PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN TERHADAP KUALITAS KINERJA DAN KONSEKUENSINYA TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PT. DIPO VALASINDO.

(1)

PADA PT. DIPO VALASINDO

SKRIPSI

Oleh :

PEPMI ARI SAYEKTI 0613015044 / FE / EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

PENGARUH PERSEPSI MANAJER ATAS INFORMASI AKUNTANSI KEUANGAN TERHADAP KEBERHASILAN PERUSAHAAN

PADA PT. SERUNI SEMPANA AGUNG DI SIDOARJO

yang diajukan :

ILMIATUL MANFAATI 0613010051/FE/EA

disetujui untuk ujian lisan oleh

Pembimbing Utama

Drs.Ec. Eko Riyadi, MAks Tanggal : ………. NIP.030 222 237

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi NIP. 030.194.437


(3)

PENGARUH PERSEPSI MANAJER ATAS INFORMASI AKUNTANSI KEUANGAN TERHADAP KEBERHASILAN PERUSAHAAN

PADA PT. SERUNI SEMPANA AGUNG DI SIDOARJO

Disusun oleh :

ILMIATUL MANFAATI 0613010051/FE/EA telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal, 26 November 2010

Pembimbing Utama Tim Penguji Utama Ketua

Drs. Ec. Eko Riyadi, MAks DR. Sri Trisnaningsih, SE. MSi Sekretaris

Drs. Ec. Eko Riyadi, MAks Anggota

Dra. Ec. Erna Sulityowati, MM

Dekan Fakultas Ekonomi

DR.H. Dhani Ichsanudin Nur, MM NIP. 030.202.389


(4)

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : ““Pengaruh

Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap Kinerja Kualitas Dan Konsekuensinya terhadap Kinerja Keuangan pada PT. Dipo Valasindo”, dapat

terselesaikan dengan baik.

Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.

Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Bapak. Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan saran untuk penulis.

5. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur


(5)

skripsi ini.

7. Buat Ibunda dan Ayahanda yang tercinta, serta buat saudara – saudaraku yang tersayang, tiada kata yang bisa ananda ucapkan, selain kata terima kasih yang sebanyak - sebanyaknya, karena beliaulah yang selama ini telah memberi dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan, memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.

Surabaya, September 2010

Penulis


(6)

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 5

1.3. Tujuan Penelitian... 5

1.4. Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1. Kinerja... 11

2.2.2. Kualitas Sebagai Komponen Pengendalian ... 13

2.2.3. Sistem Pengendalian Manajemen ... 15

2.2.3.1. Pengertian Sistem Pengendalian Manajemen ... 15

2.2.3.2. Jenis – Jenis Pengendalian Manajemen ... 16

2.2.4. Kinerja Kualitas ... 18

2.2.5. Kinerja Keuangan ... 22

2.2.5.1. Pengertian Kinerja Keuangan ... 22

2.2.5.2. Penilaian Kinerja Keuangan ... 23


(7)

2.2.6. Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap

Pencapaian Kinerja Kualitas... 24

2.2.7. Pengaruh Kinerja Kualitas Terhadap Kinerja Keuangan... 26

2.2.8. Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen Melalui Kinerja Kualitas Terhadap Kinerja Keuangan... 27

2.3. Kerangka Pikir ... 28

2.4. Hipotesis ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Teknik Pengukuran Variabel ... 29

3.1.1. Definisi Operasional ... 29

3.1.2. Pengukuran Variabel... 30

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 32

3.2.1. Populasi... 32

3.2.2. Sampel... 32

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.3.1. Jenis Dan Sumber Data ... 34

3.3.2. Metode Pengumpulan Data... 34

3.4. Uji Kualitas Data ... 35

3.4.1. Uji Validitas ... 35

3.4.2. Uji Reliabilitas ... 35

3.4.3. Uji Normalitas... 36

3.5. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 36

3.5.1. Teknik Analisis ... 36

3.5.2. Uji Hipotesis ... 38


(8)

4.1.1. Sejarah Singkat PT. Dipo Valasindo ... 39

4.1.2. Tujuan Perusahaan ... 39

4.1.3. Struktur Organisasi ... 40

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 42

4.3. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 44

4.3.1. Uji Analisis Data... 44

4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas ... 44

4.3.1.1.1. Uji Validitas... 44

4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas ... 45

4.3.1.1.3. Uji Normalitas ... 46

4.3.2. Teknik Analisis ... 47

4.3.3. Uji Hipotesis ... 49

4.4. Pembahasan ... 51

4.4.1. Implikasi ... 51

4.4.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya... 54

4.4.3. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat... 54

4.4.4. Keterbatasan Penelitian... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 56

5.2. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

Halaman

Tabel. 1.1 Laporan Target dan Realisasi Penjualan PT. Dipo Valasindo

Tahun 2006 – 2009... 5

Tabel. 4.1. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai “Sistem Pengendalian Manajemen” (X1)... 42

Tabel. 4.2. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai “Kinerja Kualitas” (X2)... 43

Tabel. 4.3. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai “Kinerja Keuangan” (Y) ... 44

Tabel. 4.4. Hasil Uji Validitas ... 45

Tabel. 4.5. Hasil Uji Reliabilitas... 46

Tabel. 4.6. Hasil Uji Normalitas ... 47

Tabel. 4.7 Hasil Analisis Pemetaan Jalur (Path Analysis) … ... 49


(10)

Halaman

Gambar. 2.1. Diagram Kerangka Pikir... 28

Gambar. 3.1. Diagram Jalur Path Analysis ... 37

Gambar. 4.1. Struktur Organisasi PT. Dipo Valasindo ... 41

Gambar. 4.2. Diagram Jalur Path Analysis ... 48


(11)

viii

Oleh :

PEPMI ARI SAYEKTI

Abstrak

Tingkat persaingan yang semakin tajam pada saat ini ditambah dengan perubahan selera konsumen, kemajuan teknologi, serta perubahan sosial ekonomi memunculkan tantangan-tantangan dan peluang dalam bisnis. Perusahaan harus dapat memanfaatkan kemampuan yang dimiliki agar dapat memenangkan persaingan dan memperoleh profit semaksimal mungkin yang merupakan salah satu tujuan perusahaan. Pengendalian manajemen merupakan salah satu dari beberapa tipe aktivitas perencanaan dan pengendalian yang ada dalam suatu organisasi. Setiap perusahaan memerlukan pengendalian manajemen, karena sistem tersebut didesain untuk mengatur aktivitas perusahaan melalui para pemimpin (manajer) organisasi agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan perusahaan. Proses pengendalian dilakukan melalui para pemimpin (manajer) dengan penentuan tujuan dan strategi, pelaksanaan dan pengukuran serta analisis prestasi dan penghargaan. Karena dalam pelaksanaan pembangunan diera globalisasi ini, tenaga kerja memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dalam mencapai tujuan pembangunan. Untuk itu dibutuhkan manusia-manusia yang berkualitas dan tangguh untuk siap memasuki era globalisasi dan mampu melakukan perubahan-perubahan untuk dapat bersaing serta berperan diera tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji secara empiris pengaruh langung dan tidak langsung (dengan melalui kinerja kualitas) Sistem Pengendalian Manajemen terhadap Kinerja Keuangan.

Sampel yang digunakan dalam penelitan ini 29 Manajer PT. Dipo Valasindo. Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 29 responden (Manajer PT. Dipo Valasindo) dan kuesioner tersebut terdiri dari 10 pernyataan yang dibagi menjadi 3 bagian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik Analisis Pemetaan Jalur (Path Analysis).

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Hipotesis I yang menyatakan bahwa Sistem Pengendalian Manajemen berpengaruh langsung terhadap Kinerja Keuangan, teruji kebenarannya, Hipotesis 2 yang menyatakan bahwa Sistem Pengendalian Manajemen berpengaruh tidak langsung (dengan melalui Kinerja Kualitas) terhadap Kinerja Keuangan, teruji kebenarannya, dan Hipotesis 3 yang menyatakan bahwa Kinerja Kualitas berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan, teruji kebenarannya

Keyword : Sistem Pengendalian Manajemen, Kinerja Kualitas dan Kinerja Keuangan


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengendalian manajemen merupakan salah satu dari beberapa tipe aktivitas perencanaan dan pengendalian yang ada dalam suatu organisasi. Beberapa aktivitas yang termasuk dalam pengendalian manajemen seperti perencanaan aktivitas yang akan dilakukan, pengkoordinasian aktivitas, pengkomunikasian informasi, pengevaluasian informasi, pembuatan keputusan yang menyangkut apakah suatu aktivitas akan dilakukan atau tidak dan bagaimana mempengaruhi orang-orang dalam organisasi untuk merubah perilakunya. (Cahyono, 2007:2).

Anthony dan Govindarajan (1995) mendefinisikan sistem pengendalian manajemen sebagai sebuah proses seorang manajer dalam memastikan sumberdaya yang diperoleh dan dipergunakan secara efektif dan efisien dalam usaha untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam penelitian-penelitian tentang sistem pengendalian manajemen sebelumnya, konsep pengendalian manajemen dirasakan sebagai proses yang dirancang untuk menanggulangi aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam organisasi. Sebagai konsekuensinya pemahaman tentang sistem pengendalian hanya didasarkan pada mekanisme penginvestigasian yang diimplementasikan oleh manajemen untuk mengendalikan pekerjaan melalui pengamatan dan pemantauan perilaku dan output (Cahyono, 2007:2)


(13)

Setiap perusahaan memerlukan pengendalian manajemen, karena sistem tersebut didesain untuk mengatur aktivitas anggota organisasi melalui para pemimpin (manajer) organisasi agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan perusahaan. Adapun bentuk pengendalian dapat berupa pengendalian akuntansi, perilaku dan personal. Proses pengendalian dilakukan melalui para pemimpin (manajer) dengan penentuan tujuan dan strategi, pelaksanaan dan pengukuran serta analisis prestasi dan penghargaan. Karena dalam pelaksanaan pembangunan diera globalisasi ini, tenaga kerja memiliki peran dann kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dalam mencapai tujuan pembangunan. Untuk itu dibutuhkan manusia-manusia yang berkualitas dan tangguh untuk siap memasuki era globalisasi dan mampu melakukan perubahan-perubahan untuk dapat bersaing serta berperan diera tersebut. (Jumaili, 2006:2)

Tingkat persaingan yang semakin tajam pada saat ini ditambah dengan perubahan selera konsumen, kemajuan teknologi, serta perubahan sosial ekonomi memunculkan tantangan-tantangan dan peluang dalam bisnis. Perusahaan harus dapat memanfaatkan kemampuan yang dimiliki agar dapat memenangkan persaingan dan memperoleh profit semaksimal mungkin yang merupakan salah satu tujuan didirikannya perusahaan. Menurut Porter dalam Jumaili (2006:2) pelaku bisnis dituntut untuk berlomba-lomba melakukan strategi kompetisi dengan fokus pada penciptaan sesuatu yang berbeda untuk melayani konsumen dengan perpaduan yang unik. Porter (1999) juga mengatakan bahwa inti strategi suatu organisasi adalah “coping with competition”.


