Konsepsi Miskonsepsi Dimensi Konsep

7 Kekuatan. Kekuatan suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting.

2. Konsepsi

Kehidupan sehari-hari sudah banyak memberikan siswa konsep, baik didapat di sekolah maupun di lingkungan sekitarnya. Berg dalam Ramadhani 2015: 32 menyatakan konsepsi adalah tafsiran perorangan atau individu terhadap suatu konsep. Sementara hal yang sama disampaikan oleh Budi 1992: 114-115 menyatakan bahwa konsepsi adalah sebagai kemampuan memahami konsep, baik yang diperoleh dari indera maupun kondisi lingkungan. Jika beberapa potong es batu dimasukkan ke dalam sebuah gelas yang kering maka setelah beberapa saat kemudian akan ditemukan titik-titik air yang menempel di permukaan luar gelas. Ilmuwan mempunyai pemikiran bahwa munculnya titik-titik air yang menempel di permukaan gelas tersebut berasal dari uap air berada di udara sekitar gelas. Ketika udara yang mengandung air tersebut menyentuh permukaan gelas yang dingin, maka uap air akan mengembun dan menempel pada permukaan gelas. Peristiwa tersebut tentu akan dialami oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Siswa akan mempunyai pemahaman yang berbeda dengan siswa lain tentang satu sama lain tentang konsep yang disebut dengan konsepsi Van dan Breg, 1991. Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsepsi adalah kemampuan suatu individu untuk menafsirkan atau memahami suatu konsep yang diperoleh dari lingkungan sekitar.

