Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA

11 nasional merupakan salah satu diantara variabel yang timbul yang dapat berhubungan langsung dengan sistem pengendalian manajemen dan perilaku dysfunctional. Berdasarkan penelitian terdahulu diatas terdapat perbedaan dan persamaan penelitian yang akan dilakukan, perbedaannya terdapat pada waktu, tempat penelitian, dan Variabel bebas penelitian yang digunakan. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama membahas mengenai Sistem Pengendalian Manajemen. Jadi penelitian kali ini bukan merupakan duplikasi dari penelitian sebelumnya, meskipun diakui penelitian terdahulu mampu mendukung penelitian sekarang.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Kinerja

Kinerja adalah evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan lewat atasan langsung, teman, dirinya sendiri dan bawahan Suartana dalam Faisal dan Indra, 2002:167. Masalah evaluasi manajerial mungkin tidak akan mendapat perhatian besar apabila para manajer sama-sama berupaya menunjukkan kemampuan terbaiknya. Biasanya pada perusahaan, mempekerjakan manajer untuk menjalakan usahanya dan mendelegasikan wewenang pada mereka. Pengendalian perilaku memiliki peranan penting dalam mempengaruhi kinerja pada tingkat organisasi maupun tingkat cabang. Seseorang yang memegang posisi manajerial, diharapkan mampu 12 menghasilkan suatu kinerja manajerial, karena berbeda dengan kinerja karyawan yang pada umumnya bersifat kongkrit, sedangkan kinerja manajerial adalah bersifat abstrak dan kompleks. Menurut Mulyadi dan Setyawan 2001 : 353, dalam menuju ke masa depan, perusahaan umumnya mendasarkan pada perencanaan tujuan yang hendak dicapai dimasa depan dengan perilaku yang diharapkan dari keseluruhan personal dalam mewujudkan tersebut. Untuk mewujudkan tujuan perusahaan dengan perilaku yang diharapkan tersebut, perusahaan memerlukan sistem pengendalian. Sistem penghargaan berbasis kinerja merupakan salah satu alat pengendalian penting yang digunakan oleh organisasi untuk membangkitkan motivasi dalam diri personal dalam bertindak demi kepentingan terbaik organisasi. Penghargaan atas kinerja personal dilandasi oleh informasi yang dihasilkan dari kinerja personal. Menurut Mulyadi dan Setyawan 2001 :353, tujuan utama penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personal dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standart perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen rencana formal yang dituangkan dalam rencana strategis, program dan anggaran organisasi. Penilaian kinerja digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. 13

