.3

Jenis Aktiva dan Tarif Penyusutan Menurut Perusahaan

Sumber : Laporan Keuangan PT. Karya Muda Nasional (2010,2011,1012)

No Uraian Susut

1 Buldozer 100-150 HP 5%

2 Exavator 80-140 HP 5%

3 Motor Grader >100 HP 6,25%

4 Track Loader 75-100 HP 6,25%

5 Wheel Loader 1.0-1.6 M3 6,25%

6 There Wheel Roller 6-8 T 6,25%

7 Tandem Roller 6-8 T 6,25%

8 Crane on TRACK 35 Ton 5%

9 Truck Mixer (Agitator) 5%

10 Bore File Machine 12,5%

11 Crane 10-15 Ton 10%


(12)

b. Berdasarkan Ketentuan Perpajakan Tabel 4.4

Jenis Aktiva dan Tarif penyusutan Setelah Koreksi Fiskal

Sumber : Mardiasmo (2009, Hal. 153)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa PT. Karya Muda Nasional belum sepenuhnya menetapkan peraturan perpajakan yang berlaku dalam menentukan jumlah tarif penyusutan untuk menghitung beban penyusutan, dimana dari 68 jenis aktiva yang terdiri dari mesin dan inventaris masi terdapat 12 kesalahan dalam menentukan tarif penyusutan.

3. Perusahaan telah melakukan pengelompokan pada aktiva tetap berdasarkan kelompok harta sesuai dengan Undang-Undang Pajak No. 36 Tahunn 2008

Untuk pengelompokan yang dilakukan perusahaan menurut observasi yang dilakukan masih terdapat beberapa kesalahan dalam menentukan kelompok jenis aktiva tetap, hal ini dapat dilihat pada perbandingan tabel berikut :

No Uraian Susut

1 Buldozer 100-150 HP 12,5%

2 Exavator 80-140 HP 12,5%

3 Motor Grader >100 HP 12,5%

4 Truck Loader 75-100 HP 12,5%

5 Wheel Loeder 1.0-1.6 M3 12,5%

6 There Wheel Roller 6-8 T 12,5%

7 Tandem Roller 6-8 T 12,5%

8 Crane on TRACK 35 Ton 12,5%

9 Truck Mixer (Agitator) 12,5%

10 Bore File Machine 5%

11 Crane 10-15 Ton 12,5%


(13)

a. Berdasarkan Ketentuan Perusahaan

Tabel 4.5

Jenis Pengelompokan Aktiva Menurut Perusahaan

No. Uraian Kelompok Harta

1 Truck Mixer (Agitator) IV

2 Crane on Truck 35 Ton IV

3 Bore File Machine II

4 Motor Grader > 100 HP III

5 Wheel Loader 1.0-1.6 M3 III

6 Tandem Roller 6-8 T III

7 Bulldozer 100-150 HP IV

8 Truck Loader 75-100 HP III

9 Three Wheel Roller 6-8 T III

10 Excavator 80-140 HP IV

Sumber : Laporan Keuangan PT Karya Muda Nasional 2010, 2011, 2012

b. Berdasarkan Ketentuan Perpajakan Tabel 4.6

Jenis Pengelompokan Aktiva Menurut Perpajakan

No Uraian Kelompok Harta

1 Truck Mixer (Agitator) II

2 Crane on Truck 35 Ton II

3 Bore File Machine IV

4 Motor Grader > 100 HP II

5 Wheel Loader 1.0-1.6 M3 II

6 Tandem Roller 6-8 T II

7 Bulldozer 100-150 HP II

8 Truck Loader 75-100 HP II

9 Three Wheel Roller 6-8 T II

10 Excavator 80-140 HP II


(14)

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa PT. Karya Muda Nasional belum sepenuhnya menetapkan peraturan perpajakan yang berlaku dalam menentukan kelompok dari jenis aktivanya untuk menghitung beban penyusutan, dimana dari 68 jenis aktiva terdapat kesalahan mengelompokan sebanyak 10 aktiva.

4. Metode garis lurus yang dilakukan oleh perusahaan telah sesuai dengan ketentuan Undang – Undang Pajak yang berlaku.

Untuk metode garis lurus yang dilakukan oleh PT. Karya Muda Nasional, sudah sesuai dengan ketentuan perpajakan dimana penyusutan harta disesuaikan dengan tanggal perolehan aktivanya, kemudian juga melakukan penyesuaian pada setiap akhir bulan pada saat melakukan penutupan laporan keuangan.

5. Penerapan metode aktiva tetap yang dipakai oleh perusahaan telah dapat mencerminkan jumlah beban penyusutan yang sebenarnya.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada PT. Karya Muda Nasional, maka peneliti menyimpulkan bahwa metode penyusutan yang dilakukan oleh perusahaan belum dapat mencerminkan atau memperlihatkan jumlah beban penyusutan yang sebenarnya. Hal ini terlihat dari adanya selisih pada beban penyusutan setelah koreksi.

a. Beban penyusutan PT. Karya Muda Nasional sebelum koreksi fiskal Tabel 4.7

Beban Penyusutan Sebelum Koreksi Fiskal

No Uraian Perolehan Susut Nilai Buku

(Rp) 2010 2011 2012

1 Tanah 4,200,000,000 - - - 4,200,000,000 2 Bangunan 3,500,450,000 137,671,915 132,778,667 145,276,833 1,829,723,167


(15)

3 Mesin dan

Peralatanproyek 34,323,250,000 2,518,844,791 2,425,771,875 2,377,603,125 12,291,569,790 4 Kendaraan &

Inventaris kantor 170,500,000 20,304,166 22,056,250 20,591,667 59,864,584 Total 42,194,200,000 2,676,820,872 2,580,606,792 2,543,471,625 18,381,157,541

Sumber : PT. Karya Muda Nasional (Observasi 2013)

b. Beban penyusutan PT. Karya Muda Nasional setelah koreksi fiskal Tabel 4.8

Beban Penyusutan Setelah Koreksi Fiskal

No Uraian Perolehan Susut Nilai Buku

(Rp) 2009 2010 2011

1 Tanah 4,200,000,000 - - - 4,200,000,000 2 Bangunan 3,500,450,000 137,671,915 132,778,667 145,276,833 1,829,723,167 3 Mesin &

Peralatan proyek

34,323,250,000 1,919,072,917 1,834,411,458 1,778,968,750 14,162,433,331

4 Kendaraan & Inventaris kantor

170,500,000 20,304,166 22,056,250 20,591,667 59,864,584

Total 42,194,200,000 2,077,048,998 1,989,246,375 1,944,837,250 20,252,021,082

Sumber : Olahan Sendiri Berdasarkan UU Pajak No. 36 Tahun 2008

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi selisih beban penyusutan yang dibuat oleh PT. Karya Muda Nasional dengan hasil setelah koreksi fiskalnya diperiksa kembali sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008, yaitu pada tahun 2010 terdapat selisih beban sebesar Rp 599.771.874, tahun 2011 terdapat selisih sebesar Rp 591.360.417, dan pada tahun 2012 terdapat selisih sebesar Rp 598.634.375. Hal ini menunjukkan bahwa beban penyusutan yang dilakukan perusahaan masih ada kesalahan, dimana koreksi positif yang dilakukan perusahaan, seharusnya lebih kecil dari yang dibuat oleh perusahaan, hal ini seharusnya menambah laba perusahaan dan mengurangi beban penyusutan, yang akhirnya bisa mengurangi pajak terutang perusahaan. Jadi jelas membuktikan bahwa penerapan metode penyusutan yang dilakukan perusahaan belum dapat mencerminkan beban penyusutan yang sebenarnya.


(16)

6. Daftar aktiva tetap perusahaan mencantumkan nilai sisa dari aktiva tetap yang dimiliki

PSAK NO. 16 (2007, Hal 16.2) “nilai sisa aset adalah jumlah yang diperkirakan akan diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset, setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan, jika aset tersebut telah mencapi umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir masa manfaatnya ”. PT. Karya Muda Nasional telah mencantumkan nilai sisa aktiva tetapnya, yaitu dengan cara harga perolehan dikurangi dengan jumlah penyusutan yang telah diakui oleh aktiva tersebut.

7. Metode penyusutan sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan ditetapkan secara konsisten

PT. Karya Muda Nasional dalam menggunakan metode penyusutan selalu konsisten setiap tahunnya yatiu menggunakan metode garis lurus. Seperti dijelaskan oleh Mardiasmo (2009 : 153 ) yang menyatakan bahwa “ penggunaan metode penyusutan aset tetap berwujud disyaratkan taat azas (konsisten) “.

8. Sistem pencatatan harga perolehan aktiva tetap telah sesuai dengan ketentuan Undang – undang yang berlaku.

PT. Karya Muda Nasional dalam mencatat harga perolehan sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu perusahaan mencatat semua biaya yang dikeluarkan mulai dari aktiva tetap tersebut dibeli, ongkos kirim dan biaya lainnya sampai dengan aktiva tersebut siap digunakan.


(17)

Hal ini sesuai dengan PSAK No. 16 (2009, hal 16.2) menyatakan “harga perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar.” Dengan komponen biaya perolehan menurut PSAK No. 16 (2009, hal 16.4) yang menyatakan biaya perolehan aset tetap meliputi :

a. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain. b. Biaya – biaya yang dapat distribusikan secara langsung untuk membawa

aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen.

c. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset.