(14)

Perusahaan harus mampu menyesuaikan diri sedekat mungkin dengan kompetisi pasar yang sedang dihadapinya. Perusahaan harus mempunyai kinerja yang baik agar menjadi lebih unggul dalam bersaing dari kompetitornya. Literatur strategi manufaktur menunjukkan bahwa kualitas produk sebagai salah satu prioritas bersaing utama untuk memperoleh manfaat bersaing adalah sesuatu yang dapat didukung (Hill, 1997). Young dan Selto (1991) menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat merespon kompetisi global dengan mengadopsi strategi yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu produk yang berkualitas tinggi, serta membuat kualitas produk sebagai sasaran utama dari unit manufaktur mereka. Banyak studi (Daniel dan Reitsperger, 1991; Ittner dan Larcker, 1995, Sarkar, 1997; Sim dan Killough, 1998) yang menyelidiki efek langsung dari satu atau lebih komponen dari sistem pengendalian (misal: Feedback, insentif, dan goal/sasaran) terhadap kinerja atau beberapa variabel (misal: perbaikan kualitas dan kinerja keuangan).

Maiga dan Jacob (2005) menyelidiki pengaruh langsung independen atau interaksi langsung atas komponen sistem pengendalian atau variabel intervening atas kinerja. Tulisan ini menggunakan model analisis jalur (Path analysis modelling) bertujuan untuk menguji hubungan tiga komponen system pengendalian manajemen (SPM), yaitu kehadiran quality goal, penetapan quality feedback, dan quality incentive terhadap kinerja kualitas ; hubungan antara kinerja kualitas terhadap kepuasan pelanggan; hubungan antara kinerja kualitas terhadap kinerja keuangan; dan hubungan antara kepuasan pelanggan terhadap kinerja keuangan.


(15)

Demikian juga yang dialami perusahaan PT. Dipo Valasindo, yang bergerak di bidang jasa transportasi, dari waktu ke waktu permintaan akan jasa transportasi di perusahaan ini selalu mengalami peningkatan. Tetapi dalam kenyatannya produksi pada PT. Dipo Valasindo belum dapat mencapai target yang diinginkan maka akibatnya target penjualannya mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari penurunan target penjualan dari tahun 2006 sampai tahun 2008 seperti yang disajikan pada tabel 1.1. mengenai total target penjualan, berikut ini :

Tabel 1.1 : Laporan Target dan Realisasi Penjualan PT. Dipo Valasindo

Tahun 2006 - 2008

NO TAHUN TARGET

PENJUALAN

REALISASI

PENJUALAN SELISIH %

1 2006 Rp. 301.017.687,00 Rp. 240.132.164,00 (Rp. 60.885.523) 20 % 2 2007 Rp. 399.874.861,00 Rp. 312.575.765,00 (Rp. 87.299.096) 22 % 3 2008 Rp. 389.990.001,00 Rp. 333.986.558,00 (Rp. 56.003443) 14 %

Sumber : PT. Dipo Valasindo (diolah)

Berdasarkan tabel 1.1. dapat diketahui bahwa PT. Dipo Valasindo mengalami penurunan target penjualan, yang disebabkan sales tidak maksimal dalam bekerja. Penyebabnya dari faktor intern perusahaan khususnya mengenai perilaku manajer yang menyebabkan suasana perusahaan tidak kondusif. Sedangkan dari faktor ekstern terjadi ketatnya persaingan antar perusahaan yang menghasilkan produk sejenis atau sama. Sesuatu yang menyebabkan perilaku manajer menjadi turun yaitu adaya pelimpahan tugas dari manajer ke karyawan yang tidak berjalan dengan baik.

Menurut Teori Bayes dalam Siagian (1997:44) mengatakan dengan tindakan atau alternatif tindakan yang ada maka kita dapat memperkirakan


(16)

resiko yang akan muncul (untung atau rugi) atau tiap tindakan dari tiap keadaan termasuk kinerja yang bakal terjadi di masa depan. Dimana teori tersebut didasarkan pada prinsip kinerja kualitas yang baik ke depan akan dapat meningkatkan kinerja keuangan. Studi terkini dalam akuntansi juga mengalamatkan pengaruh dari kinerja kualitas atas kinerja keuangan.

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen

Terhadap Kinerja Kualitas Dan Konsekuensinya terhadap Kinerja Keuangan pada PT. Dipo Valasindo”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka berikut ini dibuat suatu perumusan masalah yang nantinya akan dilakukan analisis sebagai berikut :

1. Apakah Sistem Pengendalian Manajemen berpengaruh langsung terhadap Kinerja Keuangan ?

2. Apakah Sistem Pengendalian Manajemen berpengaruh tidak langsung (dengan melalui Kinerja Kualitas) terhadap Kinerja Keuangan ?

3. Apakah Kinerja Kualitas berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu 1. Untuk mengetahui pengaruh langsung dari Sistem Pengendalian


(17)

2. Untuk menganalisis pengaruh tidak langsung (dengan melalui Kinerja Kualitas) dari Sistem Pengendalian Manajemen terhadap Kinerja Keuangan.

3. Untuk membuktikan pengaruh dari Kinerja Kualitas terhadap Kinerja Keuangan.

1.4. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang dikemukakan, adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu antara lain:

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai langkah nyata penerapan ilmu sesuai dengan teori yang didapat selama kuliah, serta dapat menambah pengetahuan tentang kondisi perusahaan dan permasalahan yang dihadapinya, sehingga dapat diambil suatu kesimpulan yang tepat.

2. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan menambah referensi perpustakaan dan digunakan sebagai referensi bagi peneliti lain.

3. Bagi Praktisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk memilih jenis pengendalian yang tepat dalam rangka meningkatkan efektifitas pengendalian tersebut yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja baik individu manajer maupun organisasi.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan penelitian ini, telah dilakukan oleh

1. Jumaili (2006) a. Judul :

Hubungan Komponen Sistem Pengendalian Manajemen (Quality Goal, Quality Feedback, dan Quality Incentive) terhadap Kinerja Kualitas dan Konsekuensi terhadap Kinerja Keuangan.

b. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan tiga komponen system pengendalian manajemen (SPM), yaitu kehadiran quality goal, penetapan quality feedback, dan quality incentive terhadap kinerja kualitas ; hubungan antara kinerja kualitas terhadap kepuasan pelanggan; hubungan antara kinerja kualitas terhadap kinerja keuangan; dan hubungan antara kepuasan pelanggan terhadap kinerja keuangan.

c. Hasil Penelitian

Penelitian ini memberikan bukti secara empiris mengenai apakah ada hubungan faktor-faktor sistem pengendalian manajemen (quality goal, quality feedback, dan quality incentive) terhadap kinerja kualitas, hubungan dari kinerja kualitas terhadap kepuasan


(19)

pelanggan dan kinerja keuangan, dan hubungan kepuasan pelanggan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan yang menerapkan quality management.

d. Implikasi

Untuk dapat meningkatkan kinerja keuangan, manajer produksi dan pemasaran harus mempertimbangkan quality goal, quality feedback dan quality incentive terhadap produk sisa, pekerjaan ulang, dan defect yang secara positif akan meningkatkan kinerja kualitas dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Kinerja kualitas juga akan berhubungan positif dengan meningkatnya kepuasan pelanggan dalam menggunakan produk yang dihasilkan.

Peningkatan kinerja kualitas sendiri sebagai ukuran non-keuangan dan tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi akan produk pada akhirnya berhubungan positif dalam meningkatkan kinerja keuangan sebagai ukuran keuangan yang didasarkan pada meningkatnya tingkat pertumbuhan penjualan, laba perusahaan, dan return on assets walaupun tidak signifikan

2. Wiyantoro (2006)

a. Judul

Hubungan Antara Sistem Pengendalian Manajemen Dengan Perilaku Dysfunctional: Budaya Nasional Sebagai Variabel Moderating


(20)

b. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara Sistem Pengendalian Manajemen dengan Perilaku Dysfunctional: Budaya Nasional Sebagai Variabel Moderating

c. Hasil Penelitian

Penelitian ini memberikan bukti secara empiris mengenai hubungan tiga komponen system pengendalian manajemen (SPM), yaitu kehadiran quality goal, penetapan quality feedback, dan quality incentive terhadap kinerja kualitas ; hubungan antara kinerja kualitas terhadap kepuasan pelanggan; hubungan antara kinerja kualitas terhadap kinerja keuangan; dan hubungan antara kepuasan pelanggan terhadap kinerja keuangan.

d. Implikasi

Aturan yang tidak terlalu rumit dan tidak terlalu sederhana atau tidak terlalu mengikat menyebabkan kadang-kadang para manajer melakukan tindakan dysfunctional dengan mempermainkan ukuran kinerja manajer tersebut. Sedangkan dalam penelitian ini standar prosedur pengoperasian tidak berhubungan dengan perilaku dysfunctional manipulasi informasi. Agar budget yang dibuat dapat terpercaya dapat dikatakan baik maka manajer secara tidak langsung berpeluang melakukan perilaku dysfunctional manipulasi informasi dengan sengaja memilih informasi-informasi yang paling baik dan sesuai dengan keadaan yang paling menguntungkan bagi manajer tersebut. Sehingga dapat menyebabkan para manajer berpeluang


(21)

melakukan perilaku dysfunctional manipulasi informasi. Dan secara tidak langsung berpeluang melakukan perilaku dysfunctional gaming dengan sengaja mempermainkan ukuran kinerja dengan memilih aktivitas yang lebih menguntungkan dalam pencapaian tujuan yang dikehendaki. Dengan demikian terdapat hubungan antara budget partisipasi dengan perilaku dysfunctional manipulasi informasi dan perilaku dysfunctional gaming.