2.2.2. Kualitas Sebagai Komponen Pengendalian

Arti kualitas dapat berbeda-beda tergantung konteks dan pihak yang menggunakan. Dari berbagai definisi yang dikutif oleh Qomari 1996 dalam Nurbiyati 2000 menunjukkan bahwa kualitas mempunyai arti yang luas, tidak hanya dari sudut pandang pelanggan ataupun perusahaan tetapi dapat ditinjau berdasarkan perbandingan produk, nilai dan tingkat kepentingannya. Walaupun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara universal, dari definisi yang ada terdapat beberapa persamaan, yaitu adanya unsur-unsur: 1 kualitas yang dimaksud untuk memenuhi dan melebihi harapan pelanggan, 2 kualitas meliputi produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan, 3 kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang selalu berubah. Kualitas harus diperbaiki setiap waktu karena produk yang dianggap berkualitas pada saat ini mungkin akan dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang. Untuk kegunaan penulisan ini, dipertimbangkan tiga komponen pengendalian atau subsistem dari SPM yaitu: quality goal, quality feedback, dan quality incentive yang diharapkan untuk meningkatkan kondisi yang memotivasi para pekerja unit bisnis untuk mencapai hasil outcomes yang diinginkan atau ditentukan. Pandangan ini sesuai dengan pandangan Flamholtz 1996 dan Maiga dan Jacob 2005 yang menyatakan bahwa sistem pengendalian akan mempengaruhi arah dan tingkat usaha yang ditunjukkan oleh individual. Dimensi lainnya dari SPM yang secara potensial mempengaruhi pekerja dan kinerja perusahaan tidak dimasukkan dalam studi ini. 14 Sebuah sasaran quality goal bisa dilihat sebagai tujuan atau tingkat kinerja yang individu atau organisasi yang harus dicapai Locke et al, 1981. Feedback kinerja dipikirkan untuk memenuhi beberapa fungsi dan biasanya menunjuk pada informasi mengenai sebuah tingkatan dari kinerja atau cara dan efisiensi dimana proses kinerja dilakukan Kluger dan DeNisi, 1996. Insentif yang didasarkan pada kualitas quality incentive didefinisikan sebagai sistem pengakuan dan sistem penghargaan untuk mengakui adanya perbaikan kualitas dari kelompok dan individu Spreitzer dan Mishra, 1999; Ittner dan Larcker, 1995. Sistem pengukuran kualitas tradisional membagi program yang dihubungkan dengan kualitas dalam empat kategori Juran dan Gyrna, 1988, yaitu: 1 program pencegahan seperti pemeliharaan peralatan dan desain rancang-bangun untuk mencegah produksi dari produk yang cacat; 2 menilai program penilaian meliputi pemeriksaan informal, pengujian, audit kualitas, dengan mengarahkan pada tingkatan kualitas pemeliharaan; 3 kegagalan internal seperti produk sisa dan yang muncul dari deteksi masalah kualitas; 4 kegagalan eksternal seperti jaminan keabsahan, penggantian, dan pelayanan pelanggan yang muncul dari kualitas yang gagal di tangan pelanggan. Kualitas produk melalui pengujian reliabilitas internal harus dihubungkan dengan pengalaman para pelanggan yang menggunakan produk Ahire dan Dreyfus 2000. Kinerja dan reliability dari produk juga harus berhubungan dengan kualitas eksternal yang merupakan indikator dari kepuasan pelanggan seperti komplain, jaminan, dan litigasi sebagai kepuasan yang berhubungan dengan perspektif pelanggan dari produk pada 15 pemakaian aktual. Dalam penelitian ini, kualitas eksternal digunakan sebagai proksi untuk kepuasan pelanggan sebab kegagalan eksternal yang lebih rendah berhubungan dengan kepuasan pelanggan yang lebih tinggi.

2.2.3. Sistem Pengendalian Manajemen

2.2.3.1. Pengertian Sistem Pengendalian Manajemen

Definisi pengendalian pada awalnya adalah salinan dari suatu daftar rekening, yang kesejajaran mutu dan isi yang sama dengan aslinya. Menurut Samuel Johnson dalam Sawyer, 2003 definisi tersebut disimpulkan sebagai “a register or account kept by another officer, that each may be examined by the other” yang terjemahannya adalah suatu register atau rekening yang disimpan oleh petugas lain, sehingga memungkinkan register atau akun tersebut diperiksa oleh orang lain Pengertian pengendalian di atas adalah pengertian dalam arti yang sempit yang sering disebut sebagai pengecekan internal internal check. Maksudnya adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang diawasi oleh orang lain, sehingga tercipta suatu pengendalian. Istilah pengendalian intern merupakan istilah yang dapat dipertukarkan dengan pengendalian manajemen. Standards for Internal Control in the Federal Government yang dikeluarkan oleh General Accounting Office GAO November 1999 menyatakan bahwa: pengendalian intern yang disebut pula pengendalian manajemen membantu manajer program pemerintah mencapai tujuan yang ditetapkan melalui pengelolaan sumber daya publik secara efektif. 16