9. Pencatatan perolehan aktiva tetap dalam perusahaan telah sesuai dengan PSAK No. 16

PT. Karya Muda Nasional, mencatat sumua transaksi yang terjadi selama periode akuntansi, hal ini dijadikan bukti apabila terjadi kesalahan nantinya bagi pihak manajemen terkait. Akan tetapi terjadi sedikit kekeliruan pencatatan pada saat pencatatan biaya-biaya setelah perolehan awal, perusahaan mencatat bahwa pengeluaran-pengeluaran untuk renovasi dan perbaikan sebagai bagian yang dapat disusutkan dan diakui pada bagian yang dapat disusutkan pada biaya penyusutan.

Hal ini semacam bertentangan dengan PSAK (2009 hal 16.3 ) yang menyatakan “ sesuai dengan prinsip pengakuan dalam paragraf 7, entitas tidak boleh mengakui biaya perawatan sehari-hari terutama terdiri atas biaya tenaga


(18)

kerja dan bahan habis pakai (consumeables), termasuk didalamnya suku cadang kecil”. Pengeluaran untuk hal ini sering disebut biaya pemeliharaan dan perbaikan aset tetap.

Sehingga penulis mengkoreksi daftar penyusutan yang dilakukan perusahaan dalam mengeluarkan biaya perbaikan dan alokasi biaya lainnya dari daftar penyusutan dan seharusnya biaya tersebut diakui dalam laporan laba rugi dengan nama akun tersendiri dan bukan termasuk biaya penyusutan melainkan biaya yang terjadi setelah perolehan awal.

10. Perhitungan penyusutan aktiva tetap yang dilakukan perusahaan telah sesuai dengan perundang- undangan pajak yang berlaku.

PT. Karya Muda Nasional dalam melakukan perhitungan penyusutan aktiva tetapnya belum sepenuhnya menerapkan peraturan perpajakan yang berlaku. Ketidaksesuian yang terjadi dalam menentukan tarif penyusutan yang dilakukan oleh perusahaan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu pasal 11 ayat (6) UU Perpajakan No. 36 Tahun 2008, yang mengatur tentang tarif penyusutan aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini tentu berpengaruh terhadap perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan.

Ketidaksesuaian dalam menghitung jumlah penyusutan akan berpengaruh terhadap beban penyusutan yang disajikan dalam laporan laba rugi sehingga secara otomatis laba dan rugi yang disajikan tidak sesuai, sehingga berpengaruh terhadap jumlah beban pajak yang akan dibayar pada pemerintah.


(19)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Dalam bab terakhir ini penulis akan memberikan beberapa kesimpulan berdasarkan hasil analisis dan evaluasi tentang Analisis Penerapan Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Undang-Undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008 pada PT. Karya Muda Nasional, kesimpulan itu adalah sebagai berikut: 1. Metode penyusutan yang digunakan di PT. Karya Muda Nasional adalah

metode garis lurus (straight line method) untuk menghitung aktiva yang dimilikinya, tetapi dalam menetukan tarif persentase dan pengelompokan penyusutannya masih ada yang tidak sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008.

2. Pengakuan dan perlakuan persentase yang dilakukan perusahaan menimbulkan selisih beban pada laporan laba rugi dan akumulasi penyusutan pada neraca. Hal ini akan menimbulkan masalah dalam perhitungan pajak penghasilan. Berdasarkan perbedaan tersebut maka diketahui bahwa terjadi selisih pada tahun 2010 sebesar Rp 599.771.874, tahun 2011 sebesar Rp 591.360.417 dan tahun 2012 sebesar Rp 598.634.375. Dilihat dari selisih koreksi yang lumayan besar jadi dapat diambil kesimpulan bahwa laba fiskal perusahaan belum tepat.

3. Dari hasil yang diperoleh dari perhitungan mean adalah sebesar 2,4 Berdasarkan kategori penilaian tersebut nilai ini terletak pada interval


(20)

1,76-2,50 dengan kategori sangat tepat sampai tidak tepat. Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh nilai sebesar 2,40 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa perhitungan penyusutan aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan kurang baik atau belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku.

5.2Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan sehubungan dengan analisis penerapan akuntansi penyusutan aktiva tetap pada PT. Karya Muda Nasional adalah sebagai berikut :

1. Sebaiknya perusahaan dalam menyajikan laporan aktiva tetap mencantumkan jumlah persentase penyusutan yang dipakai agar seluruh pihak yang berkepentingan mengetahui jumlah persentase penyusutan secara pasti.

2. Disarankan agar dalam melakukan perhitungan beban akumulasi penyusutan aktiva tetap perusahaan memberikan taksiran masa manfaat yang lebih wajar agar jumlah beban akumulasi dan akumulasi penyusutan aktiva tetap tersebut tidak terjadi selisih yang sangat besar.

3. Disarankan agar perusahaan dalam melakukan penyusutan untuk jenis aktiva tetap seperti kendaraan dan alat pengangkut hendaknya menggunakan metode penyusutan jam jasa karena kendaraaan dan alat pengangkut yang digunakan sepenuhnya akan lebih cepat rusak.

4. Disarankan kepada perusahaan dalam membuat perkiraan jumlah penyusutan aktiva tetap terutama untuk mesin sesuai dengan ketentuan Undang-Undang


(21)

Perpajakan No. 36 Tahun 2008 sehingga untuk menghindari terjadinya beda waktu yang berdampak pada selisih penghasilan.

5. Penelitian ini telah dipersiapkan dan dirancang sedemikian rupa namun sebagai manusia pasti tidak luput dari kesilapan, masih ditemukan berbagai kelemahan dalam penelitian ini. Oleh sebab itu peneliti berharap kritik yang membangun untuk penelitian selanjutnya.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Uraian Teoritis

2.1.1 Pengertian Aktiva Tetap

Aktiva tetap merupakan harta yang dimiliki perusahaan yang memiliki peranan penting untuk menunjang aktivitas operasi perusahaan. Namun jenis aktiva tetap yang dimiliki oleh setiap perusahaan mungkin berbeda satu sama lainnya tergantung jenis perusahaannya. Aktiva tetap berwujud adalah keseluruhan harta yang dimiliki oleh perusahaan dengan maksud untuk tidak dijual. Aktiva tetap berwujud adalah harta yang dimiliki perusahaan yang secara umum memiliki bentuk fisik (berwujud) namun adapula aktiva yang tidak berwujud yang merupakan suatu hak.

Perusahaan didirikan untuk terus berkembang sampai pada saat yang tidak ditentukan (going conccern) guna mencapai tujuan perusahaan yang salah satunya optimalisasi laba. Untuk mencapai tujuan ini manajemen sebagai pihak yang diserahi hak dan tanggungjawab memiliki atau menguasai fakto-faktor produksi yang menjadi satu kesatuan. Proses ini dimaksudkan untuk menghasilkan penerimaan kas melalui penjualan produksi yang menjadi salah satu sumber dana utama bagi pelaksanaan kegiatan perusahaan.

PSAK NO 16 (2009, 16.2) mendefenisikan aktiva tetap sebagai berikut:

• Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrasi dan;


(23)

• Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Aktiva tetap merupakan suatu bagian utama dari perusahaan dan signifikan dalam penyajian posisi keuangan. Penentuan apakah suatu pengeluaran aktiva tetap atau beban yang dapat berpengaruh signifikan pada hasil operasi yang dilakukan. Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 butir 05 (dalam Pardiat, 2008 : 6) menyatakan, “aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”. Dalam buku intermediate accounting Zaki Baridwan (2004 : 271) juga dijelaskan defenisi aktiva tetap berwujud adalah “aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan”.

Istilah relatif permanen menunjukkan sifat dimana yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama. Untuk tujuan akuntansi, jangka waktu penggunaan ini dibatasi dengan lebih dari satu priode akuntansi, jika aktiva berwujud yang umurnya lebih dari satu priode akuntansi dikelompokkan sebagai aktiva tetap.

Dengan demikian diketahui bahwa aktiva tetap adalah harta yang dimiliki dan digunakan secara terus-menerus oleh perusahaan dalam operasiannya.

2.1.2 Karakteristik dan Jenis Aktiva Tetap

Menurut Harnanto (dalam suryadi, 2007 :501) aktiva tetap berwujud harus memenuhi karakteristik sebagai berikut :


(24)

a. Mempunyai bentuk fisik.

b. Dipakai untuk digunakan secara aktif didalam kegiatan normal perusahaan c. Dimiliki tidak sebagai investasi (penanaman modal) dan atau untuk

diperdagangkan.

d. Mempunyai jangka waktu kegunaan (umur) relatif permanen (lebih dari satu tahun).

e. Memberikan manfaat dimasa yang akan datang

Menurut Syafi (2005 : 203), aktiva tetap berdasarkan jenisnya dapat dibagi sebagai berikut :

a. Lahan, adalah bidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat bangunan maupun yang masih kosong, dalam akuntansi apabila ada lahan yang didirikan bangunan di atasnya harus dipisahkan pencatatannya dari lahan itu sendiri.

b. Bangunan gedung, bangunan yang berdiri di atas bumi ini baik di atas lahan/air. Pencatatnnya harus dipisah dari lahan yang menjadi lokasi gedung itu.

c. Mesin-mesin termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari mesin yang bersangkutan.

d. Kendaraan, semua jenis kendaraan seperti alat pengangkutan, truk, grader, traktor, forklif, mobil, kendaraan roda dua.

e. Perabot, dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboratorium, perabot pabrik, yang merupakan isi dari suatu bangunan.