3. Miskonsepsi

Budi 1992: 114-115 mengungkapkan bahwa kesalahan konsep atau miskonsepsi adalah terjadi perbedaan konsepsi antara orang yang satu dengan yang lain dalam mempelajari konsep untuk menangkap makna konsep melalui proses persepsi melalui tahap-tahap perekaman informasi. Brown dalam Suparno, 2005: 4 menyatakan bahwa miskonsepsi merupakan penjelasan yang salah dan suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang diterima para ahli. Senada dengan pendapat di atas, Suparno 2005: 4 mengatakan bahwa miskonsepsi adalah konsep awal yang dibawa siswa kadang-kadang tidak sesuai atau bertentangan dengan dengan konsep yang diterima para ahli. Konsep awal yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah itu biasanya disebut miskonsepsi atau salah konsep. Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima pakar dalam bidang itu. Secara garis besar, miskonsepsi adalah ketidaksesuaian pemahaman siswa dengan pengertian ilmiah. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi adalah ketidaksesuaian atau bahkan bertentangan dengan pemahaman konsep-konsep awal dengan konsep yang diterima oleh para ahli atau pakar dalam bidang itu. a. Penyebab Miskonsepsi Suparno 2005: 29 menyatakan bahwa penyebab miskonsepsi adalah siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar 1 Siswa Miskonsepsi yang berasal dari siswa dapat dikelompokkan dalam beberapa hal, antara lain: a Prakonsepsi atau Konsep Awal Siswa Banyak siswa sudah mempunyai konsep awal atau prakonsepsi tentang suatu bahan sebelum siswa mengikuti pelajaran formal di bawah bimbingan guru. Konsep awal ini sering kali mengandung miskonsepsi. Salah konsep awal ini jelas akan menyebabkan miskonsepsi pada saat mengikuti pelajaran fisika berikutnya, sampai kesalahan itu diperbaki. Prakonsepsi ini biasanya diperoleh dari orang tua, teman, sekolah awal, dan pengalaman di lingkungan siswa. Jelas sekali bahwa orang tua mempengaruhi prakonsepi siswa. Suparno 2005: 35 juga menegaskan bahwa miskonsepsi akan lebih banyak lagi, jika yang mempengaruhi pembentukan konsep pada anak tersebut mempunyai banyak miskonsepsi, seperti orang tua, tetangga, dan lain-lain. b Pemikiran Asosiatif Siswa Marshall dan Gilmour dalam Suparno, 2005: 36 menjelaskan bahwa pengertian yang berbeda dari kata-kata antar siswa dan guru juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Kata atau istilah yang digunalan oleh guru dalam proses pembelajaran diasosiasikan lain oleh siswa, karena pada kehidupan sehari-hari mereka menggunakan istilah lain c Pemikiran humanistik Osborne, dkk dalam Suparno 2005: 36 siswa kerap kali memandang semua benda dari pandangan manusiawi. Benda-benda dipikirkan dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI proses pengalaman orang dan secara manusiawi. Tingkah laku benda dipahami seperti tingkah laku manusia yang hidup sehingga tidak cocok. d Reasoning penalaran yang tidak lengkap salah Miskonsepsi juga dapat disebabkan oleh reasoning atau penalaran siswa yang tidak lengkap atau salah. Alasan yang tidak lengkap disebabkan karena informasi yang didapatkan juga tiak lengkap. Akibatnya, siswa menarik kesimpulan secara salah dan ini yang menyebakan miskonsepsi siswa. e Intuisi yang salah Intuisi yang salah dan perasaan siswa juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Intuisi adalah suatu perasaan dalam diri seseorang, yang secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasannya tentang sesuatu sebelum secara obyektif dan rasional diteliti. Contoh siswa kadang-kadang mempunyai intuisi bahwa benda yang besar akan jatuh bebas lebih cepat daripada benda yang kecil. Pemikiran intuitif ini sering membuat siswa tidak kritis dan mengakibatkan miskonsepsi. f Tahap perkembangan kognitif siswa Perkembangan kognitif siswa yang tidak sesuai dengan bahan yang digeluti dapat menjadi penyebab adanya miskonsepsi siswa. Secara umum, siswa yang masih dalam tahap operational concrete bila mempelajari sesuatu bahan yang abstrak sulit menangkap dan sering salah mengerti tentang konsep tersebut. g Kemampuan siswa Kemampuan siswa juga mempunyai pengaruh pada miskonsepsi siswa. Siswa yang kurang berbakat fisika atau kurang mampu dalam mempelajari fisika, sering mengalami kesulitan menangkap konsep yang benar dalam proses belajar. h Minat belajar siswa Berbagai studi menunjukkan bahwa minat siswa terhadap fisika juga berpengaruh pada miskonsepsi. Secara umum dapat dikatakan, siswa yang berminat pada fisika cenderung mempunyai miskonsepsi lebih rendah daripada siswa yang tidak berminat pada fisika. 2 Guru Miskonsepsi siswa dapat terjadi pula karena miskonsepsi yang dibawa oleh guru fisika. Guru yang tidak menguasai bahan atau mengerti bahan fisika secara tidak benar, akan menyebabkan siswa mendapatkan miskonsepsi Suparno, 2005: 42. 3 Buku Buku terdiri dari beberapa jenis. Jenis-jenis buku menurut Suparno 2005: 44-47 dijelaskan sebagai berikut : a Buku Teks Buku teks juga menyebabkan miskonsepsi. Entah karena bahasanya sulit dimengerti atau karena penjelasannya tidak benar, miskonsepsi tetap diteruskan. Para peneliti menemukan bahwa beberapa miskonsepsi datang dari buku teks Lona dalam Suparno, 2005: 44. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b Buku Fiksi Sains Science Fiction Seringkali pengarang membuat gagasan fisika kurang berdasarkan kaidah ilmu yang sesungguhnya. Misalnya gerak-gerakan tokoh fiksi di udara bebas yang kadang-kadang tidak mengindahkan hukum fisika. Akibatnya, dalam diri anak tertanam nilai dan pengertian yang tidak benar. c Kartun Cartoon Gambar-gambar kartun dalam majalah sains sering kali dapat memunculkan dan menyebabkan miskonsepsi pada siswa bila tidak mengindahkan hukum dan teori fisika yang berlaku. 4 Konteks Konteks terdiri dari lima jenis. Kelima jenis tersebut yaitu pengalaman, bahasa sehari-hari, teman lain, keyakinan dan ajaran agama, dan metode mengajar. Peneliti menjabarkan kelima jenis konteks menurut Suparno 2005: 29 yang dijelaskan sebagai berikut. a Pengalaman Pengalaman siswa dapat menyebabkan miskonsepsi. Kita dapat melihatnya dalam kasus kekekalan energi. Dalam kehidupan sehari-hari, siswa mengalami, bahwa mereka akan merasa lelah setelah bekerja keras. Motor akan kehabisan bahan bakar bila dipakai terlalu lama dan bahan bakarnya tidak diisi kembali. Tampak bahwa energi hilang dan tidak kekal. Di sini siswa berpikir tentang kekekalan energi dalam pengertian yang terbatas dan tidak dalam pengertian luas Stavy dalam Suparno, 2005: 47. b Bahasa Sehari-hari Beberapa miskonsepsi datang dari bahasa sehari-hari yang mempunyai arti lain dengan fisika Gilbert dalam Suparno, 2005: 48. Misalnya, dalam bahasa sehari-hari siswa mengerti dan menggunakan istilah berat dan kg. Tetapi dalam fisika, berat adalah suatu gaya, dan unitnya adalah Newton. c Teman Lain Orang muda sangat senang belajar dalam kelompok bersama teman-teman kelompoknya. Kelompok sering didominasi oleh beberapa orang yang suaranya vokal. Bila siswa yang dominan atau vokal itu mempunyai miskonsepsi, maka jelas mereka dapat mempengaruhi siswa lain dalam hal miskonsepsi. d Keyakinan dan Ajaran Agama Keyakinan atau agama siswa dapat juga menjadi penyebab miskonsepsi dalam bidang fisika Commins dalam Suparno, 2005: 49. Keyakinan ataupun ajaran agama yang diyakini secara kurang tepat sering membuat siswa tidak dapat menerima penjelasan ilmu pengetahuan. e Metode Mengajar Beberapa metode mengajar yang digunakan guru, terlebih yang menekankan satu segi saja dari konsep bahan yang digeluti, meskipun membantu siswa menangkap bahan, tetapi sering mempunyai dampak jelek yaitu memunculkan miskonsepsi siswa.

b. Cara Mendeteksi Adanya Miskonsepsi