2.2.3.2. Jenis – Jenis Pengendalian Manajemen

Sistem pengendalian manajemen dapat diklasifikasikan ke dalam 5 lima jenis: Pusdiklatwas BPKP, 2007:18 1. Pengendalian pencegahan preventive controls Pengendalian pencegahan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya suatu kesalahan. Pengendalian ini dirancang untuk mencegah hasil yang tidak diinginkan sebelum kejadian itu terjadi. Pengendalian pencegahan berjalan efektif apabila fungsi atau personel melaksanakan perannya. Contoh pengendalian pencegahan meliputi: kejujuran, personel yang kompeten, pemisahan fungsi, reviu pengawas dan pengendalian ganda. Sebagaimana pepatah mengatakan: “lebih baik mencegah daripada mengobati” demikian pula dengan pengendalian. Pengendalian pencegahan jauh lebih murah biayanya dari pada pengendalian pendeteksian. Ketika dirancang ke dalam sistem, pengendalian pencegahan memperkirakan kesalahan yang mungkin terjadi sehingga mengurangi biaya perbaikannya. Namun demikian, pengendalian pencegahan tidak dapat menjamin tidak terjadinya kesalahan atau kecurangan sehingga masih dibutuhkan pengendalian lain untuk melengkapinya. Untuk itu, pengendalian pencegahan perlu dilengkapi dengan pengendalian deteksi dan pengendalian koreksi. 2. Pengendalian deteksi detective controls Sesuai dengan namanya pengendalian deteksi dimaksudkan untuk mendeteksi suatu kesalahan yang telah terjadi. Rekonsiliasi 17 bank atas pencocokan saldo pada buku bank dengan saldo kas pada buku organisasi merupakan contoh pengendalian deteksi atas saldo kas. Pengendalian deteksi biasanya lebih mahal daripada pengendalian pencegahan, namun tetap dibutuhkan dengan alasan berikut. Pertama, pengendalian deteksi dapat mengukur efektivitas pengendalian pencegahan. Kedua, beberapa kesalahan tidak dapat secara efektif dikendalikan melalui sistem pengendalian pencegahan sehingga harus ditangani dengan pengendalian deteksi ketika kesalahan tersebut terjadi. Pengendalian deteksi meliputi reviu dan pembandingan seperti: catatan kinerja dengan pengecekan independen atas kinerja, rekonsiliasi bank, konfirmasi saldo bank, kas opname, penghitungan fisik persediaan, konfirmasi atas piutangutang dan sebagainya. 3. Pengendalian koreksi corrective controls Pengendalian koreksi melakukan koreksi masalah-masalah yang teridentifikasi oleh pengendalian deteksi. Tujuannya adalah agar supaya kesalahan yang telah terjadi tidak terulang kembali. Masalah atau kesalahan dapat dideteksi oleh manajemen sendiri atau oleh auditor. Apabila masalah atau kesalahan terdeteksi oleh auditor, maka wujud pengendalian koreksinya adalah dalam bentuk pelaksanaan tindak lanjut dari rekomendasi auditor. Contoh: dijumpai adanya distribusi sembako kepada pihak-pihak yang tidak memenuhi kriteria untuk dibantu oleh pejabat kelurahan. Atas dasar pengaduan Lurah setempat mengambil langkah perbaikan dengan menarik kembali 18 bantuan tersebut dan mendistribusikan kepada pihak-pihak yang berhak dan memberikan sanksi kepada oknum pejabat yang telah melakukan penyimpangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4. Pengendalian pengarahanlangsung directive controls Pengendalian pengarahan adalah pengendalian yang dilakukan pada saat kegiatan sedang berlangsung dengan tujuan agar kegiatan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan atau ketentuan yang berlaku. Contoh atas pengendalian ini adalah kegiatan supervisi yang dilakukan langsung oleh atasan kepada bawahan atau pengawasan oleh mandor terhadap aktivitas pekerja. 5. Pengendalian pengganti compensating controls. Pengendalian kompensatif dimaksudkan untuk memperkuat pengendalian karena terabaikannya suatu aktivitas pengendalian. Pengawasan langsung pimpinan terhadap kegiatan pegawainya pada suatu organisasi kecil karena ketidak-adanya pemisahan fungsi merupakan contoh pengendalian pengganti.