(25)

f. Inventaris/peralatan, peralatan yang dianggap alat-alat besar yang digunakan dalam perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris pabrik, inventaris laboratorium, inventaris gedung.

g. Prasarana di Indonesia adalah merupakan kebiasaan bahwa perusahaan membuat klasifikasi khusus prasarana seperti jalan, jembatan, tol, dan pagar.

Adapun tujuan dari pernyusutan aktiva tetap dalam suatu periode akuntansi juga dikemukakan oleh Horngren (1997 : 505) yaitu, “tujuan utama dari akuntansi penyusutan adalah untuk menentukan berapa keuntungan yang diperoleh perusahaan, sedangkan kegunaan lainnya adalah untuk memperhitungkan penurunan kegunaan aktiva tetap karena pemakaiannya”.

Menurut Horngren (1997 : 506) untuk mengukur penyusutan dari suatu aktiva, kita harus mengetahui:

a. Harga perolehan

Harga perolehan adalah jumlah uang yang dikeluarkan untuk membeli aktiva tersebut sampai aktiva itu dapat digunakan oleh perusahaan.

b. Perkiraan nilai sisa

Nilai sisa adalah nilai kas yang diharapkan dari aktiva tetap tersebut pada akhir masa kegunaannya.

c. Umur kegunaan

Adalah periode dimana perusahaan dapat memanfaatkan aktiva tersebut. Umur kegunaan biasanya ditetapkan dalam jumlah tahun, jumlah unit produksi,jumlah kilometer yang di tempuh, dan ukuran-ukuran yang lain.


(26)

Dalam prakteknya tiga istilah yanag berbeda telah dipakai secara luas untuk menggambarkan proses alokasi biaya ini, tergantung pada jenis aktiva yang bersangkutan ketiga istilah tersebut adalah sebagai berikut :

a. Alokasi biaya aktiva berwujud disebut penyusutan.

b. Untuk bahan mineral dan sumber daya alam lain proses alokasi biayanya dikenal dengan deplasi.

c. Untuk aktiva tidak berwujud seperti goodwill proses alokasi biaya disebut amortisasi.

Berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 STDD No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan menyatakan bahwa, “penghasilan bruto dapat dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 dan pasal 11A”.

2.1.3 Harga Perolehan Aktiva Tetap Berdasarkan Akuntansi Pajak

Dalam materi kuliah akuntansi pajak menurut Afly Yessie (2009 : 2) ada berbagai cara yang dapat dilakukan dalam memperoleh aktiva tetap diantaranya adalah :


(27)

a. Perolehan Aset Tetap secara gabungan

Aset yang diperolah secara gabungan, maka harga perolehan masing-masing aset tetap ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan beradasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan. Contoh:

Harga bangunan termasuk tanah seharga Rp 500.000.000 (termasuk biaya notaris, bea balik nama, bea perolahan hak atas tanah dan atau bangunan, dan lain-lain) alokasi harga perolehannya dapat dihitung sebagai berikut:

Tabel 2.1

Perhitungan Harga Perolehan

No Jenis Asset Harga Wajar Alokasi Harga Perolehan

1 Tanah 250.000.000 25

40 x 500.000.000=312.500.000

2 Bangunan 150.000.000 15

40 x 500.000.000=187.500.000

Jumlah 400.000.000 500.000.000

Ayat jurnal yang disusun saat pembelian tunai adalah :

Tanah Rp. 312.500.000

Bangunan Rp. 187.500.000

Kas dan bank Rp. 500.000.000

b. Perolehan Aset Secara Angsuran

Terhadap aset tetap yang diperoleh secara angsuran, perlu diperhatikan mengenai kontrak pembeliannya, sebagai contoh aset tetap dibeli secara angsuran dalam sepuluh kali angsuran.


(28)

Contoh:

Aset tetap yang dibeli berupa mobil harga perolehan Rp 120.000.000 dibayar dalam 24 kali angsuran, masing-masing Rp 5.000.000 per bulan dengan bunga 20% per tahun

Perhitungan Angsuran Pertama

Angsuran bulanan Rp 5.000.000

Bunga 1/12 x 20% x Rp 120.000.000 Rp 2.000.000

Jumlah pembayaran Rp 7.000.000

Angsuran bulan kedua :

Angsuran bulanan Rp 5.000.000

Bunga 1/12 x 20% (120.000.000 – 5.000.000) Rp 1.916.700

Jumlah pembayaran Rp 6.916.700

Ayat jurnal yang disusun:

1) Saat pembelian aset tetap

Mobil/ kendaraan (dalam angsuran) Rp. 120.000.000

Utang angsuran Rp. 120.000.000

2) Saat pembayaran angsuran pertama

Utang angsuran Rp. 5.000.000

Beban bunga Rp. 2.000.000

Kas dan bank Rp. 7.000.000

3) Saat pembayaran angsuran kedua

Utang angsuran Rp. 5.000.000

Beban bunga Rp. 1.916.700

Kas dan bank Rp. 6.916.700

Cara lain yang dapat dilakukan untuk pembelian angsuran ini, bergantung pada perjanjian. Terdapat pula harga angsuran ditetapkan terlebih dahulu dan


(29)

angsuran yang harus dibayar setiap bulan. Maka setiap angsuran terdiri atas dua komponen, yaitu angsuran dan bunga. Besarnya bunga dan setiap angsuran ditetapkan dengan menggunakan tingkat bunga tetap.

Contoh:

Sebuah kendaraan dibeli dengan harga perolehan tunai sebesar Rp 120.000.000, kendaraan dapat dibeli dengan harga angsuran, yaitu sebanyak 24 kali dengan bunga 25% per tahun

Harga beli dengan angsuran dihitung sebagai berikut :

Harga perolehan tunai Rp 120.000.000

Bunga Rp 120.000.000 x 25% x 24/12 Rp 60.000.000

Harga beli dengan angsuran Rp 180.000.000

Angsuran yang dibayar setiap bulan sebesar 1/24 x Rp 180.000.000 = Rp 7.500.000

Jumlah tersebut termasuk angsuran dan bunga, ayat jurmal yang dibuat sama dengan ayat jurnal terdahulu, tetapi harus tetap memisahkan antara beban bunga dan angsuran.

c. Perolehan Aset Tetap secara Pertukaran

Pertukaran sebagian dapat dilakukan untuk suatu aset tetap yang tidak sama dengan aset lain, biaya ini diukur pada nilai wajar aset yang dipertukarkan atau diperoleh paling andal, sebanding denga nilai wajar aset yang dipertukarkan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang di transfer. contoh:

PT.Adil merupakan sebuah merupakan sebuah perusahaan jasa pengangkutan dengan truk sejenis yang baru. Berdasarkan pembukuan, harga perolehan truk


(30)

lama adalah Rp 60.000.000 telah disusutkan sebesar Rp 40.000.000 ditukar dengan truk baru yang harga perolehannya Rp 80.000.000 dan sisanya dibayar tunai.

Perhitungan laba dan atau rugi pertukaran

Harga perolehan truk lama Rp. 60.000.000

Penyusutan Rp. 40.000.000 -

Nilai sisa buku Rp. 20.000.000

Nilai truk baru Rp. 80.000.000

Harga tukar tambah aset lama Rp. 20,000.000 -

Tambah uang tunai Rp. 60.000.000

Dalam hal ini tidak terdapat laba atau rugi, karena truk lama dihargai sama dengan harga sisa buku. Apabila harga tukar tambah aset lama (trade in allownce) sebesar Rp. 24.000.000, maka perhitungannta adalah:

Harga perolehan truk lama Rp. 60.000.000

Penyusutan Rp. 40.000.000 -

Harga sisa buku Rp. 20.000.000

Harga tukar tambah truk lama Rp. 24.000.000 -

Laba penukaran Rp. 4.000.000

Harga truk lama Rp. 80.000.000

Harga tukar tambah truk lama Rp. 24.000.000 -


(31)

Ayat jurnal yang disusun atas pertukaran tersebut adalah :

Akumulasi penyusutan Rp. 40.000.000

Alat pengangkutan baru Rp. 80.000.000

Kas dan bank Rp. 56.000.000

Alat pengangkutan lama Rp. 60.000.000

Laba pertukaran Rp. 4.000.000

Apabila nilai tukar tambah aset lama berdasarkan kesepakatan sebesar Rp. 18.000.000 perhitungan laba atau rugi dapat dihitung sebagai berikut:

Harga perolehan truk lama Rp. 60.000.000

Penyusutan Rp. 40.000.000 -

Harga sisa buku Rp. 20.000.000

Harga pertukaran truk lama Rp. 18.000.000 -

Rugi pertukaran Rp. 2.000.000

Harga truk baru Rp. 80.000.000

Harga pertukaran Rp. 18.000.000 -

Tambahan uang tunai Rp. 62.000.000

Ayat jurnal atas pertukaran melalui pertukaran adalah:

Akumulasi penyusutan Rp. 40.000.000

Alat pengangkutan baru Rp. 80.000.000

Rugi pertukaran Rp. 2.000.000

Kas dan bank Rp. 60.000.000

Alat pengangkutan lama Rp. 62.000.000 Aset yang diperoleh dari pertukaran melalui pertukaran dengan :

1) Aset nonmoneter, baik dengan aset tetap yang sejenis atau yang tidak sejenis.