Ketergantungan pada pengukuran kinerja akuntansi merupakan kinerja manajer dalam menjalankan aktivitas yang dievaluasi oleh atasan apakah menunjukkan kinerja yang baik atau sebaliknya. Karena kinerja manajer cukup baik maka perilaku dysfunctional untuk melakukan manipulasi informasi sangat kecil. Dengan demikian dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan antara ketergantungan pada pengukuran kinerja akuntansi dengan perilaku dysfunctional manipulasi informasi. Agar kinerja manajer yang dievaluasi oleh atasan dikatakan baik maka manajer dapat berpeluang melakukan tindakan dysfunctional dengan mempermainkan ukuran kinerja sehingga kinerja manajer tersebut dapat dinilai sangat baik. Dengan demikian terdapat hubungan yang positif antara ketergantungan pada pengukuran kinerja akuntansi dengan perilaku dysfunctional gaming. Dalam arti budaya nasional berhubungan dengan dengan sistem pengendalian manajemen dan perilaku dysfunctional tetapi budaya nasional bukan variabel yang pengaruhnya dapat memperkuat atau memperlemah tetapi budaya


(22)

nasional merupakan salah satu diantara variabel yang timbul yang dapat berhubungan langsung dengan sistem pengendalian manajemen dan perilaku dysfunctional.

Berdasarkan penelitian terdahulu diatas terdapat perbedaan dan persamaan penelitian yang akan dilakukan, perbedaannya terdapat pada waktu, tempat penelitian, dan Variabel bebas penelitian yang digunakan. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama membahas mengenai Sistem Pengendalian Manajemen. Jadi penelitian kali ini bukan merupakan duplikasi dari penelitian sebelumnya, meskipun diakui penelitian terdahulu mampu mendukung penelitian sekarang.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Kinerja

Kinerja adalah evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan lewat atasan langsung, teman, dirinya sendiri dan bawahan (Suartana dalam Faisal dan Indra, 2002:167).

Masalah evaluasi manajerial mungkin tidak akan mendapat perhatian besar apabila para manajer sama-sama berupaya menunjukkan kemampuan terbaiknya. Biasanya pada perusahaan, mempekerjakan manajer untuk menjalakan usahanya dan mendelegasikan wewenang pada mereka.

Pengendalian perilaku memiliki peranan penting dalam mempengaruhi kinerja pada tingkat organisasi maupun tingkat cabang. Seseorang yang memegang posisi manajerial, diharapkan mampu


(23)

menghasilkan suatu kinerja manajerial, karena berbeda dengan kinerja karyawan yang pada umumnya bersifat kongkrit, sedangkan kinerja manajerial adalah bersifat abstrak dan kompleks.

Menurut Mulyadi dan Setyawan (2001 : 353), dalam menuju ke masa depan, perusahaan umumnya mendasarkan pada perencanaan tujuan yang hendak dicapai dimasa depan dengan perilaku yang diharapkan dari keseluruhan personal dalam mewujudkan tersebut. Untuk mewujudkan tujuan perusahaan dengan perilaku yang diharapkan tersebut, perusahaan memerlukan sistem pengendalian.

Sistem penghargaan berbasis kinerja merupakan salah satu alat pengendalian penting yang digunakan oleh organisasi untuk membangkitkan motivasi dalam diri personal dalam bertindak demi kepentingan terbaik organisasi. Penghargaan atas kinerja personal dilandasi oleh informasi yang dihasilkan dari kinerja personal.

Menurut Mulyadi dan Setyawan (2001 :353), tujuan utama penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personal dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standart perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen rencana formal yang dituangkan dalam rencana strategis, program dan anggaran organisasi.

Penilaian kinerja digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.


(24)

2.2.2. Kualitas Sebagai Komponen Pengendalian

Arti kualitas dapat berbeda-beda tergantung konteks dan pihak yang menggunakan. Dari berbagai definisi yang dikutif oleh Qomari (1996) dalam Nurbiyati (2000) menunjukkan bahwa kualitas mempunyai arti yang luas, tidak hanya dari sudut pandang pelanggan ataupun perusahaan tetapi dapat ditinjau berdasarkan perbandingan produk, nilai dan tingkat kepentingannya. Walaupun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara universal, dari definisi yang ada terdapat beberapa persamaan, yaitu adanya unsur-unsur: (1) kualitas yang dimaksud untuk memenuhi dan melebihi harapan pelanggan, (2) kualitas meliputi produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan, (3) kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang selalu berubah. Kualitas harus diperbaiki setiap waktu karena produk yang dianggap berkualitas pada saat ini mungkin akan dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang.

Untuk kegunaan penulisan ini, dipertimbangkan tiga komponen pengendalian atau subsistem dari SPM yaitu: quality goal, quality feedback, dan quality incentive yang diharapkan untuk meningkatkan kondisi yang memotivasi para pekerja unit bisnis untuk mencapai hasil (outcomes) yang diinginkan atau ditentukan. Pandangan ini sesuai dengan pandangan Flamholtz (1996) dan Maiga dan Jacob (2005) yang menyatakan bahwa sistem pengendalian akan mempengaruhi arah dan tingkat usaha yang ditunjukkan oleh individual. Dimensi lainnya dari SPM yang secara potensial mempengaruhi pekerja dan kinerja perusahaan tidak dimasukkan dalam studi ini.


(25)

Sebuah sasaran (quality goal) bisa dilihat sebagai tujuan atau tingkat kinerja yang individu atau organisasi yang harus dicapai (Locke et al, 1981). Feedback kinerja dipikirkan untuk memenuhi beberapa fungsi dan biasanya menunjuk pada informasi mengenai sebuah tingkatan dari kinerja atau cara dan efisiensi dimana proses kinerja dilakukan (Kluger dan DeNisi, 1996). Insentif yang didasarkan pada kualitas (quality incentive) didefinisikan sebagai sistem pengakuan dan sistem penghargaan untuk mengakui adanya perbaikan kualitas dari kelompok dan individu (Spreitzer dan Mishra, 1999; Ittner dan Larcker, 1995). Sistem pengukuran kualitas tradisional membagi program yang dihubungkan dengan kualitas dalam empat kategori (Juran dan Gyrna, 1988), yaitu: (1) program pencegahan seperti pemeliharaan peralatan dan desain rancang-bangun untuk mencegah produksi dari produk yang cacat; (2) menilai program penilaian meliputi pemeriksaan informal, pengujian, audit kualitas, dengan mengarahkan pada tingkatan kualitas pemeliharaan; (3) kegagalan internal seperti produk sisa dan yang muncul dari deteksi masalah kualitas; (4) kegagalan eksternal seperti jaminan keabsahan, penggantian, dan pelayanan pelanggan yang muncul dari kualitas yang gagal di tangan pelanggan.

Kualitas produk melalui pengujian reliabilitas internal harus dihubungkan dengan pengalaman para pelanggan yang menggunakan produk (Ahire dan Dreyfus 2000). Kinerja dan reliability dari produk juga harus berhubungan dengan kualitas eksternal yang merupakan indikator dari kepuasan pelanggan (seperti komplain, jaminan, dan litigasi) sebagai kepuasan yang berhubungan dengan perspektif pelanggan dari produk pada


(26)

pemakaian aktual. Dalam penelitian ini, kualitas eksternal digunakan sebagai proksi untuk kepuasan pelanggan sebab kegagalan eksternal yang lebih rendah berhubungan dengan kepuasan pelanggan yang lebih tinggi.

2.2.3. Sistem Pengendalian Manajemen

2.2.3.1. Pengertian Sistem Pengendalian Manajemen

Definisi pengendalian pada awalnya adalah salinan dari suatu daftar (rekening), yang kesejajaran mutu dan isi yang sama dengan aslinya. Menurut Samuel Johnson (dalam Sawyer, 2003) definisi tersebut disimpulkan sebagai “a register or account kept by another officer, that each may be examined by the other” (yang terjemahannya adalah suatu register atau rekening yang disimpan oleh petugas lain, sehingga memungkinkan register atau akun tersebut diperiksa oleh orang lain

Pengertian pengendalian di atas adalah pengertian dalam arti yang sempit yang sering disebut sebagai pengecekan internal (internal check). Maksudnya adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang diawasi oleh orang lain, sehingga tercipta suatu pengendalian. Istilah pengendalian intern merupakan istilah yang dapat dipertukarkan dengan pengendalian manajemen. Standards for Internal Control in the Federal Government yang dikeluarkan oleh General Accounting Office (GAO) November 1999 menyatakan bahwa: pengendalian intern yang disebut pula pengendalian manajemen membantu manajer program pemerintah mencapai tujuan yang ditetapkan melalui pengelolaan sumber daya publik secara efektif).