2.2.4. Kinerja Kualitas

Kinerja kualitas dianggap sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan produk yang berkualitas yang disesuaikan dengan rancangan kualitas pada biaya produksi yang ekonomis Crosby 1996, dalam Maiga dan Jacob, 2005. Kinerja kualitas Dunk, 2002 didefinisikan sebagai tingkatan kualitas yang hendak dicapai perusahaan. Dalam kinerja kualitas, didalamnya merefleksikan biaya kualitas untuk menghasilkan kualitas dan kualitas yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. 19 Adapun yang dimaksud dengan biaya kualitas adalah biaya yang terjadi dan mungkin akan terjadi karena adanya kualitas yang buruk Tjiptono dan Diana, 2002. Biaya kualitas ini meliputi biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan kerusakan. Sedangkan Henry 2002, mendefinisikan biaya kualitas sebagai biaya yang secara khusus berhubungan dengan tercapainya atau tidaknya kualitas suatu produk. Dengan kata lain, jumlah dari biaya kualitas meliputi: 1 Biaya kualitas produk yang dikeluarkan, untuk memastikan pengembangan yang berhasil dari suatu produk atau jasa; 2 Biaya kualitas yang rendah, akan dikeluarkan untuk mengubah produk yang salah menjadi produk yang dapat diterima oleh pelanggan. Biaya kualitas dapat dikelompokkan menjadi empat golongan Tjiptono dan Diana, 2002, yaitu sebagai berikut : 1. Biaya pencegahan prevention cost Yaitu biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk yang dihasilkan. Biaya ini meliputi biaya yang berhubungan dengan perancangan, pelaksanaan dan pemeliharaan sistem kualitas. 2. Biaya deteksi penilaian detection appraisal cost Yaitu biaya yang terjadi untuk menentukan, apakah produk dan jasa sesuai dengan persyaratan-persyaratan kualitas. Tujuan utama dari fungsi ini adalah untuk menghindari terjadinya kesalahan dan kerusakan sepanjang proses perusahaan, seperti mencegah pengiriman barang-barang yang tidak sesuai dengan apa yang disyaratkan pelanggan. 20 3. Biaya kegagalan internal internal failure cost Adalah biaya yang terjadi karena ketidaksesuian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang atau jasa tersebut dikirimkan ke pihak luar pelanggan. Pengukuran biaya ini dilakukan dengan menghitung kerusakan produk sebelum meninggalkan pabrik. 4. Biaya kegagalan eksternal external failure cost Adalah biaya yang terjadi karena produk atau jasa gagal memenuhi persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut dikirimkan kepada para pelanggan. Biaya ini merupakan biaya yang paling membahayakan, karena dapat menyebabkan reputasi yang buruk, kehilangan pelanggan dan penurunan pangsa pasar. Dimensi kualitas yang dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan strategis pada perusahaan manufaktur, ada delapan dimensi Garvin, 1994 dalam Tjiptono, 2002. Dimensi-dimensi tersebut adalah: 1 Kinerja performance karakteristik pokok dari produk inti; 2 Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan features, sebagai karakteristik sekunder atau pelengkap; 3 Keandalan reliability, yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai; 4 Kesesuaian dengan spesifikasi conformance to specifications, yaitu sejauhmana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya; 5 Daya tahan durability, berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat digunakan; 6 Service, yaitu meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi dan penanganan keluhan dari para pelanggan dengan memuaskan; 7 Estetika, yaitu daya tarik produk 21 terhadap panca indera; 8 Kualitas yang dipersepsikan perceived quality, yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadap kualitas. Terdapat dua pandangan mengenai kualitas, yaitu: pandangan tradisional dan pandangan basis mutu Henry, 2002. Pandangan tradisional menganggap bahwa, senantiasa terdapat pengorbanan antara biaya peningkatan mutu dan mempertahankan status quo. Menurut pandangan tradisional, lebih murah untuk memproduksi barang dengan kualitas lebih rendah dan mempunyai tingkat cacat yang minimal. Sedangkan, pandangan basis mutu menganggap bahwa kualitas dapat dan harus selalu ditingkatkan, daripada harus menunggu inspeksi produk jadi atau mengerjakan ulang produk yang cacat. Pandangan basis mutu menyatakan bahwa, mutu harus dibentuk dari awal proses dengan tujuan tidak ada produk yang cacat zero defects. Perspektif dari pandangan basis mutu ini menyatakan bahwa, kualitas akan memberikan hasil untuk biaya yang dikeluarkan. Lebih lanjut, pandangan basis mutu menekankan adanya peningkatan yang berkesinambungan terhadap sistem dan proses Kualitas diakui secara luas sebagai unsur kunci dalam kemampuan perusahaan untuk menarik dan mempertahankan pelanggan. Peningkatan kualitas merupakan salah faktor strategik penting yang mempengaruhi perusahaan untuk dapat mencapai keunggulan bersaing. Dalam peningkatan kualitas, diperlukan adanya upaya perbaikan kualitas yang berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses dan lingkungan. Melalui perbaikan kualitas yang berkesinambungan, perusahaan dapat 22 meningkatkan labanya melalui dua cara Tjiptono dan Diana, 2002 yaitu : 1 Rute pertama, berupa rute pasar. Melalui rute ini, perusahaan dapat memperbaiki posisi persaingannya dengan memperluas pangsa pasar dan harga jual yang lebih tinggi. Dengan memperluas pangsa pasar dan harga jual yang tinggi, akan mengarah pada peningkatan penghasilan, sehingga laba yang diperoleh juga semakin besar. 2 Rute kedua, perusahaan dapat meningkatkan output yang bebas dari kerusakan melalui usaha perbaikan kualitas. Pada rute kedua ini menyebabkan biaya operasi perusahaan berkurang, sehingga laba perusahaan yang diperoleh akan meningkat.