(32)

2) Sekuritas berupa obligasi atau saham yang dikeluarkan oleh perusahaan sendiri atau emisi oleh badan lain.

d. Perolehan Asset Tetap dengan Cara Membangun Sendiri

Karena membangun sendiri, tertentu saja menggunakan prinsip sama dengan aset yang diperoleh yaitu meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan aset sampai siap pakai.

Biaya tidak langsung (overhead cost), efisiensi atau inefesiensi, dan bunga selama masa konstrusi juga termasuk biaya aktiva tetap, karena membangun sendiri perlu diperhatikan setiap laba internal dieliminasi dan menetapkan biaya. Contoh:

Biaya pembangunan Rp 250.000.000 sedangkan harga pasar aset tetap Rp 300.000.000 maka penghematan Rp 50.000.000 tidak diakui sebagai penghasilan. Demikianlah halnya biaya dan jumlah yang abnormal dari bahan baku yang tidak terpakai, tenaga kerja, sumber daya lain yang terjadi dalam memproduksi suatu aset yang dikonstruksi sendiri tidak dimasukkan dalam biaya perolehan, tetapi segera diakui sebagai kerugian pada tahun yang bersangkutan.

Aspek perpajakan perolehan aset tetap dengan cara membangun sendiri tersebut sebagai objek pajak yang terutang Pajak Pertambahan Nilai.


(33)

e. Perolehan Secara Hibah, Bantuan, dan Sumbangan

Terhadap aset tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun modal yang berasal dari sumbangan atau modal donasi.

Modal donasi dari sisi akuntansi pajak mengacu pada Pasal 10 ayat (4) Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 STDD No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang mengatur bahwa apabila terjadi pengalihan harta:

a. yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b , maka dasar penilaian bagi yang menerima pengalihan sama dengan nilai sisa buku dari pihak yang melakukan pengalihan atau nilai yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak;

b. yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a, maka dasar penilaian bagi yang menerima pengalihan sama dengan nilai pasar dari harta tersebut.

Dengan memperhatikan penggolongan dan implikasinya terhadap bantuan, sumbangan, dan hibah, maka perlakuan akuntansi bagi pihak penerima bantuan akan dikreditkan pada akun “ekuitas dan modal”, sehingga diperlakukan secara fiskal sebagai penghasilan. Sebaliknya, pihak pemberi bantuan membukukannya berdasarkan harga atau nilai sisa buku. Dalam memberikan bantuan atau sumbangan, timbul aliran uang kas.

Contoh:


(34)

1) Memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3)

Kas dan bank Rp 600.000.000

Modal donasi Rp. 600.000.000

Ayat jurnal tersebut ditinjau dari pihak yang menerima bantuan atau sumbangan. Dan pihak yang memberikan bantuan atau sumbangan tersebut benar-benar dikeluarkan ke kas, tetapi ditinjau dari ketentuan Undang-Undang Perpajakan tidak diperkenankan untuk dibebankan sebagai biaya.

2) Tidak memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3), berarti bantuan atau sumbangan dianggap sebagai penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan. Sebagaimana contoh sebelumnya, akan disusun ayat jurnal:

Kas dan bank Rp 600.000.000

Penghasilan sumbangan/bantuan Rp 600.000.000 Ditinjau dari pihak yang memberikan bantuan atau sumbangan ayat jurnal :

Biaya sumbangan/bantuan Rp 600.000.000

Kas dan bank Rp 600.000.000

Berdasarkan Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang No.7 Tahun 1983 STDD No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan maka hibah pun dapat dikelompokakan ke dalam:

1) Memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3)

Bentuk aset yang dihibahkan berupa kendaraan dengan rincian:

Harga perolehan Rp 100.000.000

Akumulasi penyusutan Rp 60.000.000 -

Harga sisa buku Rp 40.000.000


(35)

Ayat jurnal yang disusun dari pokok pemberi adalah sebagai berikut: Biaya tidak dapat dibebankan/saldo laba Rp 40.000.000 Akumulasi penyusutan kendaraan Rp 60.000.000

Kendaraan Rp 100.000.000

Sedangkan ayat jurnal bagi penerima hibah adalah:

Kendaraan Rp 40.000.000

Modal hibahan Rp 40.000.000

2) Tidak memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3)

Dalam hal tidak memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3) pemberian hibah tersebut dimaksudkan menjadi penghasilan bagi yang menerimanya karena ternyata pemberian hibah ini mempunyai hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan dengan pihak penerima hibah. Transaksi hibah ini dipandang sebagai transaksi pertukaran, sehingga dasar pengukurannya harga pasar.

Contoh:

Biaya hibah Rp 55.000.000

Akumulasi penyusutan kendaraan Rp 60.000.000

Kendaraan Rp 100.000.000

Keuntungan dari hibah kendaraan Rp 15.000.000 Sedangkan ayat jurnal bagi penerima hibah adalah:

Kendaraan Rp 55.000.000

Penghasilan hibah Rp 55.000.000

2.1.4 Kelompok Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan

Metode penyusutan yang diperbolehkan dalam ketentuan fiskal adalah sebagai berikut :

a. Metode garis lurus (straight line method) untuk kelompok bangunan dan bukan bangunan.


(36)

b. Metode saldo menurun (declining banlance method) untuk kelompok bukan bangunan saja dan pada akhir masa mafaat disusutkan sekaligus (closed ended).

Menurut peraturan perpajakan, penyusutan aset tetap dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut. Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan.

Pada Pasal 11 ayat (6) Undang-Undang No.7 Tahun 1983 STDD No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan diatur mengenai penghitungan masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud, sebagai berikut :

Tabel 2.2

Kelompok Harta Berwujud, Metode dan Tarif Penyusutan Kelompok Harta

Berwujud

Masa Manfaat Tarif

PenyusutanMetode Garis Lurus

Tarif Penyusutan Metode Saldo

Menurun

I. Bukan Bangunan

Kelompok I 4 Tahun 25 % 50 %

Kelompok II 8 Tahun 12,5 % 25 %

Kelompok III 16 Tahun 6,25 % 12,5 %

Kelompok IV 20 Tahun 5 % 10 %

II. Bangunan :

Permanen 20 Tahun 5 %

Tidak Permanen 10 Tahun 10 %

Penentuan harta berwujud bukan bangunan ditetapkan dengan KMK – 138/KMK.03/2002. Bangunan tidak permanen adalah bangunan yang bersifat


(37)

sementara dan terbuat dari bahan yang tidak tahan lama atau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan, yang masa manfaatnya tidak lebih dari 10 tahun.

Baik menurut akuntansi maupun pajak, tanah yang berstatus hak milik, Hak Guna Bangunan (HGB), Hak Guna Usaha (HGU), dan hak pakai untuk pertama kalinya tidak disusutkan, kecuali nilainya berkurang dalam pemakaian.

Di lain pihak, ada harta berwujud yang menurut akuntansi dapat disusutkan, tetapi menurut pajak tidak dapat dibebankan sebagai penyusutan secara keseluruhan yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto dikarenakan hal-hal sebagai berikut:

1) Atas perolehan aset tersebut termasuk pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto sesuai Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, misalnya:

a. Biaya perolehan aset yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak.

b. Biaya perolehan aset yang digunakan untuk memberi penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan kepada karyawan, kecuali penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan KMK.


(38)

Berikut ini merupakan perlakuan perpajakan berkaitan dengan aset tetap: 1) Harga perolehan

a. Untuk transaksi yang tidak mempunyai hubungan istimewa berdasarkan harga yang sesungguhnya

b. Untuk transaksi yang mempunyai hubungan istimewa dihitung berdasarkan harga pasar.

c. Untuk transaksi tukar menukar barang adalah berdasarkan harga pasar. d. Dalam rangka likuidasi, peleburan, pemekaran, pemecahan atau

penggabungan adalah harga pasar kecuali ditentukan lain oleh Peraturan Menteri Keuangan.

e. Revaluasi adalah sebesar nilai setelah revaluasi. 2) Saat dimulainya penyusutan

a. Penyusutan dimulai sejak bulan timbulnya pengeluaran atas perolehan harta.

b. Penyusutan dimulai sejak bulan selesainya pengerjaan harta (untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan.

c. Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak dapat melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan.

3) Penghitungan jumlah bulan sejak dimulainya penyusutan

Jumlah bulan selalu dibulatkan ke atas, walaupun dibeli diatas tanggal 15 setiapa bulannya


(39)

4) Metode penyusutan

a. Kelompok bangunan harus menggunakan metode garis lurus

b. Kelompok bukan bangunan boleh menggunakan metode garis lurus atau metode saldo menurun asalkan diterapkan secara taat asas

5) Nilai residu

Tidak mengakui adanya nilai residu 6) Sisten penyusutan

a. Penyusutan individual b. Penyusutan gabungan 7) Aset yang boleh disusutkan

Hanya harta yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak tidak final.