(27)

2.2.3.2. Jenis – Jenis Pengendalian Manajemen

Sistem pengendalian manajemen dapat diklasifikasikan ke dalam 5 (lima) jenis: (Pusdiklatwas BPKP, 2007:18)

1. Pengendalian pencegahan (preventive controls)

Pengendalian pencegahan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya suatu kesalahan. Pengendalian ini dirancang untuk mencegah hasil yang tidak diinginkan sebelum kejadian itu terjadi. Pengendalian pencegahan berjalan efektif apabila fungsi atau personel melaksanakan perannya. Contoh pengendalian pencegahan meliputi: kejujuran, personel yang kompeten, pemisahan fungsi, reviu pengawas dan pengendalian ganda. Sebagaimana pepatah mengatakan: “lebih baik mencegah daripada mengobati” demikian pula dengan pengendalian. Pengendalian pencegahan jauh lebih murah biayanya dari pada pengendalian pendeteksian. Ketika dirancang ke dalam sistem, pengendalian pencegahan memperkirakan kesalahan yang mungkin terjadi sehingga mengurangi biaya perbaikannya. Namun demikian, pengendalian pencegahan tidak dapat menjamin tidak terjadinya kesalahan atau kecurangan sehingga masih dibutuhkan pengendalian lain untuk melengkapinya. Untuk itu, pengendalian pencegahan perlu dilengkapi dengan pengendalian deteksi dan pengendalian koreksi.

2. Pengendalian deteksi (detective controls)

Sesuai dengan namanya pengendalian deteksi dimaksudkan untuk mendeteksi suatu kesalahan yang telah terjadi. Rekonsiliasi


(28)

bank atas pencocokan saldo pada buku bank dengan saldo kas pada buku organisasi merupakan contoh pengendalian deteksi atas saldo kas. Pengendalian deteksi biasanya lebih mahal daripada pengendalian pencegahan, namun tetap dibutuhkan dengan alasan berikut. Pertama, pengendalian deteksi dapat mengukur efektivitas pengendalian pencegahan. Kedua, beberapa kesalahan tidak dapat secara efektif dikendalikan melalui sistem pengendalian pencegahan sehingga harus ditangani dengan pengendalian deteksi ketika kesalahan tersebut terjadi. Pengendalian deteksi meliputi reviu dan pembandingan seperti: catatan kinerja dengan pengecekan independen atas kinerja, rekonsiliasi bank, konfirmasi saldo bank, kas opname, penghitungan fisik persediaan, konfirmasi atas piutang/utang dan sebagainya.

3. Pengendalian koreksi (corrective controls)

Pengendalian koreksi melakukan koreksi masalah-masalah yang teridentifikasi oleh pengendalian deteksi. Tujuannya adalah agar supaya kesalahan yang telah terjadi tidak terulang kembali. Masalah atau kesalahan dapat dideteksi oleh manajemen sendiri atau oleh auditor. Apabila masalah atau kesalahan terdeteksi oleh auditor, maka wujud pengendalian koreksinya adalah dalam bentuk pelaksanaan tindak lanjut dari rekomendasi auditor. Contoh: dijumpai adanya distribusi sembako kepada pihak-pihak yang tidak memenuhi kriteria untuk dibantu oleh pejabat kelurahan. Atas dasar pengaduan Lurah setempat mengambil langkah perbaikan dengan menarik kembali


(29)

bantuan tersebut dan mendistribusikan kepada pihak-pihak yang berhak dan memberikan sanksi kepada oknum pejabat yang telah melakukan penyimpangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4. Pengendalian pengarahan/langsung (directive controls)

Pengendalian pengarahan adalah pengendalian yang dilakukan pada saat kegiatan sedang berlangsung dengan tujuan agar kegiatan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan atau ketentuan yang berlaku. Contoh atas pengendalian ini adalah kegiatan supervisi yang dilakukan langsung oleh atasan kepada bawahan atau pengawasan oleh mandor terhadap aktivitas pekerja.

5. Pengendalian pengganti (compensating controls).

Pengendalian kompensatif dimaksudkan untuk memperkuat pengendalian karena terabaikannya suatu aktivitas pengendalian. Pengawasan langsung pimpinan terhadap kegiatan pegawainya pada suatu organisasi kecil karena ketidak-adanya pemisahan fungsi merupakan contoh pengendalian pengganti.

2.2.4. Kinerja Kualitas

Kinerja kualitas dianggap sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan produk yang berkualitas yang disesuaikan dengan rancangan kualitas pada biaya produksi yang ekonomis (Crosby (1996), dalam Maiga dan Jacob, 2005). Kinerja kualitas (Dunk, 2002) didefinisikan sebagai tingkatan kualitas yang hendak dicapai perusahaan. Dalam kinerja kualitas, didalamnya merefleksikan biaya kualitas untuk menghasilkan kualitas dan kualitas yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.


(30)

Adapun yang dimaksud dengan biaya kualitas adalah biaya yang terjadi dan mungkin akan terjadi karena adanya kualitas yang buruk (Tjiptono dan Diana, 2002). Biaya kualitas ini meliputi biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan kerusakan. Sedangkan Henry (2002), mendefinisikan biaya kualitas sebagai biaya yang secara khusus berhubungan dengan tercapainya atau tidaknya kualitas suatu produk. Dengan kata lain, jumlah dari biaya kualitas meliputi: (1) Biaya kualitas produk yang dikeluarkan, untuk memastikan pengembangan yang berhasil dari suatu produk atau jasa; (2) Biaya kualitas yang rendah, akan dikeluarkan untuk mengubah produk yang salah menjadi produk yang dapat diterima oleh pelanggan.

Biaya kualitas dapat dikelompokkan menjadi empat golongan (Tjiptono dan Diana, 2002), yaitu sebagai berikut :

1. Biaya pencegahan (prevention cost)

Yaitu biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk yang dihasilkan. Biaya ini meliputi biaya yang berhubungan dengan perancangan, pelaksanaan dan pemeliharaan sistem kualitas.

2. Biaya deteksi / penilaian (detection / appraisal cost)

Yaitu biaya yang terjadi untuk menentukan, apakah produk dan jasa sesuai dengan persyaratan-persyaratan kualitas. Tujuan utama dari fungsi ini adalah untuk menghindari terjadinya kesalahan dan kerusakan sepanjang proses perusahaan, seperti mencegah pengiriman barang-barang yang tidak sesuai dengan apa yang disyaratkan pelanggan.


(31)

3. Biaya kegagalan internal (internal failure cost)

Adalah biaya yang terjadi karena ketidaksesuian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang atau jasa tersebut dikirimkan ke pihak luar (pelanggan). Pengukuran biaya ini dilakukan dengan menghitung kerusakan produk sebelum meninggalkan pabrik. 4. Biaya kegagalan eksternal (external failure cost)

Adalah biaya yang terjadi karena produk atau jasa gagal memenuhi persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut dikirimkan kepada para pelanggan. Biaya ini merupakan biaya yang paling membahayakan, karena dapat menyebabkan reputasi yang buruk, kehilangan pelanggan dan penurunan pangsa pasar.

Dimensi kualitas yang dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan strategis pada perusahaan manufaktur, ada delapan dimensi (Garvin, (1994) dalam Tjiptono, 2002). Dimensi-dimensi tersebut adalah: (1) Kinerja (performance) karakteristik pokok dari produk inti; (2) Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), sebagai karakteristik sekunder atau pelengkap; (3) Keandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai; (4) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), yaitu sejauhmana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya; (5) Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat digunakan; (6) Service, yaitu meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi dan penanganan keluhan dari para pelanggan dengan memuaskan; (7) Estetika, yaitu daya tarik produk


(32)

terhadap panca indera; (8) Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadap kualitas.

Terdapat dua pandangan mengenai kualitas, yaitu: pandangan tradisional dan pandangan basis mutu (Henry, 2002). Pandangan tradisional menganggap bahwa, senantiasa terdapat pengorbanan antara biaya peningkatan mutu dan mempertahankan status quo. Menurut pandangan tradisional, lebih murah untuk memproduksi barang dengan kualitas lebih rendah dan mempunyai tingkat cacat yang minimal. Sedangkan, pandangan basis mutu menganggap bahwa kualitas dapat dan harus selalu ditingkatkan, daripada harus menunggu inspeksi produk jadi atau mengerjakan ulang produk yang cacat. Pandangan basis mutu menyatakan bahwa, mutu harus dibentuk dari awal proses dengan tujuan tidak ada produk yang cacat (zero defects). Perspektif dari pandangan basis mutu ini menyatakan bahwa, kualitas akan memberikan hasil untuk biaya yang dikeluarkan. Lebih lanjut, pandangan basis mutu menekankan adanya peningkatan yang berkesinambungan terhadap sistem dan proses

Kualitas diakui secara luas sebagai unsur kunci dalam kemampuan perusahaan untuk menarik dan mempertahankan pelanggan. Peningkatan kualitas merupakan salah faktor strategik penting yang mempengaruhi perusahaan untuk dapat mencapai keunggulan bersaing. Dalam peningkatan kualitas, diperlukan adanya upaya perbaikan kualitas yang berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses dan lingkungan. Melalui perbaikan kualitas yang berkesinambungan, perusahaan dapat


(33)

meningkatkan labanya melalui dua cara (Tjiptono dan Diana, 2002) yaitu : (1) Rute pertama, berupa rute pasar. Melalui rute ini, perusahaan dapat memperbaiki posisi persaingannya dengan memperluas pangsa pasar dan harga jual yang lebih tinggi. Dengan memperluas pangsa pasar dan harga jual yang tinggi, akan mengarah pada peningkatan penghasilan, sehingga laba yang diperoleh juga semakin besar. (2) Rute kedua, perusahaan dapat meningkatkan output yang bebas dari kerusakan melalui usaha perbaikan kualitas. Pada rute kedua ini menyebabkan biaya operasi perusahaan berkurang, sehingga laba perusahaan yang diperoleh akan meningkat.

2.2.5. Kinerja Keuangan

2.2.5.1. Pengertian Kinerja Keuangan

Perusahaan sebagai suatu organisasi yang mempunyai tujuan tertentu yang menunjukkan apa yang ingin dilakukan untuk memenuhi kepentingan anggotanya. Dalam menilai apakah tujuan yang telah ditetapkan tersebut dapat dicapai tidaklah mudah dilakukan, karena hal ini menyangkut semua aspek manajemen yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan. Salah satu cara untuk mengetahui apakah suatu perusahaan dalam menjalankan operasinya telah sesuai dengan rencana dan tujuannya adalah dengan melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan.

Weston dan Copeland (1999 : 192) berpendapat bahwa kinerja keuangan adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam satu perioda tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut.