2.2.5. Kinerja Keuangan

2.2.5.1. Pengertian Kinerja Keuangan

Perusahaan sebagai suatu organisasi yang mempunyai tujuan tertentu yang menunjukkan apa yang ingin dilakukan untuk memenuhi kepentingan anggotanya. Dalam menilai apakah tujuan yang telah ditetapkan tersebut dapat dicapai tidaklah mudah dilakukan, karena hal ini menyangkut semua aspek manajemen yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan. Salah satu cara untuk mengetahui apakah suatu perusahaan dalam menjalankan operasinya telah sesuai dengan rencana dan tujuannya adalah dengan melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan. Weston dan Copeland 1999 : 192 berpendapat bahwa kinerja keuangan adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam satu perioda tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut. 23 Dengan mengetahui kinerja keuangan perusahaan, maka dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan finansial dari perusahaan tersebut, kemudian menganalisisnya, sehingga kita dapat menilai hal apa yang dicapai oleh perusahaan diwaktu lalu dan diwaktu yang sedang berjalan.

2.2.5.2. Penilaian Kinerja Keuangan

Setiap perusahaan memerlukan pengukuran kinerja yang selama ini dicapai perusahaan. Pengukuran kinerja diperlukan untuk mengetahui kondisi dan prestasi keuangan perusahaan sehingga dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat keputusan. Menurut Supriyono 1999: 420 pengukuruan kinerja adalah proses untuk menentukan seberapa baik aktivitas-aktivitas bisnis dilaksanakan untuk mencapai tujuan strategis, mengeliminasi pemborosan-pemborosan, dan menyajikan informasi tepat waktu untuk melaksanakan penyempurnaan secara berkesinambungan. Sebagai catatan bahwa ketika melakukan penilaian terhadap kinerja, maka baik input maupun outputnya perlu diukur.

2.2.5.3. Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan

Menurut Mulyadi dan Setyawan 2001: 353 tujuan penilaian kinerja adalah sebagai berikut: 1. Untuk memotivasi personel dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya. 2. Untuk menekankan perilaku yang tidak semestinya dan untuk mendorong serta menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan. 24

2.2.5.4. Manfaat Penilaian Kinerja Keuangan

Menurut Mulyadi dan Setyawan 2001: 417 penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk: 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum. 2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian. 3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka. 5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

2.2.6. Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap Pencapaian

Kinerja Kualitas Sistem pengendalian dalam suatu organisasi mencakup pengendalian manajemen maupun proses pengendalian dan perencanaan lainnya. Dalam suatu organisasi, para manajer dan karyawan harus dimotivasi dan diarahkan untuk melakukan apa yang diinginkan pimpinan dan akan dikoreksi apabila terdapat penyimpangan terhadap tujuan manajemen. Dalam sistem pengendalian manajemen, sedikitnya terdapat empat komponen yaitu 1 Pelacak detector atau sensor, yaitu sebuah perangkat yang mengukur apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses yang sedang dikendalikan; 2 Penaksir assessor, yaitu suatu perangkat yang menentukan signifikansi dari peristiwa actual dengan 25 membandingkannya dengan beberapa standar atau ekspektasi dari apa yang seharusnya terjadi; 3 Effector, yaitu suatu perangkat yang sering disebut dengan feedback yang mengubah perilaku jika assesor mengindikasikan kebutuhan yang perlu dipenuhi; 4 Jaringan komunikasi, yaitu merupakan peringkat yang meneruskan informasi antar detector dan assesor dan antara assesor dan effector. Henry, 2002. Kegiatan dari Sistem Pengendalian Manajemen Anthony dan Govindarajan, 1998 terdiri atas berbagai macam, yaitu: 1 merencanakan apa yang seharusnya dilakukan oleh organisasi; 2 mengkoordinasikan kegiatan dari beberapa bagian organisasi; 3 mengkomunikasikan informasi; 4 mengevaluasi informasi; 5 memutuskan tindakan apa yang seharusnya diambil jika perlu; 6 mempengaruhi orang-orang untuk mengubah perilaku mereka. Kegiatan-kegiatan dalam Sistem Pengendalian Manajemen ini akan dilaksanakan diseluruh tingkatan dalam organisasi, Pengendalian manajemen lebih diarahkan kepada proses memotivasi dan memberi semangat kepada para anggota organisasi untuk melaksanakan kegiatan organisasi yang diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Proses pengendalian tersebut, akan melibatkan komunikasi informal dan interaksi antara manajer dengan karyawan. Pada perusahaan yang berorientasi mencapai kinerja kualitas sebagai factor strategis untuk mencapai keunggulan bersaing, komponen sistem pengendalian manajemen, seperti: sasaran kualitas quality goals, umpan balik kualitas feedback quality dan kualitas yang dihubungkan dengan intensif atau yang disebut dengan quality intensive, diharapkan dapat menciptakan suatu kondisi yang memotivasi karyawan pada bagian unit bisnis perusahaan untuk mencapai hasil kualitas yang telah ditetapkan. 26