8) Biaya perbaikan yang dikapitalisir, yang menambah masa manfaat aset lamanya.

Disusutkan terpisah dari harta lamanya, seolah-olah seperti harta dengan masa manfaat baru sehingga akan menjadi lebih lama pembebanannya.

9) Penentuan masa manfaat Sudah diatur dalam KMK.

2.1.5 Jenis-Jenis dan Kelompok Harta Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK. 03/2009

Berikut disampaikan ketentuan terbaru Jenis-Jenis Harta dan Kelompok Harta Untuk Keperluan Penyusutan yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2009 berdasarkan


(40)

Jenis Harta Yang Termasuk Dalam Kelompok Harta Berwujud Bukan Bangunan Untuk Keperluan Penyusutan.

Tabel 2.3

JENIS-JENIS HARTA BERWUJUD YANG TERMASUK DALAM KELOMPOK 1

Nomor Jenis Usaha Jenis Harta

1 Semua jenis usaha 1. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk meja, bangku, kursi, lemari dan sejenisnya yang bukan bagian dari bangunan. 2. Mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung,

duplikator, mesin fotokopi, mesin akunting/pembukuan, komputer, printer, scanner dan sejenisnya.

3. Perlengkapan lainnya seperti amplifier, tape/cassette, video recorder, televisi dan sejenisnya.

4. Sepeda motor, sepeda dan becak. 5. Alat perlengkapan khusus (tools) bagi

industri/jasa yang bersangkutan. 6. Dies, jigs, dan mould.

7. Alat-alat komunikasi seperti pesawat telepon, faksimile, telepon seluler dan sejenisnya.

2 Pertanian, perkebunan, kehutanan,

Alat yang digerakkan bukan dengan mesin seperti cangkul, peternakan, perikanan, garu dan lain-lain. 3 Industri makanan

dan minuman

Mesin ringan yang dapat dipindah-pindahkan seperti, huller, pemecah kulit, penyosoh, pengering, pallet, dan sejenisnya.

4 Transportasi dan Pergudangan

Mobil taksi, bus dan truk yang digunakan sebagai angkutan umum.

5 Industri semi konduktor

Falsh memory tester, writer machine, biporar test system, elimination (PE8-1), pose checker. 6 Jasa Persewaan

Peralatan Tambat Air Dalam

Anchor, Anchor Chains, Polyester Rope, Steel Buoys, Steel Wire Ropes, Mooring Accessoris. 7 Jasa telekomunikasi

selular


(41)

JENIS-JENIS HARTA BERWUJUD YANG TERMASUK DALAM KELOMPOK 2

Nomor Jenis Usaha Jenis Harta

1 Semua jenis usaha

1. Mebel dan peralatan dari logam termasuk meja, bangku, kursi, lemari dan sejenisnya yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Alat pengatur udara seperti AC, kipas angin dan sejenisnya.

2. Mobil, bus, truk, speed boat dan sejenisnya. 3. Container dan sejenisnya.

2 Pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan

1. Mesin pertanian/perkebunan seperti traktor dan mesin bajak, penggaruk, penanaman, penebar benih dan sejenisnya.

2. Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau memproduksi bahan atau barang

pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.

3 Industri makanan dan minuman

1. Mesin yang mengolah produk asal binatang, unggas dan perikanan, misalnya pabrik susu, pengalengan ikan .

2. Mesin yang mengolah produk nabati, misalnya mesin minyak kelapa, margarin, penggilingan kopi, kembang gula, mesin pengolah biji-bijian seperti penggilingan beras, gandum, tapioka. 3. Mesin yang menghasilkan/memproduksi

minuman dan bahan-bahan minuman segala jenis.

4. Mesin yang menghasilkan/memproduksi bahan-bahan makanan dan makanan segala jenis. 4 Industri mesin Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin ringan

(misalnya mesin jahit, pompa air). 5 Perkayuan,

kehutanan

1. Mesin dan peralatan penebangan kayu.

2. Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau memproduksi bahan atau barang kehutanan. 6 Konstruksi Peralatan yang dipergunakan seperti truk berat, dump

truck, crane buldozer dan sejenisnya. 7 Transportasi dan

Pergudangan

1. Truk kerja untuk pengangkutan dan bongkar muat, truk peron, truck ngangkang, dan sejenisnya;

2. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk pengangkutan barang tertentu


(42)

(misalnya gandum, batu – batuan, biji tambang dan sebagainya) termasuk kapal pendingin, kapal tangki, kapal penangkap ikan dan sejenisnya, yang mempunyai berat sampai dengan 100 DWT;

3. Kapal yang dibuat khusus untuk menghela atau mendorong kapal-kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran terapung dan sejenisnya yang mempunyai berat sampai dengan 100 DWT;

4. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang mempunyai berat sampai dengan 250 DWT; 5. Kapal balon.

8 Telekomunikasi 1. Perangkat pesawat telepon;

2. Pesawat telegraf termasuk pesawat pengiriman dan penerimaan radio telegraf dan radio telepon. 9 Industri semi

konduktor

Auto frame loader, automatic logic handler, baking oven, ball shear tester, bipolar test handler (automatic), cleaning machine, coating machine, curing oven, cutting press, dambar cut machine, dicer, die bonder, die shear test, dynamic burn-in system oven, dynamic test handler, eliminator (PGE-01), full automatic handler, full automatic mark, hand maker, individual mark, inserter remover machine, laser marker (FUM A-01), logic test system, marker (mark), memory test system, molding, mounter, MPS automatic, MPS manual, O/S tester manual, pass oven, pose checker, re-form machine, SMD stocker, taping machine, tiebar cut press, trimming/forming machine, wire bonder, wire pull tester.

10 Jasa Persewaan Peralatan Tambat Air Dalam

Spoolling Machines, Metocean Data Collector

11 Jasa

Telekomunikasi Seluler

Mobile Switching Center, Home Location Register, Visitor Location Register. Authentication Centre, Equipment Identity Register, Intelligent Network Service Control Point, intelligent Network Service Managemen Point, Radio Base Station, Transceiver Unit, Terminal SDH/Mini Link, Antena


(43)

JENIS-JENIS HARTA BERWUJUD YANG TERMASUK DALAM KELOMPOK 3

Nomor Jenis Usaha Jenis Harta

1 Pertambangan selain minyak dan gas

Mesin-mesin yang dipakai dalam bidang pertambangan, termasuk mesin-mesin yang mengolah produk pelikan. 2 Permintalan,

pertenunan dan pencelupan

1. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk tekstil (misalnya kain katun, sutra, serat-serat buatan, wol dan bulu hewan lainnya, lena rami, permadani, kain-kain bulu, tule).

2. Mesin untuk yang preparation, bleaching, dyeing, printing, finishing, texturing, packaging dan sejenisnya.

3 Perkayuan 1. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk kayu, barang-barang dari jerami, rumput dan bahan anyaman lainnya.

2. Mesin dan peralatan penggergajian kayu. 4 Industri kimia 1. Mesin peralatan yang mengolah/menghasilkan

produk industri kimia dan industri yang ada hubungannya dengan industri kimia (misalnya bahan kimia anorganis, persenyawaan organis dan anorganis dan logam mulia, elemen radio aktif, isotop, bahan kimia organis, produk farmasi, pupuk, obat celup, obat pewarna, cat, pernis, minyak eteris dan resinoida-resinonida wangi-wangian, obat kecantikan dan obat rias, sabun, detergent dan bahan organis pembersih lainnya, zat albumina, perekat, bahan peledak, produk pirotehnik, korek api, alloy piroforis, barang fotografi dan sinematografi.

2. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk industri lainnya (misalnya damar tiruan, bahan plastik, ester dan eter dari selulosa, karet sintetis, karet tiruan, kulit samak, jangat dan kulit mentah).

5 Industri mesin Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin menengah dan berat (misalnya mesin mobil, mesin kapal).

6 Transportasi dan Pergudangan

1. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk pengangkutan barang-barang tertentu (misalnya gandum, batu-batuan, biji tambang dan sejenisnya) termasuk kapal


(44)

pendingin dan kapal tangki, kapal penangkapan ikan dan sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT. 2. Kapal dibuat khusus untuk mengela atau

mendorong kapal, kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran terapung dan sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT.

3. Dok terapung.

4. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang mempunyai berat di atas 250 DWT. 5. Pesawat terbang dan helikopter-helikopter

segala jenis.

7 Telekomunikasi Perangkat radio navigasi, radar dan kendali jarak jauh.

JENIS-JENIS HARTA BERWUJUD YANG TERMASUK DALAM KELOMPOK 4

Nomor Jenis Usaha Jenis Harta

1 Konstruksi Mesin berat untuk konstruksi 2 Transportasi

dan

Pergudangan

1. Lokomotif uap dan tender atas rel.

2. Lokomotif listrik atas rel, dijalankan dengan batere atau dengan tenaga listrik dari sumber luar.

3. Lokomotif atas rel lainnya.

4. Kereta, gerbong penumpang dan barang, termasuk kontainer khusus dibuat dan diperlengkapi untuk ditarik dengan satu alat atau beberapa alat pengangkutan.

5. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk pengangkutan barang-barang tertentu (misalnya gandum, batu-batuan, biji tambang dan sejenisnya) termasuk kapal pendingin dan kapal tangki, kapal penangkap ikan dan sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 1.000 DWT.