(34)

Dengan mengetahui kinerja keuangan perusahaan, maka dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan finansial dari perusahaan tersebut, kemudian menganalisisnya, sehingga kita dapat menilai hal apa yang dicapai oleh perusahaan diwaktu lalu dan diwaktu yang sedang berjalan.

2.2.5.2. Penilaian Kinerja Keuangan

Setiap perusahaan memerlukan pengukuran kinerja yang selama ini dicapai perusahaan. Pengukuran kinerja diperlukan untuk mengetahui kondisi dan prestasi keuangan perusahaan sehingga dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat keputusan.

Menurut Supriyono (1999: 420) pengukuruan kinerja adalah proses untuk menentukan seberapa baik aktivitas-aktivitas bisnis dilaksanakan untuk mencapai tujuan strategis, mengeliminasi pemborosan-pemborosan, dan menyajikan informasi tepat waktu untuk melaksanakan penyempurnaan secara berkesinambungan. Sebagai catatan bahwa ketika melakukan penilaian terhadap kinerja, maka baik input maupun outputnya perlu diukur.

2.2.5.3. Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan

Menurut Mulyadi dan Setyawan (2001: 353) tujuan penilaian kinerja adalah sebagai berikut:

1. Untuk memotivasi personel dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya. 2. Untuk menekankan perilaku yang tidak semestinya dan untuk


(35)

2.2.5.4. Manfaat Penilaian Kinerja Keuangan

Menurut Mulyadi dan Setyawan (2001: 417) penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk:

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

2.2.6. Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap Pencapaian

Kinerja Kualitas

Sistem pengendalian dalam suatu organisasi mencakup pengendalian manajemen maupun proses pengendalian dan perencanaan lainnya. Dalam suatu organisasi, para manajer dan karyawan harus dimotivasi dan diarahkan untuk melakukan apa yang diinginkan pimpinan dan akan dikoreksi apabila terdapat penyimpangan terhadap tujuan manajemen. Dalam sistem pengendalian manajemen, sedikitnya terdapat empat komponen yaitu (1) Pelacak (detector) atau sensor, yaitu sebuah perangkat yang mengukur apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses yang sedang dikendalikan; (2) Penaksir (assessor), yaitu suatu perangkat yang menentukan signifikansi dari peristiwa actual dengan


(36)

membandingkannya dengan beberapa standar atau ekspektasi dari apa yang seharusnya terjadi; (3) Effector, yaitu suatu perangkat (yang sering disebut dengan feedback) yang mengubah perilaku jika assesor mengindikasikan kebutuhan yang perlu dipenuhi; (4) Jaringan komunikasi, yaitu merupakan peringkat yang meneruskan informasi antar detector dan assesor dan antara assesor dan effector. (Henry, 2002).

Kegiatan dari Sistem Pengendalian Manajemen (Anthony dan Govindarajan, 1998) terdiri atas berbagai macam, yaitu: (1) merencanakan apa yang seharusnya dilakukan oleh organisasi; (2) mengkoordinasikan kegiatan dari beberapa bagian organisasi; (3) mengkomunikasikan informasi; (4) mengevaluasi informasi; (5) memutuskan tindakan apa yang seharusnya diambil jika perlu; (6) mempengaruhi orang-orang untuk mengubah perilaku mereka. Kegiatan-kegiatan dalam Sistem Pengendalian Manajemen ini akan dilaksanakan diseluruh tingkatan dalam organisasi, Pengendalian manajemen lebih diarahkan kepada proses memotivasi dan memberi semangat kepada para anggota organisasi untuk melaksanakan kegiatan organisasi yang diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Proses pengendalian tersebut, akan melibatkan komunikasi informal dan interaksi antara manajer dengan karyawan. Pada perusahaan yang berorientasi mencapai kinerja kualitas sebagai factor strategis untuk mencapai keunggulan bersaing, komponen sistem pengendalian manajemen, (seperti: sasaran kualitas (quality goals), umpan balik kualitas (feedback quality) dan kualitas yang dihubungkan dengan intensif atau yang disebut dengan quality intensive), diharapkan dapat menciptakan suatu kondisi yang memotivasi karyawan pada bagian unit bisnis perusahaan untuk mencapai hasil (kualitas) yang telah ditetapkan.


(37)

2.2.7. Pengaruh Kinerja Kualitas Terhadap Kinerja Keuangan

Dalam literatur pemasaran yang menguji dampak kinerja kualitas (quality performance) atas keseluruhan kinerja bisnis pada hasil yang dimodifikasi dalam Maiga dan Jacob, (2005) dinyatakan bahwa, prestasi yang positif atas kinerja keuangan berdasarkan kualitas, mempunyai hubungan yang kompleks antara organisasi dengan pasar.

Pada penelitian akuntansi akhir-akhir ini, telah menunjukkan adanya dampak kinerja kualitas (quality performance) terhadap kinerja keuangan. Nagar dan Rajan (2001) menguji hubungan antara penjualan masa mendatang dengan nilai nonkeuangan (defect barang yang cacat dan penyerahan tepat waktu) dan keuangan (biaya-biaya kegagalan internal dan eksternal) sebagai ukuran kualitas pada perusahaan manufaktur. Mereka menemukan bahwa ukuran nonkeuangan dan keuangan dapat meramalkan penjualan yang akan datang, walaupun, ukuran nonkeuangan mendominasi efek dari ukuran keuangan ketika kedua-duanya tercakup pada analisa tersebut. Untuk penjualan masa mendatang, ukuran kedua-duanya bersifat menjelaskan didalam regresi yang dikombinasikan, yang melengkapi satu sama lain.

Meskipun didalam literatur mengenai hubungan antara kinerja kualitas (quality performance) dengan kinerja keuangan tidak dapat diputuskan, diduga perusahaan akan memulai meningkatkan kinerja kualitas (quality performance), jika mereka mengharapkan kinerja kualitas (quality performance) dapat meningkatkan pendapatan dibandingkan dengan biaya yang terkait.


(38)

2.2.8. Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen Melalui Kinerja Kualitas Terhadap Kinerja Keuangan

Teori Bayes mengatakan dengan tindakan atau alternatif tindakan yang ada maka kita dapat memperkirakan resiko yang akan muncul (untung atau rugi) atau tiap tindakan dari tiap keadaan termasuk kinerja yang bakal terjadi di masa depan Siagian (1987:44). Dimana teori tersebut didasarkan pada prinsip kinerja kualitas yang baik ke depan akan dapat meningkatkan kinerja keuangan. Studi terkini dalam akuntansi juga mengalamatkan pengaruh dari kinerja kualitas atas kinerja keuangan.

Nagar dan Rajan (2001) menguji hubungan antara penjualan masa datang dan ukuran current non-keuangan (produk cacat dan on-time delivery) dan keuangan (internal dan external failure loss) dari kualitas untuk suatu perusahaan manufaktur. Mereka menemukan bahwa baik ukuran keuangan dan non-keuangan secara signifikan memprediksi penjualan satu kuartal kedepan; bagaimanapun, ukuran non-keuangan mendominasi pengaruh dari ukuran keuangan ketika keduanya dimasukkan dalam analisis. Untuk penjualan empat kuartal kedepan, kedua ukuran memiliki kekuatan penjelas dalam suatu kombinasi regresi, menyatakan bahwa mereka melengkapi satu dengan lain. Walaupun literatur memandang hubungan antara kinerja kualitas dan kinerja keuangan adalah tidak conclusive, diperkirakan perusahaan lebih suka untuk berinisiatif meningkatkan kinerja kualitas jika mereka mengharapkan kinerja kualitas dapat meningkatkan revenues lebih dari beberapa perbaikan dalam kos yang berhubungan, ini disebut proses capital-rationing yang rational. Oleh karena itu, diharapkan suatu hubungan positif yang signifikan antara kinerja kualitas dan kinerja keuangan.


(39)

2.3. Kerangka Pikir

Sesuai dengan landasan teori dan fakta-fakta pendukung yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat disusun sebuah diagram kerangka pikir seperti ini ditunjukkan pada gambar 2.1, sebagai berikut :

Gambar. 2.1 Diagram Jalur Path Analisis

Kinerja Kualitas (X2)

Kinerja Keuangan (Y) Sistem Pengendalian

Manajemen (X1)

Uji Statistik ”Path Analisis”

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut 1. Sistem Pengendalian Manajemen berpengaruh langsung terhadap

Kinerja Keuangan.

2. Sistem Pengendalian Manajemen berpengaruh tidak langsung (dengan melalui Kinerja Kualitas) terhadap Kinerja Keuangan.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak variabel tersebut (Nazir, 2003 : 126)

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua) variabel bebas (X) yaitu Sistem Pengendalian Manajemen (X1) dan Kinerja

Kualitas (X2), dan satu variabel terikat (Y) yaitu Kinerja Keuangan

Adapun definisi operasional dari masang – masing variabel tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Variabel bebas (X)

a. Sistem Pengendalian Manajemen (X1)

Pengendalian manajemen merupakan proses dimana para manajer mempengaruhi anggota organisasi lainnya untuk mengimplementasikan strategi organisasi.

b. Kinerja Kualitas (X2)

Kinerja Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang selalu berubah. Kualitas harus diperbaiki setiap waktu karena produk yang dianggap berkualitas pada saat ini mungkin akan dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang.


(41)

2. Variabel Terikat (Y) Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan berhubungan dengan kepuasan pelanggan. yang diukur berdasarkan pada instrumen untuk mengukur perbandingan apakah kinerja perusahaan berada di bawah atau di atas industri.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Adapun pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sistem Pengendalian Manajemen (X1)

Skala pengukuran untuk variabel ini yang digunakan adalah skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan

semantik differensial yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7

Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan mengenai Sistem Pengendalian Manajemen, nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju dengan pernyataan mengenai Sistem Pengendalian Manajemen.

Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang diadopsi dari Jumaili (2006) dengan 3 (tiga) item pernyataan.


(42)

2. Kinerja Kualitas (X2)

Skala pengukuran untuk variabel ini yang digunakan adalah skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan

semantik differensial yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7

Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan mengenai Kinerja Kualitas, nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju dengan pernyataan mengenai Kinerja Kualitas.

Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang diadopsi dari Jumaili (2006) dengan 4 (empat) item pernyataan.

Sangat tidak setuju Sangat setuju

3. Kinerja Keuangan (Y)

Skala pengukuran untuk variabel ini yang digunakan adalah skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan

semantik differensial yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7

Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan mengenai Kinerja Keuangan, nilai 4


(43)

merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju dengan pernyataan mengenai Kinerja Keuangan.

Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang diadopsi dari Jumaili (2006) dengan 3 (tiga) item pernyataan.

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi merupakan kelompok obyek yang memiliki karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek/obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2002 : 44). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Manajer pada PT. Dipo Valasindo yang berjumlah 31 orang.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai karakteristik yang sama dengan populasi tersebut. (Sumarsono, 2002: 45). Teknik pengambilan sampel merupakan bagian dalam melaksanakan suatu penelitian. Untuk itu teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling (penarikan sampel secara acak) yaitu setiap anggota populasi memiliki peluang yang besarnya sudah diketahui untuk terpilih sebagai sampel dan peneliti bisa memperkirakan


(44)

besarnya kesalahan penarikan sampel (sampling error). Sedangkan metode yang digunakan adalah sampel random sampling yaitu setiap populasi mempunyai peluang yang sama untuk ditarik sebagai sampel (Sumarsono, 2002 : 46).

Untuk mengetahui jumlah responden yang akan dijadikan sampel digunakan rumus slovin, yaitu sebagai berikut :

n = 2

1 Ne N

(Umar, 2002 : 74) Dimana :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi (31 Manajer)

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan sample yang masih dapat ditolelir atau diinginkan (e = 5%).

Cara Perhitungan : n =

2 ) 05 , 0 .( 51 1 51 

n = 29 Manager

Berdasarkan dari perhitungan di atas, maka jumlah anggota sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 29 Manajer pada PT. Dipo Valasindo Surabaya, yang terdiri dari :

1. Manajer keuangan. 2. Manjer umum. 3. Manajer pmasaran. 4. Manajer perencanaan. 5. Asisten manajer keuangan. 6. Asisten majanaer Umum.


(45)

7. Asisten manajer pemasaran 8. Asisten manajer perencanaan.

9. Accounting.

10. Staff Budgeting.

11. Controller

12. Sekrataris.

13. 6 Orang Staff pemasaran.

14. 6 Orang Staff administrasi pembelian. 15. 5 Orang Staff administrasi penjualan

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data primer yaitu merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli pihak pertama (Ikhsan dan Ishak, 2005 : 109). Sedangkan sumber data berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 29 Manajer pada PT. Dipo Valasindo Surabaya

3.3.2. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian, ini yaitu meliputi :

1 Kuesioner

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pembagian lembar pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi data (Nazir, 2003 : 203).

2 Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan penelitian langsung pada obyek yang diteliti.(Nazir, 2003 : 212).


(46)

3.4. Uji Kualitas Data 3.4.1. Uji Validitas Data

Menurut Riduwan (2004 : 109) menjelaskan bahwa validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2007 : 135)

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai rhitung > rtabel dan nilai

r positif, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah valid (Ghozali, 2007 : 135)

3.4.2. Uji Reliabilitas

Menurut Riduwan (2004 : 128) reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah jawaban yang diberikan responden dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2007 : 132).

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Cronbach Alpha > 0,60, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah reliabel (Ghozali, 2007 : 133)

3.4.3. Uji Normalitas

Merupakan pengyuujian yang digunakan untuk menguji apakah dari variabel – variabel yang digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal, dapat diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov


(47)

Dasar analisis yang digunakan apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak adalah :

1. Bila nilai signifikasi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5% maka distribusi adalah tidak normal.

2. Bila nilai signifikasi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5% maka distribusinya adalah normal. (Sumarsono, 2004 : 40-43).

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.5.1. Teknik Analisis

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung (dengan melalui Kinerja Kualitas) dari Sistem Pengendalian Manajemen terhadap Kinerja Keuangan, maka teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Pemetaan Jalur (Path Analysis).

Uji ini dimaksudkan untuk menerangkan pengaruh langsung dan tidak langsung seperangkat variabel, sebagai penyebab terhadap variabel akibat. (Sewal Wright seperti yang dikutip oleh Al-Rasyid, 2000 : 3)

Pengembangan kembali model dengan analisis pemetaan jalur dilakukan melalui serangkaian rutin regresi berganda standar bertingkat terhadap variabel dependen akhir yang menjadi pusat penelitian.

Pada saat melakukan Path Analysis hendaknya diperhatikan beberapa asumsi-asumsi berikut : (Solimun, 2002)

1. Hubungan antara variabel haruslah linear dan aditif.


(48)

3. Pola hubungan antar variabel adalah rekursif.

4. Tingkat pengukuran semua variabel sekurang-kurangnya interval. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam analisis Path, adalah sebagai berikut :

1. Proposisi yang diajukan diterjemahkan kedalam sebuah paradigma dalam bentuk diagram jalur.

Gambar. 3.1 Diagram Jalur Path Analisis

= PyX1

= rx2x1 = PyX2

(X2) (Y)

(X1)

Keterangan :

Y : Kinerja Keuangan

X1 : Sistem Pengendalian Manajemen

X2 : Kinerja Kualitas

rx2x1 : Pengaruh X1 ke X2

PyX1 : Pengaruh X1 terhadap Y

PyX2 : Pengaruh X2 terhadap Y

(1,2) : Pengaruh dari variabel lain

2. Identifikasi sub struktur (persamaan)

Persamaan struktural untuk diagram jalur, adalah : X2 = rx2x1 . x1 +ε1 …………..………..(1)

Y = Pyx1 . x1 + Pyx2.x2 + ε ………….. . (2)


(49)

3. Menerjemahkan hipotesis penelitian ke dalam hipotesis statistik.

4. Menguji koefisien Path dengan menggunakan nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas < 0,05 maka signifikan dan apabila nilai probabilitas >0,05 maka tidak signifikan.

3.5.2. Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini uji analisis yang digunakan adalah menggunakan Analisis Pemetaan Jalur (Path Analysis), sehingga untuk Uji F dan Uji t tidak digunakan.


(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat PT. Dipo Valasindo

Perusahaan yang didirikan pada bulan November 1983 dengan nama PT. Dipo Star dan memulai kegiatannya pada bulan Mei 1984. Dengan semakin berkembangnya bidang usaha, dimana tidak terfokus pada kegiatan Leasing saja, tetapi juga dalam bidang usaha Consumer Finance dan Factoring, maka pada bulan Juni 1989, PT. Dipo Star Leasing berubah nama menjadi PT. Dipo Valasindo dan kemudian pada tahun 1992 join dengan Mitsubishi Corporation-Jepang, berubah statusnya dari perusahaan nasional menjadi perusahaan Joint Venture.

PT. DIPO Valasindo yang berlokasi di Jl. Diponegoro 54 E Surabaya sekarang merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Money Changeratau pertukaran Mata Uang Asing. Dengan didukung oleh lebih dari 454 karyawan dari berbagai disiplin ilmu yang trampil serta berpengalaman dan dengan jaringan Kantor cabang serta Perwakilan yang tersebar di DKI Jakarta, Jawa, Sumatera dan Sulawesi, PT. Dipo Valasindo terus berkembang secara berarti dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat luas sejak awal berdirinya hingga saat ini.

4.1.2. Tujuan Perusahaan

Sebelum menganalisa data yang diperoleh khususnya masalah yang dihadapi perusahaan, terlebih dahulu perlu diketahui tujuan


(51)

perusahaan. Karena setiap perusahaan pasti mempunyai tujuan yang merupakan sasaran utama yang akan dicapai. Dengan menentukan tujuan yang hendak dicapai, demikian pula dengan PT. Dipo Valasindo juga mempunyai tujuan dalam menjalankan operasinya yaitu :

1. Tujuan jangka pendek

a. Berusaha meningkatkan produktivitas kerja perusahaan b. Dapat mempertahankan posisi perusahaan dalam persaingan 2. Tujuan jangka panjang

a. Mencapai laba optimal

b. Menjaga kontinuitas perusahaan

c. Membantu pelaksanaan program pemerintah dalam penyediaan kesempatan kerja

4.1.3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah merupakan suatu bagan yang menunjukkan tugas-tugas serta batas-batas dan juga hubungan-hubungan antara bagian-bagian yang ada dalam suatu perusahaan. Dengan struktur organisasi akan dapat dicapai suatu organisasi yang baik dan sekaligus dapat untuk memudahkan kontrol intern bagi perusahaan.

Sistem Struktur Organisasi yang digunakan oleh PT. Dipo Valasindo adalah garis atau lini, dimana pimpinan mempunyai wewenang dan memberikan perintah langsung kepada bawahannya, dimana setiap bawahan harus patuh dan bertanggung jawab kepada atasannya.

Untuk lebih jelasnya peneliti menyajikan bagan struktur organisasi PT. Dipo Valasindo yang dapat disajikan pada gambar. 4.1. sebagai berikut


(52)

Gambar. 4.1 : STRUKTUR ORGANISASI PT. Dipo Valasindo


(53)

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 29 Manajer PT. Dipo Valasindo dan kuesioner tersebut terdiri dari 10 pernyataan yang dibagi menjadi 3 bagian.

Untuk memperjelas uraian di atas, maka berikut ini adalah hasil dari jawaban kuisioner untuk masing masing variabel, yaitu sebagai berikut:

1 Bagian I berkaitan dengan pernyataan mengenai “Sistem

Pengendalian Manajemen (X1)”

Pengendalian manajemen merupakan proses dimana para manajer mempengaruhi anggota organisasi lainnya untuk mengimplementasikan strategi organisasi.

