Entamoeba histolytica Parasit Penyebab Pencemaran Air 1

2.6.2. Entamoeba histolytica

a Morfologi dan Daur Hidup Amebiasis sebagai penyakit disentri yang dapat menyebabkan kematian dikenal sejak 450 tahun sebelum masehi oleh Hippocrates. Parasitnya, yaitu Entamoeba histolytica pertama kali ditemukan oleh Losh 1875 dari tinja disentri seorang penderita di Leningrad, Rusia Sutanto, 2008. Dalam daur hidupnya, E.histolytica mempunyai 2 stadium, yaitu: trofozoit dan kista. Bila kista matang tertelan, kista tersebut tiba di lambung masih dalam keadaan utuh karena dinding kista tahan terhadap asam lambung. Di rongga terminal usus halus, dinding kista dicernakan, terjadi enskistasi dan keluarlah stadium trofozoit yang masuk ke rongga usus besar. Dari sebuah kista mengandung 4 buah inti, akan terbentuk 8 buah trofozoit. Stadium trofozoit berukuran 10-60 mikron, mempunyai inti entamoeba yang terdapat di endoplasma. Ektoplasma bening homogen terdapat di bagian tepi sel, dapat dilihat dengan nyata. Pseudopodium yang dibentuk dari ektoplasma, besar dan lebar seperti daun, dibentuk dengan mendadak, pergerakannya cepat dan menuju suatu arah linier.Endoplasma berbutir halus, biasanya mengandung bakteri atau sisa makanan. Stadium trofozoit dapat bersifat patogen dan menginvasi jaringan usus besar. Dengan aliran darah, menyebar ke jaringan hati, paru, otak, kulit, dan vagina. Stadium trofozoit berkembang biak secara belah pasang. Stadium kista dibentuk dari stadium trofozoit yang berada di rongga usus besar. Di dalam rongga usus besar, stadium trofozoit dapat berubah menjadi stadium precyst yang berinti satu enkistasi, kemudian membelah menjadi berinti dua, dan akhirnya berinti 4 yang dikeluarkan bersama tinja. Ukuran kista 10-20 mikron, berbentuk bulat atau lonjong, mempunyai dinding kista dan terdapat inti entamoeba. Di endoplasma terdapat benda kromatoid yang besar, menyerupai lisong dan terdapat vakuol glikogen. Benda kromatoid dan vakuol glikogen dianggap sebagai makanan cadangan, karena itu terdapat pada kista muda. Pada kista matang, benda kromatoid dan vakuol glikogen biasanya tidak ada Universitas Sumatera Utara lagi. Stadum kista tidak patogen, tetapi merupakan stadium yang infektif. Dengan adanya dinding kista, stadium kista dapat bertahan terhadap pengaruh buruk di luar badan manusia. Infeksi terjadi dengan menelan kista matang Sutanto, 2008. Gambar 2.2. : Daur Hidup Entamoeba histolytica b Gejala Klinis dan Diagnosis Bentuk klinis yang dikenal adalah amebiasis intestinal dan amebiasis ekstra- intestinal. Amebiasis intestinal terbagi menjadi dua yaitu amebiasis kolon akut dan amebiasis kolon menahun. Gejala klinis yang biasa ditemukan pada amebiasis kolon akut adalah nyeri perut dan diare yang berupa tinja cair, tinja berlendir, atau tinja berdarah. Frekuensi diare dapat mencapai 10 x perhari. Demam dapat ditemukan pada sepertiga penderita. Pasien terkadang tidak napsu makan sehingga berat badanya Universitas Sumatera Utara menurun. Pada amebiasis kolon menahun gejala tidak begitu jelas. Biasanya terdapat gejala usus yang ringan, antara lain rasa tidak enak di perut, diare yang diselingi obstipasisembelit. Amebiasis ekstra-intestinal terdiri dari gejala abses hati yang paling sering ditemukan. Sebahagian besar penderita memperlihatkan gejala dalam waktu yang relatif singkat 2-4 minggu. Penderita juga memperlihatkan demam, batuk dan nyeri perut kuadran kanan atas. Bila permukaan diafragma hati terinfeksi, maka pada penderita dapat terjadi nyeri pleura kanan atau nyeri yang menular sampai bahu kanan. Pada 10 - 35 penderita dapat ditemukan gangguan gastrointestinal berupa mual, muntah, kejang otot perut, perut kembung, diare dan konstipasi. Pemeriksaan mikroskopis tidak dapat membedakan E.histolytica dengan E.dispar. Pemeriksaan mikroskopis sebaiknya dilakukan paling sedikit 3 kali dalam waktu 1 minggu. Pemeriksaan antibodi akan sangat membantu menegakkan diagnosis pada kelompok yang tidak tinggal di daerah endemis. Biasanya yang merupakan uji standar adalah IHA, sedangkan ELISA merupakan alternatif karena lebih cepat, sederhana dan juga lebih sensitif. Deteksi antigen juga dapat dilakukan. Antigen ameba yaitu GalGal-Naclectin dapat dideteksi dalam tinja, serum, cairan abses dan air liur penderita. Hal ini dapat dilakukan terutama mengunakkan teknik ELISA, sedangkan dengan teknik CIEP ternyata sensitivitasnya lebih rendah. Metode PCR mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang sebanding dengan deteksi antigen pada yinja penderita amebiasis intestinal. Untuk penelitian polimorfisme E.histolytica teknik PCR merupakan metode ungulan. Sampai saat ini diagnosis amebiasis yang invasif biasanya ditetapkan dengan kombinasi pemeriksaan mikroskopis tinja dan uji serologis. Bila ada indikasi, dapat dilakukan kolonoskopi dan biopsi pada lesi intestinal atau pada cairan abses. Parasit biasanya ditemukan pada dasar dinding abses Sutanto, 2008. Universitas Sumatera Utara c Pencegahan Pencegahan ameobiasis terutama ditujukan pada kebersihan perorangan dan kebersihan lingkungan. Kebersihan perorangan antara lain mencuci tangan dengan bersih sesudah buang air besar dan sebelum makan. Kebersihan lingkungan meliputi: masak air minum sampai mendidih sebelum diminum, mencuci sayuran sampai bersih atau memasaknya sebelum dimakan, buang air besar di jamban, tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk, menutup dengan baik makanan yang dihidangkan untuk menghindari kontaminasi oleh lalat dan lipas, membuang sampah di tempat sampah yang tertutup untuk menghindari lalat Sutanto, 2008.