6. Kapal dibuat khusus untuk menghela atau mendorong kapal, kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran-keran terapung dan sebagainya, yang mempunyai berat di atas 1.000 DWT.


(45)

2.1.6 Penyusutan Aktiva Tertentu

Untuk beberapa jenis aktiva tertentu, pembebanan biaya yang berkaitan dengan penyusutan maupun perawatan diperlukan secara khusus. Berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak No. : KEP-220/PJ/2002 antara lain pada aktiva berikut:

a. Telepon seluler

Telepon seluler termasuk aktiva kelompok I dan penyusutan yang boleh diakui hanyalah 50 % dari seharusnya. Biaya langganan atau pengisian ulang pulsa yang diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan bruto adalah 50% dari biaya tersebut.

b. Kendaraan minibus dan bus

Biaya yang berkaitan dengan kendaraan yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk antar jemput pegawai dapat dilakukan sebagai berikut : Harga perolehan dan biaya perbaikan yang besar dari bus dan minibus, termasuk aktiva kelompok II, dan pembebanan biayanya melalui penyusutan.

c. Kendaraan Sedan

Kendaraan sedan atau sejenisnya yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, pembebanan biaya nya dalah sebagai berikut :

Harga perolehan, pembelian atau perbaikan besar sedan, termasuk aktiva kelompok II dan pembebanan biayanya dilakukan melalui penyusutan sebesar 50% dari tarif penyusutan kelompok tersebut. Dan biaya pemeliharaan, perbaikan rutin, pemakaian bahan bakar dari sedan, hanya dapat dibebankan sebesar 50% dari biaya pemeliharaan bersangkutan. d. Software komputer

Perangkat lunak komputer adalah semua program yang dapat digunakan pada sistem operasi kmputer.


(46)

Perangkat lunak komputer berupa program aplikasi umum diperlakukan sebagai pengeluaran atau biaya operasional rutin, program aplikasi umum diperoleh sebagai bagian dari harga pembelian perangkat keras komputer, sehingga pembebanannya sudah termasuk dalam penyusutan kompuer tersebut (kelompok I).

2.2Kerangka Konseptual

Dalam kaitannya dengan masalah yang diteliti, maka berdasarkan uraian teori di atas, penulis menyusun suatu kerangka konseptual ini sebagai landasan pembahasan pada bab selanjutnya. Mulai dari pengadaan, penggunaan sampai dengan penarikannya, aktiva tetap memerlukan perlakuan akuntansi yang tepat dan bijaksana yaitu perlakuan akuntansi yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum sehingga diperoleh informasi yang wajar bagi para pemakainya. Biaya penyusutan dan laba operasi memiliki suatu hubungan yang cukup erat. Metode penyusutan merupakan suatu cara pengalokasian biaya dalam beberapa periode dimana aktiva tetap tersebut telah memberikan manfaat didalam perusahaan. Sedangkan laba operasi adalah selisih positif dari hasil pengurangan pendapatan terhadap seluruh biaya yang terjadi dalam suatu periode tertentu.

Penyusutan aktiva tetap harus dilakukan secara layak berdasarkan taksiran masa manfaat aktiva tersebut, hal ini akan membantu perusahaan untuk mengetahui secara pasti sisa manfaat dari aktiva tetap yang dimilikinya. Oleh karena itu dalam melakukan penyusutan suatu aktiva tetap perusahaan harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah harga pokok aktiva tetap yang dimilikiya, nilai residu atau nilai taksiran realisasi aktiva tersebut setelah akhir


(47)

umur teknis atau taksiran jangka waktu penggunaan aktiva tetap dalam kegiatan produksi, umur teknis atau taksiran jangka waktu penggunaan aktiva tetap dalam kegiatan produksi serta pola pemakaian dari aktiva tersebut. Hal tersebut di atas akan membantu perusahaan dalam melakukan dan memilih metode yang tepat untuk melakukan penyusutan terhadap aktiva tetap yang dimilikinya. Dalam prinsip akuntansi pajak penyusutan aktiva tetap harus sesuai dengan taksiran umur dan penyusutan yang sudah ditentukan oleh Undang-Undang Perpajakan.

Akuntansi aktiva tetap merupakan suatu hal yang penting dalam suatu perusahaan untuk mengalokasian sebagian biaya perolehan atas aktiva tetap yang dimiliki perusahaan menjadi suatu beban penyusutan yang bersangkutan sehingga biaya ditentukan besarnya laba usaha periode-periode tertentu. Menurut akuntansi ruang lingkup akuntansi penyusutan adalah semua aktiva yang dapat disusutkan kecuali hutan dan sumber daya alam serupa yang dapat diperbaharui, salah satu aktiva tetap yang tidak disusutkan adalah tanah, logika untuk tidak melakukan penyusutan terhadap lahan adalah akibat kenyataan ekonomi dimana nilai dari lahan kecil kemungkinannya berkurang, malah dianggap akan naik berjalan dengan perkembangan harga dan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sedangkan menurut Undang-Undang Perpajakan penyusutan atas pengeluaran harta berwujud selain bangunan, dapat juga dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menetapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku, dan pada akhir masa manfaat, nilai sisa buku disusutkan berdasarkan nilai produktivitasnya dan penyusutan dihitung sejak aktiva tetap tersebut mulai menghasilkan. Hal ini menimbulkan perbedaan antara SAK dan Undang-Undang Perpajakan.


(48)

2.3Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan Kerangka Konseptual di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

Hipotesis I PT. Karya Muda Nasional dalam menentukan persentase penyusutannya masih ada beberapa yang tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakan.

Hipotesis II PT. Karya Muda Nasional dalam menentukan jenis pengelompokan aktivanya masih ada beberapa yang tidak sesuai dengan ketentuan Undang-undang Perpajakan.

Hipotesis III PT. Karya Muda Nasional dalam menggunakan metode penyusutan belum dapat mencerminkan atau memperlihatkan jumlah beban penyusutan yang sebenarnya.

2.4Penelitian Terdahulu

Tabel 2.4 Daftar Penelitian Terdahulu

Nama Judul Hasil

Yulia Susanti (2005)

Analisis Perbedaan Akuntansi Aktiva Tetap Menurut UU Pajak dan SAK Pada PT Sarana Agro Industri Belawan

Perusahaan mengadakan rekonsiliasi atas perbedaan beban penyusutan komersial dengan fiskal, sehingga penyajian dalam daftar laba rugi untuk tujuan pajak adalah beban penyusutan yang telah dikoreksi Yudhi Pranata

(2006)

Analisis Akuntansi Aktiva Tetap Atas UU Pajak pada PT PDAM Tirtanadi

Perusahaan melakukan penyusutan aktiva tetap berdasarkan UU Pajak dengan menggunakan metode garis lurus terhadap penyusutan aktiva tetapnya


(49)

Heridayanti Hasibuan (2010)

Analisis Perhitungan Penyusutan Akuntansi Aktiva Tetap Menurut Undang-Undang Perpajakan Pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

Perusahaan melakukan penyusutan berdasarkan metode garis lurus terhadap penyusutan aktiva tetapnya, tapi belum sesuai dengan peraturan UU Perpajakan


(50)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Suatu perusahaan pada umumnya menjalankan kegiatan operasionalnya selain bertujuan mencari laba juga mempertahankan pertumbuhan perusahaan itu sendiri. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai, maka semua faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hal tersebut diperhatikan dan diatur dengan baik. Seluruh faktor-faktor produksi mempunyai peranan yang sama pentingnya dalam mencapai tujuan perusahaan karena itu masing-masing faktor tersebut harus di optimalkan sehingga akan memberikan kemungkinan laba yang diinginkan perusahaan.

Tujuan suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk investasi tersebut adalah aktiva tetap yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan yaitu aktiva yang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pengelolaan yang efektif dan kebutuhan yang tepat dalam penggunaan, pemeliharaan, maupun pencatatannya.

Bersamaan dengan berlalunya waktu, nilai ekonomis suatu aktiva tetap tersebut dapat dibebankan secara tepat, salah satu caranya adalah dengan melakukan penyusutan. Untuk itu perlu diketahui apakah metode penyusutan yang diterapkan perusahaan telah memperhatikan perubahan nilai aktiva tetap yang menurun disebabkan karena berlalunya waktu atau menurunnya manfaat yang


(51)

diberikan oleh aktiva tetap tersebut. Sebagaimana terdapat dalam Suatu Naskah Undang-Undang No. 7 tahun 1983 STDD No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (2008 : 75) bahwa, “pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau Pasal 11A”.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka perusahaan harus melakukan penyusutan pada aktiva tetapnya melalui penyusutan. Perusahaan harus menerapkan metode penyusutan yang tepat pada aktiva tertentu, metode penyusutan yang berbeda akan menghasilkan alokasi biaya penyusutan yang berbeda, sehingga akan mempengaruhi harga pokok penjualan dan beban usaha yang mempengaruhi besarnya laba yang akan diperoleh perusahaan. Oleh sebab itu, penyusutan aktiva tetap harus ditentukan secara tepat, agar biaya penyusutan bisa mencerminkan kewajaran nilai aktiva tetap pada neraca, dan beban penyusutan yang tepat pada laporan laba rugi perusahaan.