Berdasarkan dari hasil jawaban kuesioner mengenai Sistem Pengendalian Manajemen, dapat dsajikan pada tabel 4.1, sebagai berikut:

Tabel. 4.1. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai : Sistem Pengendalian Manajemen (X1)

Jawaban Kuesioner

1 2 3 4 5 6 7 Item

Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp%

1 7 36,84 3 15,79 1 5,26 2 10,53 1 5,26 2 10,53 3 15,79

2 6 31,58 3 15,79 3 15,79 2 10,53 2 10,53 0 - 3 15,79

3 10 52,63 0 - 2 10,53 2 10,53 1 5,26 1 5,26 3 15,79

Mean 36,84 15,26 10,53 8,42 7,89 3,68 17,37 Sumber : Lampiran. 1

Berdasarkan dari tabel 4.1, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata (mean) tertinggi berada pada skor 1 atau jawaban samgat tidak setuju yaitu sebesar 36,84%, hal ini berarti dari 29 Manajer PT. Dipo Valasindo beranggapan bahwa tingkat Sistem Pengendalian Manajemen PT. Dipo Valasindo adalah sangat rendah.


(54)

2 Bagian II berkaitan dengan pernyataan mengenai “Kinerja Kualitas (X2)”

Kinerja Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang selalu berubah. Kualitas harus diperbaiki setiap waktu karena produk yang dianggap berkualitas pada saat ini mungkin akan dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang.

Berdasarkan dari hasil jawaban kuesioner mengenai Kinerja kualitas, dapat dsajikan pada tabel 4.2, sebagai berikut:

Tabel. 4.2. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai : Kinerja Kualitas (X2)

Jawaban Kuesioner

1 2 3 4 5 6 7 Item

Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp%

1 7 36,84 3 15,79 1 5,26 2 10,53 1 5,26 2 10,53 3 15,79

2 6 31,58 3 15,79 3 15,79 2 10,53 2 10,53 0 - 3 15,79

3

4 10 52,63 0 - 2 10,53 2 10,53 1 5,26 1 5,26 3 15,79

Mean 36,84 15,26 10,53 8,42 7,89 3,68 17,37 Sumber : Lampiran. 2

Berdasarkan dari tabel 4.2, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata (mean) tertinggi berada pada skor 1 atau jawaban samgat tidak setuju yaitu sebesar 36,84%, hal ini berarti dari 29 Manajer PT. Dipo Valasindo beranggapan bahwa tingkat Kinerja Kualitas PT. Dipo Valasindo adalah sangat rendah.

3 Bagian III berkaitan dengan pernyataan mengenai “Kinerja

Keuangan (Y)”

Kinerja keuangan berhubungan dengan kinerja keuangan yang ditingkatkan untuk perusahaan menyusul kepuasan pelanggan. Kinerja


(55)

keuangan diukur berdasarkan pada instrumen yang mengukur perbandingan apakah kinerja perusahaan berada pada baik di bawah atau di atas industri.

Berdasarkan dari hasil jawaban kuesioner mengenai Kinerja keuangan, dapat dsajikan pada tabel 4.3, sebagai berikut:

Tabel. 4.3. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai : Kinerja keuangan (X3)

Jawaban Kuesioner

1 2 3 4 5 6 7 Item

Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp%

1 7 36,84 3 15,79 1 5,26 2 10,53 1 5,26 2 10,53 3 15,79

2 6 31,58 3 15,79 3 15,79 2 10,53 2 10,53 0 - 3 15,79

3 10 52,63 0 - 2 10,53 2 10,53 1 5,26 1 5,26 3 15,79

Mean 36,84 15,26 10,53 8,42 7,89 3,68 17,37 Sumber : Lampiran. 3

Berdasarkan dari tabel 4.3, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata (mean) tertinggi berada pada skor 1 atau jawaban samgat tidak setuju yaitu sebesar 36,84%, hal ini berarti dari 29 Manajer PT. Dipo Valasindo beranggapan bahwa tingkat Kinerja keuangan PT. Dipo Valasindo adalah sangat rendah.

4.3. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 4.3.1. Uji Analisis Data

4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas 4.3.1.1.1.Uji Validitas

Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2007 : 135)


(56)

Dasar analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jika nilai rhitung > rtabel dan nilai r positif, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah valid (Ghozali, 2007 : 135)

Berdasarkan dari hasil uji validitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan program SPSS.16.0, dapat disajikan pada tabel 4.4, sebagai berikut :

Tabel. 4.4. Hasil Uji Validitas

Nilai r hitung Variabel Item

(Corrected Item - Total Correlation) r tabel Ket

Sistem Pengendalian Butir_1 0.918 Valid

Manajemen (X1) Butir_2 0.882 Valid

Butir_3 0.837 Valid

Kinerja Kualitas (X2) Butir_1 0.867 Valid

Butir_2 0.907 Valid

Butir_3 0.842 Valid

Butir_4 0.915 Valid

Kinerja Keuangan (Y) Butir_1 0.817 Valid

Butir_2 0.862 Valid

Butir_3 0.786

0,311

Valid Sumber : Lampiran. 4 – 5 dan Lampiran. 10

Berdasarkan pada tabel 4.4, dapat diketahui bahwa seluruh butir atau item pertanyaan kuesioner yang terdiri dari 10 item pernyataan, mempunyai nilai r hitung > r tabel, dan sesuai dengan dasar analisis yang digunakan, hal ini berarti bahwa butir atau item pertanyaan tersebut seluruhnya valid dan dapat digunakan dalam penelitian

4.3.1.1.2.Uji Reliabilitas

Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2007 : 132).


(57)

Dasar analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jika nilai Cronbach Alpha > 0,60, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah reliabel (Ghozali, 2007 : 133)

Berdasarkan dari hasil uji reliabilitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan program SPSS.16.0, dapat disajikan pada tabel 4.5, sebagai berikut :

Tabel. 4.5. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Nilai

Cronbach Alpha Keterangan

Sistem Pengendalian Manajemen (X1) 0,941 Reliabel

Kinerja Kualitas (X2) 0,951 Reliabel

Kinerja Keuangan (Y) 0,908

0,60

Reliabel Sumber : Lampiran 4 - 6

Berdasarkan pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa besarnya nilai Cronbach Alpha pada seluruh variabel baik X1, X2, dan Y lebih besar dari 0,60, dan sesuai dengan dasar analisis yang digunakan dalam penelitian ini, hal ini berarti bahwa seluruh variabel baik X1, X2, dan Y yang terdiri dari 10 item pernyataan tersebut adalah reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian.

4.3.1.1.3.Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak.

Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan metode Kolmogorov Smirnov (Sumarsono, 2004: 40).


(58)

Dasar analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jika nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya (Asymp sig (2-tailed) > 5%, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah berdistribusi normal (Sumarsono, 2004 :40)

Berdasarkan dari hasil uji normalitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan program SPSS.16.0, dapat disajikan pada tabel 4.6. sebagai berikut :

Tabel. 4.6. Hasil Uji Normalitas

Variabel Nilai Asymp.

Sig. (2-tailed) Keterangan

Sistem Pengendalian Manajemen (X1) 0,256 Berdistribusi Normal

Kinerja Kualitas (X2) 0,156 Berdistribusi Normal

Kinerja Keuangan (Y) 0,117 Berdistribusi Normal

Sumber : Lampiran 7

Berdasarkan pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa besarnya nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya (Asymp sig (2-tailed) pada seluruh variabel baik X1, X2, dan Y lebih besar dari 5%, dan sesuai dengan dasar analisis yang digunakan, hal ini berarti bahwa butir atau item pertanyaan yang terbagi atas 3 bagian dan terdiri dari 10 item pernyataan tersebut adalah berdistribusi normal, sehingga dapat digunakan dalam penelitian.

4.3.2. Teknik Analisis

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh langung dan tidak langsung (dengan melalui Kinerja Kualitas) dari Sistem Pengendalian Manajemen terhadap Kinerja Keuangan, maka teknik analisis yang digunakan dalam adalah Analisis Pemetaan Jalur (Path Analysis).


(59)

Dari hasil pengujian dengan menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS.16.0, For Windows, dapat digambarkan kedalam sebuah paradigma dalam bentuk diagram jalur, yang disajikan pada gambar 4.2, sebagai berikut

Gambar. 4.2 Diagram Jalur Path Analisis

= 0,449

= 0,637 = 0,319

Kinerja Kualitas (X2)

Kinerja Keuangan (Y) Sistem Pengendalian

Manajemn (X1)

Sumber ; Lampiran. 8 dan Lampiran. 9

Berdasarkan pada gambar 4.2. diagram jalur di atas dapat diinterprestasikan,: sebagai berikut :

1. Persamaan struktural untuk diagram jalur I :

Berdasarkan gambar 4.2. diagram jalur di atas, dapat diketahui bahwa untuk diagram jalur I, dapat diketahui nilai koefisien jalur dari variabel Sistem Pengendalian Manajemen dengan variabel Kinerja Kualitas adalah sebesar 0,637, dan berdasarkan nilai koefisien jalur tersebut, dapat dibentuk persamaan jalur, yaitu :

X2 = 0,637 X1

2. Persamaan struktural untuk diagram jalur II :

Berdasarkan gambar 4.2. diagram jalur di atas, dapat diketahui bahwa untuk diagram jalur II, dapat diketahui nilai koefisien jalur dari variabel Sistem Pengendalian Manajemen dengan variabel Kinerja Keuangan adalah sebesar 0,449, sedangkan untuk variabel Kinerja Kualitas dengan Kinerja Keuangan adalah sebesar 0,319.


