103
akan menyusahkan, hanya menambah pekerjaan, jadi tidak peduli spa motif mereka ikut Berta dalam kegiatan pembinaan yang penting
laporan selalu baik sampai ke atasan. Wawancara 18 Juni 2015
Dapat dikatakan bahwa dalam pertukaran ini setiap Narapidana Wanita pada dasarnya memunyai hak dan kewajiban yang sama akan tetapi pada saat
pembinaanlah Petugas LAPAS dapat menilai tiap — tiap Narapidana Wanita apakah mereka bisa menjalankannya dengan baik atau tidak.Apabila mereka lulus
dalam pembinaan maka hak istimewa yang mereka dapatkan juga disediakan oleh Petugas LAPAS. Akan tetapi bagi Narapidana yang tidak mampu melaksanakan
bimbingan dengan baik maka Narapidana Wanita tersebut mau atau tidak mau harus patuh terhadap senua pihak baik itu Petugas LAPAS maupun Warga Binaan
Pemasyarakatan yang lain dan juga hak yang diterima diberikan oleh Petugas LAPAS
“ Saya tidak bisa melakukan bimbingan di LAPAS ini karena keterbatasan bahasa. Saya kan prang dari kampung nggak tabu
bahasa Indonesia dan saya juga nggak sekolah tinggi kan jadi ngerti apa sib yang dilakukan Petugas LAPAS sehingga Petugas lapas
menilai saya tidak mampu menjalankan bimbingan dengan baik dan saya tidak bisa menjadi Warga Binaan Pemasyarakatan dan juga
pasrah menerima hak saya apa adanya, “Wawancara27Mei2015
5.4 Perbedaan Perlakuan Pegawai LAPAS terhadap Narapidana Wanita.
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial social stratification adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal
bertingkat. Dalam penelitian ini, Adanya kedudukan-kedudukan warga binaan dalam lapisan sosial atas, menengah, dan lapisan sosial bawah ini dalam istilah
sosiologi disebut stratifikasi sosial.
Universitas Sumatera Utara
104
Di LAPAS, hal ini muncul karena adanya sesuatu yang dihargai dan bernilal sehingga menimbulkan pembedaan-pembedaan dalam kehidupan warga
binaannya. Pembedaan inilah yang dalam situasi tertentu membentuk suatu jenjang secara bertingkat yang dalam sosiologi dinamakan lapisan atau strata.
Dalam strata tersebutlah warga binaan wanita di LAPAS ini dimasukkan. Jadi, stratifikasi yang ada di LAPAS tidak hanya terbentuk di antara petugas rutan
dengan warga binaannya, seperti yang terjadi dalam LAPAS sebagai institusi total, melainkan juga terbentuk di antara sesama warga binaannya.
5.4.1 Atas dasar kekuasaan terhadap, seseorang Kedekatan dengan Petugas LAPAS
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang
bersangkutan. Kekuasaan ini mereka gunakan untuk menguasai dan mengatur kehidupan warga binaan lainnya serta untuk mendapatkan keuntungan-
keuntungan tersendiri. Mereka memiliki tingkatan yang jelas, baik dalam struktur kelembagan di
LAPAS maupun kekuasaan ketika berada di dalam blok kamar tahanan masing- masing. Kekuasaan formal dihentuk dengan sengaja dan keberadaannya disahkan
resmi oleh pihak LAPAS melalui perundang-undangan baik itu pemuka, tamping maupun korve blok.
Rahmawati 44 yang merupakan Warga Binaan Pemasyarakatan mengemukakan bahwa.