Besarnya penyusutan aktiva tetap mempengaruhi besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan. Oleh karena itu perlu diadakan analisis terhadap metode penyusutan yang diterapkan perusahaan dalam aktiva tetapnya. Adapun metode penyusutan pada aktiva tetap bisa dilakukan dengan dua ketentuan, yaitu penyusutan dengan menggunakan ketentuan akuntansi yang berlaku dan juga dengan ketentuan perpajakan. Oleh karena itu penulis akan meneliti bagaimana perusahaan menerapkan pencatatan alokasi penyusutan aktiva tetap dalam laporan


(52)

keuangan termasuk bagaimana menghitung penyusutan aktiva tetap jika dilihat dari ketentuan Perpajakan Menurut Undang-Undang No 36 Tahun 2008.

PT. Karya Muda Nasional adalah perusahaan yang mempunyai tujuan untuk memperoleh laba dari kegiatan operasional yang dijalankan. Dan untuk mencapai tujuan tersebut setiap perusahaan membutuhkan faktor-faktor produksi yang mendukung kelancaran usahanya. Salah satu diantaranya adalah aktiva tetap sebagai faktor produksi berupa tanah, gedung, atau bangunan, peralatan, mesin-mesin, kendaraan dan lain-lain. Metode penyusutan yang digunakan PT. Karya Muda Nasional adalah metode garis lurus (straight line method) untuk menghitung seluruh aktiva tetap yang dimilkinya.

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis di perusahaan ini, penulis melihat adanya kesalahan pada beban penyusutan yang dilakukan oleh perusahaan, hal ini dapat dilihat dari dua perbandingan tabel berikut:

Tabel 1.1

Beban Penyusutan Sebelum Koreksi fiskal

No Uraian Perolehan

(Rp)

Susut

Nilai Buku

2010 2011 2012

1 Tanah 4.200.000.000 0 0 0 4.200.000.000 2 Bangunan 3.500.450.000 137.671.915 132.778.667 145.276.833 1.829.723.167 3 Mesin dan

Peralatan proyek 34.323.250.000 2.518.844.791 2.425.771.875 2.377.603.125 12.291.569.790 4 Kendaraan &

Inventaris kantor 170.500.000 20.304.166 22.056.250 20.591.667 59.864.584 Total 42.194.200.000 2.676.820.872 2.580.606.792 2.543.471.625 18.381.157.541

Sumber : PT. Karya Muda Nasional (Observasi 2013)

Tabel 1.2

Beban Penyusutan Setelah Koreksi Fiskal No Uraian Perolehan

(Rp)

Susut

Nilai Buku

2010 2011 2012

1 Tanah 4.200.000.000 0 0 0 4.200.000.000 2 Bangunan 3.500.450.000 137.671.915 132.778.667 145.276.833 1.829.723.167 3 Mesin &

Peralatan proyek


(53)

Inventaris kantor

Total 42.194.200.000 2.077.048.998 1.989.246.375 1.944.837.250 20.252.021.082 Sumber : Olahan Sendiri Berdasarkan UU PPh No. 36 Tahun 2008

Dari perbandingan dua tabel diatas dapat dilihat ada perbedaan antara koreksi fiskal perusahaan dengan koreksi fiskal yang seharusnya dilakukan, dan setelah dilakukan analisa terhadap penyusutan perusahaan ternyata memang ada beberapa beban penyusutan yang tidak sesuai dengan tarif persentase dan pengelompokan aktiva menurut peraturan perpajakan, misalkan aktiva yang seharusnya menjadi kelompok II dibuat menjadi kelompok III dan tarif persentase yang seharusnya 12,5% dibuat menjadi 10%. Dan atas perbedaan tersebut perusahaan tidak melakukan koreksi fiskal lagi di laporan keuangan perusahaan, yang akibatnya adalah penyusutan aktiva tetap yang seharusnya lebih kecil dijadikan menjadi besar sehingga laba perusahaan berkurang dan tentunya akan mengurangi beban pajak perusahaan.

Berdasarkan buku akuntansi perpajakan Sukrisno Agoes (2007 : 98) dijelaskan bahwa, “atas perbedaan pengakuan besarnya laba yang terjadi, perusahaan tidak perlu membuat jurnal penyesuaian, perbedaan pengakuan tersebut menimbulkan beda tetap atau beda waktu. oleh karena itu, perusahaan harus melakukan koreksi pada rekonsiliasi saat pengisian SPT”.

Kemudian dari survei data yang penulis lakukan terdapat beberapa kesalahan pada laporan keuangan perusahaan, misalnya pada pengisian SPT Pajak Penghasilan masih terdapat beberapa kesalahan, salah satu nya pada bagian kolom pengisian data penyusutan tidak diisi oleh perusahaan dan sudah tentu menyalahi


(54)

ketentuan yang berlaku. Didalam buku perpajakan Mardiasmo (2009 : 30) dijelaskan juga bahwa :

setiap Wajib Pajak, wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke Direktorat Jenderal Pajak tempat wajib pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan belum menerapkan sepenuhnya peraturan undang-undang perpajakan dalam melakukan penyusutannya, juga pada pengisian SPT Tahunan terdapat kesalahan dalam menentukan tarif persentase penyusutan harta yang dilakukan oleh perusahaan yang tidak sesuai dengan undang-undang perpajakan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan analisis perhitungan penyusutan aktiva tetap menurut undang-undang perpajakan dan selanjutnya sebagai judul skripsi adalah “Analisis Penerapan Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Undang-Undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008 Pada PT. Karya Muda Nasional”.

1.2 Perumusan Masalah

Penulis menetapkan suatu rumusan masalah sebagai berikut:

a. Apakah perhitungan penyusutan aktiva tetap bukan bangunan yang dilakukan perusahaan telah sesuai dengan tarif persentase menurut Undang-Undang Perpajakan.

b. Apakah perhitungan beban penyusutan aktiva tetap yang dilakukan perusahaan telah tepat, sehingga laba fiskal perusahaan sudah tepat.


(55)

c. Apakah pengelompokan harta yang dilakukan oleh perusahaan sudah sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan.

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka penulis menetapkan tujuan penelitian sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apakah penyusutan aktiva tetap bukan bangunan yang dilakukan perusahaan telah sesuai dengan tarif persentase menurut Undang-Undang Perpajakan.

b. Untuk mengetahui apakah beban penyusutan aktiva tetap yang dilakukan perusahaan telah tepat, sehingga laba fiskal perusahaan sudah tepat. c. Untuk mengetahui apakah pengelompokan harta yang dilakukan oleh

perusahaan sudah sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan. 1.3.2 Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis, memberikan gambaran studi kooperatif antara pendidikan atau pengetahuan di bangku perkuliahan dengan keadaan yang seharusnya pada suatu perusahaan.

b. Bagi perusahaan, dapat dijadikan masukan berupa saran perkiraan yang berhubungan dengan penghitungan akumulasi penyusutan aktiva tetap. c. Bagi peneliti selanjutnya untuk dapat digunakan sebagai bahan

tambahan referensi terutama bagi peneliti yang membahas sejenis penelitian ini.


(56)

ABSTRAK

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PENYUSUTAN AKTIVA TETAP MENURUT UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN NO. 36 TAHUN 2008

PADA PT. KARYA MUDA NASIONAL

PT. Karya Muda Nasional adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi dengan hasil produksi utamanya adalah aspal yang digunakan untuk perbaikan jalan, pembuatan jembatan, dan lain sebagainya dengan kantor yang bertempat di Jl. Lintas Sumatera Tamiang (0636) 41038, sedangkan yang menjadi pusat pengolahan bahannya adalah di Batu Madingding Batang Natal Kabupaten Mandailing Natal. PT. Karya Muda Nasional dalam menerapkan penyusutan aktiva tetapnya menggunakan metode garis lurus untuk semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan baik aktiva berupa bangunan maupun aktiva bukan bangunan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Penerapan Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap yang dilakukan oleh perusahaan telah sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk menganalisis data yang berhubungan dengan judul penelitian penulis. PT. Karya Muda Nasional untuk menghitung penyusutan beberapa aktiva tetapnya menggunakan tarif persentase dan pengelompokan tidak sebagaimana mestinya. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008.

Hal ini akan menimbulkan masalah dalam beban penyusutan yang berpengaruh pada laba perusahaan yang nantinya akan mempengaruhi pada pembayaran pajak pada pemerintah, setelah penulis melakukan koreksi pada daftar aktiva yang dimiliki perusahaan maka terjadi selisih beban penyusutan yaitu sebesar Rp 599.771.874 untuk tahun 2010, Rp 591.360.417 untuk tahun 2011, dan Rp 598.634.375 untuk tahun 2012. Dari hasil observasi yang penulis lakukan pada perusahaan diperoleh nilai mean dengan hasil 2,4. Berdasarkan kategori penilaian tersebut nilai ini terletak pada interval 1,76 – 2,50 dengan kategori sangat tepat sampai tidak tepat. Berdasarkan perhitungan mean dengan hasil 2,4 maka dapat disimpulkan bahwa penerapan akuntansi penyusutan aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan kurang baik atau belum sepenuhnya menerapkan peraturan perpajakan.