2.2.7. Pengaruh Kinerja Kualitas Terhadap Kinerja Keuangan

Dalam literatur pemasaran yang menguji dampak kinerja kualitas quality performance atas keseluruhan kinerja bisnis pada hasil yang dimodifikasi dalam Maiga dan Jacob, 2005 dinyatakan bahwa, prestasi yang positif atas kinerja keuangan berdasarkan kualitas, mempunyai hubungan yang kompleks antara organisasi dengan pasar. Pada penelitian akuntansi akhir-akhir ini, telah menunjukkan adanya dampak kinerja kualitas quality performance terhadap kinerja keuangan. Nagar dan Rajan 2001 menguji hubungan antara penjualan masa mendatang dengan nilai nonkeuangan defect barang yang cacat dan penyerahan tepat waktu dan keuangan biaya-biaya kegagalan internal dan eksternal sebagai ukuran kualitas pada perusahaan manufaktur. Mereka menemukan bahwa ukuran nonkeuangan dan keuangan dapat meramalkan penjualan yang akan datang, walaupun, ukuran nonkeuangan mendominasi efek dari ukuran keuangan ketika kedua-duanya tercakup pada analisa tersebut. Untuk penjualan masa mendatang, ukuran kedua-duanya bersifat menjelaskan didalam regresi yang dikombinasikan, yang melengkapi satu sama lain. Meskipun didalam literatur mengenai hubungan antara kinerja kualitas quality performance dengan kinerja keuangan tidak dapat diputuskan, diduga perusahaan akan memulai meningkatkan kinerja kualitas quality performance, jika mereka mengharapkan kinerja kualitas quality performance dapat meningkatkan pendapatan dibandingkan dengan biaya yang terkait. 27

2.2.8. Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen Melalui Kinerja Kualitas

Terhadap Kinerja Keuangan Teori Bayes mengatakan dengan tindakan atau alternatif tindakan yang ada maka kita dapat memperkirakan resiko yang akan muncul untung atau rugi atau tiap tindakan dari tiap keadaan termasuk kinerja yang bakal terjadi di masa depan Siagian 1987:44. Dimana teori tersebut didasarkan pada prinsip kinerja kualitas yang baik ke depan akan dapat meningkatkan kinerja keuangan. Studi terkini dalam akuntansi juga mengalamatkan pengaruh dari kinerja kualitas atas kinerja keuangan. Nagar dan Rajan 2001 menguji hubungan antara penjualan masa datang dan ukuran current non-keuangan produk cacat dan on-time delivery dan keuangan internal dan external failure loss dari kualitas untuk suatu perusahaan manufaktur. Mereka menemukan bahwa baik ukuran keuangan dan non-keuangan secara signifikan memprediksi penjualan satu kuartal kedepan; bagaimanapun, ukuran non-keuangan mendominasi pengaruh dari ukuran keuangan ketika keduanya dimasukkan dalam analisis. Untuk penjualan empat kuartal kedepan, kedua ukuran memiliki kekuatan penjelas dalam suatu kombinasi regresi, menyatakan bahwa mereka melengkapi satu dengan lain. Walaupun literatur memandang hubungan antara kinerja kualitas dan kinerja keuangan adalah tidak conclusive, diperkirakan perusahaan lebih suka untuk berinisiatif meningkatkan kinerja kualitas jika mereka mengharapkan kinerja kualitas dapat meningkatkan revenues lebih dari beberapa perbaikan dalam kos yang berhubungan, ini disebut proses capital-rationing yang rational. Oleh karena itu, diharapkan suatu hubungan positif yang signifikan antara kinerja kualitas dan kinerja keuangan. 28

2.3. Kerangka Pikir