2.6.3. Cryptosporidium parvum

Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Guru-Guru SD di Kecamatan Medan Selayang Terhadap Penatalaksanaan Gigi Avulsi

2 81 66

Proyeksi Jumlah Produksi Air Bersih PDAM Tirtanadidan Kebutuhannya Di Kecamatan Medan Sunggal Pada Tahun2014-2016 Berdasarkan Data Tahun 2004-2013

2 67 77

Perilaku Anggota Kelompok Pemakai Air (POKMAIR) Dalam Pengelolaan Sarana Air Bersih Di Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo Propinsi Jambi Tahun 2003

2 33 151

Hubungan Jarak Distribusi Air Bersih Dengan Jumlah Eschericia coli di Rumah Pelanggan PDAM Tirtanadi Sunggal di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2010

1 39 81

Pemberdayaan Pemerintah Kelurahan Dalam Rangka Pelayanan Masyarakat ( Studi Pada Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan polonia, Kota Medan, Sematera Utara )

2 33 107

Hubungan Sarana Sanitasi Air Bersih dan Perilaku Ibu Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Umur 10-59 Bulan di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

0 9 128

hubungan air bersih dan diare

0 2 14

Hubungan Diare dengan Pencemaran Air Bersih oleh Parasit dan Tingkat Pengetahuan Penggunaan Air Bersih oleh Penduduk di Kampung Susuk, Kecamatan Medan Selayang

0 0 22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Air - Hubungan Diare dengan Pencemaran Air Bersih oleh Parasit dan Tingkat Pengetahuan Penggunaan Air Bersih oleh Penduduk di Kampung Susuk, Kecamatan Medan Selayang

0 3 22

Hubungan Diare dengan Pencemaran Air Bersih oleh Parasit dan Tingkat Pengetahuan Penggunaan Air Bersih oleh Penduduk di Kampung Susuk, Kecamatan Medan Selayang

0 1 13