“Pada saat itu, saya melakukan pembinaan pengawasan terhadap sesama Narapidana Wanita disuruh Petugas untuk razia sehingga
mendapatkan benda – benda yang memang tidak diperbolehkan masuk dan disuruh juga mengetik segala aktivitas Narapidana
Universitas Sumatera Utara
105
Wanita. Semua Narapidana harus tunduk dan hormat kepada saya karena saya dulu pun melakukan hal yang sama. Dengan begitu
Petugas LAPAS dapat menilai saya apakah saya menjalankan tugas dengan baik. Ketika saya lulus dan diangkat menjadi Tamping maka
Petugas LAPAS menyerahkan tugas keamaman dan dokumentasi kepada saya sehingga saya mendapatkan hak – hak istimewa saya
seperti remisi. Wawancara 21 Mei 2015
RJ Sitorus 50 yang merupakan mantan Narapidana Wanita mengatakan
bahwa: “ Kalau coal kamar napi yang sesak dan padal ilu, saya tidak mau
tidur disitu karena Dulu pada saat saya jadi Warga Binaaan Pemasyarakatan sebagai tamping, saya dipercayakan oleh Petugas
LAPAS untuk menjaga kantor Petugas jadi saya bisa tidur di kantor Petugas kan lebih nyaman Wawancara 10 September 2015
5.4.2 Atas dasar penghargaan penghormatan terhadap seseorang Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas
dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Di LAPAS, ada beberapa kelompok narapidana yang menempati lapisan atas dalam dimensi prestise ini. Mereka
adalah sekelompok warga binaan yang mendapatkan penghormatan dan penghargaan yang tinggi dari sesama warga binaan lain. Dalam pergaulan sehari-
hari di rutan, mereka tidak sombong dan mau bergaul dengan siapa saja sehingga sangat dihormati, dalam bentuk sapaan, salam, rasa sungkan, dan sebagainya, baik
oleh petugas maupun warga binaan lain. Jadi prestise itu diperoleh bukan hanya karena mereka berasal dari lapisan atas dan punya banyak uang, tetapi juga karena
sikap mereka yang baik dan tidak sombong, terhadar, warma binaan lain. Endang Sriwati 44 yang merupakan KPLP menyatakan bahwa
“Apabila ada Narapidana wanita yang mempunyai kelakukan baik menurut penilaian para pengawas selama Narapidana tersebut
berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan Wanita Medan, maka kepada Narapidana wanita tersebut telah memenuhi syarat-syarat
tertentu seperti berkelakuan baik, patuh kepada segala peraturan tata tertib yang diberlakukan di dalam Lembaga Pemasyarakatan
Universitas Sumatera Utara
106
Wanita Medan, bertanggung jawab atas perbuatan, maka kepada Narapidana wanita tersbut dibina untuk dapat hidup baik-baik
ditengah-tengah masyarakat, misalnya Narapidana wanita tersebut diberi kesempatan untuk diangkat menjadi tamping atau pembantu
pegawaipetugas di dalam Lembaga Pemasyarakatan Wanita Medan dan Narapidana wanita yang demikian tersebut dapat bergaul
dengan para petugas Lembaga Pemasyarakatan Wanita Medan”Wawancara 18 Juni 2015
5.4.3. Atas Dasar Keahlian Dimensi terakhir dalam stratifikasi sosial di LAPAS adalah keahlian yang
bisa menjadikan seorang warga binaan naik kedudukannya atau mengalami mobilitas sosial di dalam stratifikasi sosial di LAPAS. Seorang warga binaan yang
memiliki keahlian tertentu seperti menjahit, memasak, merias di salon, serta mengajar mengaji Al-Qur’an maupun pelayanan kebaktian dan sebagainya akan
lebih dihargai oleh petugas maupun sesama warga binaan lainnya. Sedsangkan yang tidak memiliki keahlian apapun cenderung akan disepelekan kecuali bagi
yang memiliki kekayaan. Warga binaan yang memiliki keahlian tersebut biasanya akan diminta untuk membantu petugas di bagian tertentu sesuai keahliannya.
Roma Ulina Pasaribu 43 yang merupaakn KA SUBSI Register mengatakan bahwa :
“Setiap narapidana diwajibkan mengikuti aturan yang ada baik itu pembinaan kepribadian maupun kemandirian. Setiap narapidana wanita
yang mampu melaksanakan pembinaan maupun aktif selama 6 bulan dalam kegiatan kerja LAPAS akan diangkat menjadi Tamping. Biasanya
Tamping diangkat itu tergantung kebutuhan LAPAS. Sebelum Napi tersebut diangkat menjadi Tamping. Napi tersebut disidang oleh tim
pengamat pemasyarakatan dan apabila Napi tersebut dianggap mampu maka akan diberikan SK pengangkatan Tamping oleh KALAPAS. Kalo
Napi tersebut waktu dalam mengikuti pembinaan cocok dibagian dapur, maka ditempatkan di bagian dapur juga”. Wawancara 25 April 2015
Penghargaan Petugas LAPAS terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan
seperti pengangkatan. Narapidana Wanita menjadi Warga Binaan Pemasyarakatan
Universitas Sumatera Utara
107
sebagai Tamping yang memiliki kekuasaan terhadap Narapidana Wanita biasa, dihormati oleh Narapidana biasa dan memiliki keahlian yang dapat membantu
Petugas LAPAS dalam kegiatan operasional LAPAS yang dinilai dari pembinaan yang dilakukan selama ini namun ada kalanya Warga Binaan Pemasyarakatan
melakukan pelanggaran sehingga statusnya berubah. Roselina Purba 43 yang merupakan KA ADM KANTIB mengatakan
bahwa: “Adapun Napi yang telah diangkat menjadi Tamping, apabila dia
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan LAPAS maka dia akan terlebih dulu diproses melalui berita acara pemeriksaan dan
disidang oleh tim pengamat pemasyarakatan dan diberi hukuman apakah itu ringan, sedang maupun berat dan kemungkinan
terbesarnya dia tidak dipekerjakan lagi sebagai Tamping dsan hak- hak istimewa seperti remisi tidak akan diberikan” Wawancara 6
Mei 2015
Universitas Sumatera Utara
108
BAB VI PENUTUP