(57)

ABSTRACT

ANALYSIS APPLICATION OF ACCOUNTING BY DEPRECIATION OF FIXED ASSETS TAX LAW NO. 36 OF 2008 IN

PT. KARYA MUDA NASIONAL

PT. Karya Muda Nasional is a company engaged in the field of construction services with its main production asphalt used for road repairs, bridge construction, and so forth with the office located at Jl. Lintas Sumatera Tamiang (0636) 41 038, while the center is in material processing in Batu Madingding Batang Natal regency Mandailing Natal. PT. Karya Muda Nasional to implement its fixed assets depreciation using the straight-line method for all assets owned by the company's assets in the form of either the building or not building assets. The purpose of this study was to determine the application of Accounting Depreciation of Fixed Assets carried out by the company in accordance with the taxation laws in force.

This research is a descriptive study to analyze data related to the title of the study authors. PT. Karya Muda Nasional to compute depreciation using several fixed assets and grouping percentage rates are not as they should be. This is certainly not in accordance with the provisions of Tax Law No. 36 of 2008.

This will cause problems in depreciation expense that affect the company's earnings would affect the payment of taxes to the government, after the author make corrections on the list of assets owned by the company that there is difference in depreciation expense in the amount of Rp 599,771,874 for 2010, Rp 591,360,417 for 2011, and Rp 598,634,375 for 2012. From the observation that the author did on the company obtained the mean value of 2.4 with the results. Based on the assessment category this value lies in the interval from 1.76 to 2.50 with a very appropriate category until imprecise. Based on the results of the calculation of the mean with 2.4 it can be concluded that the application of accounting depreciation of fixed assets is carried out by the company or unfavorable tax regulations have not been fully implemented.


(58)

SKRIPSI

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PENYUSUTAN AKTIVA TETAP

MENURUT UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN NO. 36 TAHUN 2008

PADA PT. KARYA MUDA NASIONAL

OLEH

BALUAT

110522143

PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(59)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PENYUSUTAN AKTIVA TETAP MENURUT UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN NO. 36 PADA PT. KARYA MUDA NASIONAL” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Mei 2013 Yang Membuat Pernyataan

BALUAT


(60)

ABSTRAK

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PENYUSUTAN AKTIVA TETAP MENURUT UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN NO. 36 TAHUN 2008

PADA PT. KARYA MUDA NASIONAL

PT. Karya Muda Nasional adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi dengan hasil produksi utamanya adalah aspal yang digunakan untuk perbaikan jalan, pembuatan jembatan, dan lain sebagainya dengan kantor yang bertempat di Jl. Lintas Sumatera Tamiang (0636) 41038, sedangkan yang menjadi pusat pengolahan bahannya adalah di Batu Madingding Batang Natal Kabupaten Mandailing Natal. PT. Karya Muda Nasional dalam menerapkan penyusutan aktiva tetapnya menggunakan metode garis lurus untuk semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan baik aktiva berupa bangunan maupun aktiva bukan bangunan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Penerapan Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap yang dilakukan oleh perusahaan telah sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk menganalisis data yang berhubungan dengan judul penelitian penulis. PT. Karya Muda Nasional untuk menghitung penyusutan beberapa aktiva tetapnya menggunakan tarif persentase dan pengelompokan tidak sebagaimana mestinya. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008.

Hal ini akan menimbulkan masalah dalam beban penyusutan yang berpengaruh pada laba perusahaan yang nantinya akan mempengaruhi pada pembayaran pajak pada pemerintah, setelah penulis melakukan koreksi pada daftar aktiva yang dimiliki perusahaan maka terjadi selisih beban penyusutan yaitu sebesar Rp 599.771.874 untuk tahun 2010, Rp 591.360.417 untuk tahun 2011, dan Rp 598.634.375 untuk tahun 2012. Dari hasil observasi yang penulis lakukan pada perusahaan diperoleh nilai mean dengan hasil 2,4. Berdasarkan kategori penilaian tersebut nilai ini terletak pada interval 1,76 – 2,50 dengan kategori sangat tepat sampai tidak tepat. Berdasarkan perhitungan mean dengan hasil 2,4 maka dapat disimpulkan bahwa penerapan akuntansi penyusutan aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan kurang baik atau belum sepenuhnya menerapkan peraturan perpajakan.


(61)

ABSTRACT

ANALYSIS APPLICATION OF ACCOUNTING BY DEPRECIATION OF FIXED ASSETS TAX LAW NO. 36 OF 2008 IN

PT. KARYA MUDA NASIONAL

PT. Karya Muda Nasional is a company engaged in the field of construction services with its main production asphalt used for road repairs, bridge construction, and so forth with the office located at Jl. Lintas Sumatera Tamiang (0636) 41 038, while the center is in material processing in Batu Madingding Batang Natal regency Mandailing Natal. PT. Karya Muda Nasional to implement its fixed assets depreciation using the straight-line method for all assets owned by the company's assets in the form of either the building or not building assets. The purpose of this study was to determine the application of Accounting Depreciation of Fixed Assets carried out by the company in accordance with the taxation laws in force.

This research is a descriptive study to analyze data related to the title of the study authors. PT. Karya Muda Nasional to compute depreciation using several fixed assets and grouping percentage rates are not as they should be. This is certainly not in accordance with the provisions of Tax Law No. 36 of 2008.

This will cause problems in depreciation expense that affect the company's earnings would affect the payment of taxes to the government, after the author make corrections on the list of assets owned by the company that there is difference in depreciation expense in the amount of Rp 599,771,874 for 2010, Rp 591,360,417 for 2011, and Rp 598,634,375 for 2012. From the observation that the author did on the company obtained the mean value of 2.4 with the results. Based on the assessment category this value lies in the interval from 1.76 to 2.50 with a very appropriate category until imprecise. Based on the results of the calculation of the mean with 2.4 it can be concluded that the application of accounting depreciation of fixed assets is carried out by the company or unfavorable tax regulations have not been fully implemented.


(1)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, dengan rahmat dan karunia Allah SWT peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul,“Analisis Penerapan Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pada PT. Karya Muda Nasional“. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program pendidikan S-1 dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, terutama kepada kedua Orang tua saya yang selalu mendukung dan mendo’akan penulis dalam setiap sujud mereka, Ayahanda A. Rivai PRD dan Ibunda Armida Lubis. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M, Ak, selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.Si, Ak, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(2)

4. Bapak Abdillah Arif Nasution, SE, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga saya dapat meyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Rasdianto, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembaca Nilai yang telah meluangkan waktu, fikiran dan tenaga sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Mei 2013 Penulis

BALUAT


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis ... 7

2.1.1 Pengertian Aktiva Tetap ... 7

2.1.2 Karakteristik dan Jenis Aktiva Tetap ... 8

2.1.3 Harga Perolehan Aktiva Tetap Berdasarkan Akuntansi Pajak ... 11

2.1.4 Kelompok Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan .... 20

2.1.5 Jenis-jenis dan Kelompok Harta Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 96/PMK.03/2009 ... 24

2.1.6 Penyusutan Aktiva Tertentu ... 30

2.2 Kerangka Konseptual ... 31

2.3 Hipotesis ... 33

2.4 Penelitian Terdahulu ... 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

3.2.1 Tempat Penelitian ... 35

3.2.2 Waktu Penelitian ... 35

3.3 Batasan Operasional ... 36

3.4 Depenisi Operasionl ... 36

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 37

3.5.1 Jenis Data ... 37

3.5.2 Sumber Data ... 37

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 38


(4)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 40 4.2 Pembahasan ... 42 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 51 5.2 Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA


(5)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Beban Penyusutan Sebelum Koreksi Fisikal ... 3

1.2 Beban Penyusutan Setelah Koreksi Fisikal ... 3

2.1 Perhitungan Harga Perolehan ... 12

2.2 Kelompok Harta Berwujud, Metode dan Tarif Penyusutan…………. ... 21

2.3 Jenis-jenis Harta Berwujud Yang Termasuk Dalam Kelompok I, II, III, dan IV... ... 25

2.4 Daftar Penelitian Terdahulu ... 33

3.1 Jadwal Penelitian... ... 35

3.2 Insrtumen Penelitian yang diambil Berdasarkan Observasi/ Wawancara... ... 36

4.1 Daftar Hasil Observasi ... 40

4.2 Total Nilai Obsevasi ... 41

4.3 Jenis Aktiva dan Tarif Penyusutan Menurut Perusahaan... 43

4.4 Jenis Aktiva dan Tarif Penyusutan Setelah Koreksi Fiskal 43 4.5 Jenis Pengelompokan Aktiva Menurut Perusahaan ... 44

4.6 Jenis Pengelompokan Aktiva Setelah Koreksi Fiskal ... 45

4.7 Beban Penyusutan Sebelum Koreksi Fiskal ... 46


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Laporan Observasi ... 55

2 Rincian Perolehan Aktiva Tetap PT. Karya Muda Nasional ... 57

3 Alat Inventaris PT. Karya Muda Nasional ... 59

4 Laporan Laba Rugi PT. Karya Muda Nasional... 60

5 Neraca PT. Karya Muda Nasional ... 61

6 Beban Penyusutan Sebelum dan Setelah Koreksi Fiskal PT. Karya Muda Nasional ... 62

7 Rincian Perolehan Aktiva Tetap PT. Karya Muda Nasional Setelah Koreksi Fiskal ... 63