(60)

Setelah diketahui nilai koefisien jalur dari masing masing variabel, dapat diambil kesimpulan bahwa variabel Sistem Pengendalian Manajemen mempunyai nilai koefisien jalur yang paling besar dengan Variabel Kinerja Keuangan dibandingkan dengan variabel Kinerja Kualitas dan berdasarkan nilai koefisien jalur tersebut, dapat dibentuk persamaan jalur, yaitu :

Y = 0,449 X1 + 0,319 X2

4.3.3. Uji Hipotesis

Dari hasil uji Analisis Pemetaan Jalur (Path Analysis) dengan menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS.16.0, For Windows, dapat disajikan pada tabel 4.7, yaitu sebagai berikut

Tabel 4.7 : Hasil Analisis Pemetaan Jalur (Path Analysis)

Diagram Jalur I Diagram Jalur II Variabel Koefisien

(K1) Sig

Koefisien

(K2) Sig

(K1) x (K2)

Kinerja Kualitas (X2) 2,750 0,001

Sistem Pengendalian Manjemen (X1

2,478 0,020 3,563 0,001 8,829

Sumber ; Lampiran. 8 dan Lampiran. 9

Berdasarkan dari tabel 4.7, dapat diinterprestasikan, yaitu sebagai berikut :

1. Untuk Variabel Sistem Pengendalian Manajemen (X1)

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa nilai koefisien jalur dari variabel Sistem Pengendalian Manajemen dengan variabel Kinerja Kualitas adalah sebesar 2,478, dengan taraf signifikan 0,020 (lebih kecil dari 0,05), sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, maka hal ini menunjukkan adanya pengaruh langsung signifikan dan positif Sistem Pengendalian Manajemen terhadap Kinerja Kualitas


(61)

Sedangkan nilai koefisien jalur dari variabel Sistem Pengendalian Manajemen dengan variabel Kinerja Keuangan adalah sebesar 3,563, dengan taraf signifikan 0,001 (lebih kecil dari 0,05), sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, maka hal ini menunjukkan adanya pengaruh langsung signifikan dan positif variabel Sistem Pengendalian Manajemen terhadap variabel Kinerja Keuangan, sehingga hipotesis 1 teruji kebenarannya.

Dari tabel 4.7 di atas juga dapat diketahui bahwa variabel Sistem Pengendalian Manajemen mempunyai pengaruh tidak langsung signifikan terhadap Kinerja Keuangan, dengan melalui Kinerja Kualitas, yaitu sebesar (2,478) X (3,563) = 8,829, hal ini berarti bahwa variabel Sistem Pengendalian Manajemen mempunyai pengaruh tidak langsung signifikan terhadap Kinerja Keuangan, dengan melalui Kinerja Kualitas yaitu sebesar 5,403, sehingga hipotesis 2 teruji kebenarannya..

2. Untuk Variabel Kinerja Kualitas (X2)

Berdasarkan tabel 4.7, dapat diketahui bahwa nilai koefisien jalur dari variabel Kinerja Kualitas dengan variabel Kinerja Keuangan adalah sebesar 3,563, dengan taraf signifikan 0,001 (lebih kecil dari 0,05), sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, maka hal ini menunjukkan adanya pengaruh variabel Kinerja Kualitas terhadap variabel Kinerja Keuangan, sehingga hipotesis 3 teruji kebenarannya.


(1)

53

kinerja kualitas yang baik ke depan akan dapat meningkatkan kinerja keuangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Sistem Pengendalian Manajemen dapat digunakan sebagai dasar untuk mengukur tingkat kinerja keuangan

Dari hasil penelitian juga membuktikan bahwa ada pengaruh Kinerja Kualitas terhadap Kinerja Keuangan, hal ini menunjukan bahwa perubahan yang terjadi pada Kinerja Kualitas akan mempengaruhi kinerja keuangan, hal ini membuktikan bahwa Kinerja kualitas dianggap sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan produk yang berkualitas Secara luas kinerja kualitas dianggap sebagai unsur kunci dalam kemampuan perusahaan untuk menarik dan mempertahankan pelanggan. Peningkatan kualitas merupakan salah faktor strategik penting yang mempengaruhi perusahaan untuk dapat mencapai keunggulan bersaing. Dalam peningkatan kualitas, diperlukan adanya upaya perbaikan kualitas yang berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses dan lingkungan. Melalui perbaikan kualitas yang berkesinambungan, perusahaan dapat meningkatkan labanya, dan kinerja keuangan akan semakin baik. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Maiga dan Jacob, (2005) yang menyatakan bahwa prestasi yang positif atas kinerja keuangan berdasarkan kualitas, mempuyai hubungan yang kompleks antara organisasi dengan pasar. Pada penelitian akuntansi akhir-akhir ini, telah menunjukkan adanya dampak kinerja kualitas (quality performance) terhadap kinerja keuangan. (Nagar dan Rajan, 2001), sehingga dapat disimpulkan bahwa Kinerja kualitas dapat digunakan sebagai dasar untuk mengukur tingkat kinerja keuangan


(2)

54

4.4.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya

Adapun persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama membahas mengenai faktor – faktor yang berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan, sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada objek, jumlah sampel dan periode penelitian, sehingga penelitian ini bukan merupakan replikasi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh langung dan tidak langsung (dengan melalui kinerja kualitas) Sistem Pengendalian Manajemen terhadap Kinerja Keuangan

4.4.3. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat

Berdasarkan dari tujuan penelitian yang telah ditetapkan yaitu untuk mengetahui dan menguji secara empiris pengaruh langung dan tidak langsung (dengan melalui kinerja kualitas) Sistem Pengendalian Manajemen terhadap Kinerja Keuangan, telah tercapai.

Dari manfaat yang telah dikemukakan, maka hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada manajer tentang adanya faktor-faktor dari dalam yang dapat mempengaruhi kinerja kualitas, sehingga akan bermanfaat di dalam mengelola perusahaan untuk meningkatksan kinerja keuangan.

4.5. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya beberapa keterbatasan yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian ini. Adapun batasan-batasan tersebut yaitu: 1. Adanya perbedaan persepsi di antara masing-masing responden

(Manajer) di dalam memahami konteks pertanyaan yang disajikan dalam kuesioner.


(3)

55

2. Jawaban responden yang disampaikan secara tertulis melalui kuesioner belum tentu mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

3. Populasi yang diambil hanya berasal dari 1 (satu) perusahaan saja, yang juga akan mempengaruhi pengambilan sampel, sehingga jumlahnya sedikit


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hipotesis I yang menyatakan bahwa Sistem Pengendalian Manajemen berpengaruh langsung terhadap Kinerja Keuangan, teruji kebenarannya. 2. Hipotesis 2 yang menyatakan bahwa Sistem Pengendalian Manajemen

berpengaruh tidak langsung (dengan melalui Kinerja Kualitas) terhadap Kinerja Keuangan, teruji kebenarannya

3. Hipotesis 3 yang menyatakan bahwa Kinerja Kualitas berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan, teruji kebenarannya

5.2. Saran

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan saran yang kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam meningkatkan kinerja kualitas guna mendukung kinerja keuangan dimasa yang akan datang, yaitu sebagai berikut :

1. Perlunya disertakan faktor-faktor seperti intensitas persaingan, struktur dan ukuran industri, dan tingkat perubahan teknologi juga mungkin bisa mempengaruhi kinerja keuangan untuk peneliti selanjutnya. Untuk itu disarankan untuk meneliti variabel lain.

2. Bagi perusahaan diharapkan lebih meningkatkan pelaksanaan aktivitas system pengendalian manajemen guna perbaikan kinerja keuangan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang .


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku / Teks :

Anonim, 2003, Pedoman penyusunan Usulan Penelitian Dan Skripsi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Anthony, 1991, Sistem Pengendalian Manajemen, Edisi 5 alih bahasa Agus Maulana, Penerbit Erlangga

Astrid, 1989, Komunikasi Pengendalian dan Komunikasi Pengawasan, Penerbit Pustaka Sinar Harapan.

Gibson J.I. JR. Donelly, Ivan Cevich, J. M. 1996, Manajemen edisi ke sembilan Jilid 1, terjemahan Zuhad Ichya Udin, Penerbit Erlangga Jakarta.

Ghozali, Imam. 2001, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati, Damodar, 1999, Ekonometrika Dasar, Cetakan keempat, alih bahasa Sumarsono Zain, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Handoko, T. Hani, 1992, Manajemen, edisi kedua, Penerbit BPFE, Yogjakarta. Heckert, J. b. Wilson dan Campbel, 1986, Controllership, edisi 3 Penerbit

Erlangga.

Massie, Joseph, L, 1985, Dasar-Dasar Manajemen, edisi 3 Penerbit Erlangga, Jakarta.

Mulyadi dan Johny Setyawan, 2001, Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit Aditya Media, Yogyakarta.

Munandar, 2001, Budgeting : Perencanaan, Pengkoordinasian, Dan Pengawasan Kerja, edisi Pertama Penerbit BPFE, Yogjakarta.

Nazir, M., 2003, Metode Penelitian, Cet. 3, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta Pace, R. Wayne dan Faules, 1993, Komunikasi Organisasi, Penerbit PT Remaja


(6)

Sekaran, Uma, 2005, Research Methods for Business, edisi 4 buku 1, Penerbit Salemba Empat

Singgih, Santoso, 2002, Buku Latihan SPSS Statistik Non Paramatik, Elex Media Komputindo.

Sugiyono, 2001, Metode Penelitian Administrasi, Penerbit Alfabeta, Bandung Sumarsono, 2002, Metodololgi Penelitian Akuntansi, Surabaya.

Supriyono, 2000, Sistem Pengendalian Manajemen, edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogjakarta.

Sudjana, 2002, Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti, penerbit Tarsito Bandung.

Stoner, 1986, Manajemen, edisi 3 Jilid satu Penerbit C.V. Intermedia Jakarta. _____ , 1992, Manajemen, edisi 4 Jilid satu Penerbit C.V. Intermedia Jakarta. _____ , dan Wangkel, 1986, Manajemen, edisi 3 Jilid 2 Penerbit C.V. Intermedia

Jakarta.

Thoha, Miftah, 2004, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, edisi kelimabelas, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Husein, Umar, 1997, Riset Akuntansi, Cetakan 1, PT. Gramedia Utama Pustaka Utama, Jakarta

Jurnal :

Salman Jumaili, 2006, Hubungan Komponen Sistem Pengendalian Manajemen (Quality Goal, Quality Feedback, dan Quality Incentive) terhadap Kinerja Kualitas dan Konsekuensi terhadap Kinerja Keuangan

Wiyantoro, 2006, Hubungan Antara Sistem Pengendalian Manajemen Dengan Perilaku Dysfunctional: Budaya Nasional Sebagai Variabel Moderating