1
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab I ini akan diuraikan mengenai pendahuluan. Hal-hal yang berkaitan dengan pendahuluan meliputi mengenai latar belakang masalah,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Pada era global saat ini setiap negara berusaha untuk mengembangkan negaranya menjadi negara yang maju, hal pertama yang berpengaruh adalah
pendidikan dalam negara tersebut. Pendidikan akan menciptakan sumber daya manusia berkualitas yang mampu bersaing di era global dan mampu
mengembangkan potensi sumber daya alam yang ada termasuk kualitas sumber daya manusia. Definisi pendidikan menurut Mudyahardjo dalam
Ahmadi, 2014: 36-37 adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup yang akan mempengaruhi
pertumbuhan individu. Karena pentingnya pendidikan maka di Indonesia peraturan mengenai
pendidikan juga tertuang dalam Undang-Undang Dasar UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Hak
warga negara memperoleh pendidikan yang bermutu, Pemerintah telah melaksanakan pembangunan di segala bidang termasuk dunia pendidikan.
Pemerintah telah melakukan sistem pendidikan nasional yang telah diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa Siswoyo, dkk, 2012 : 25. Saat ini ada 2 kurikulum yang berlaku di Indonesia, yakni kurikulum 2006 KTSP dan kurikulum 2013.
Seluruh SDN di Kecamatan Minggir yang diteliti oleh peneliti semua menggunakan Kurikulum KTSP. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP yang mulai berlaku sejak tahun 2006. Dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 dikemukakan bahwa kurikulum pendidikan
dasar dan
menengah meliputi;
Pendidikan Agama,
Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, IPA, IPS, Seni dan Budaya,
Pendidikan Jasmani dan Olah Raga, Keterampilan Kejujuran, dan Muatan Lokal.
Salah satu mata pelajaran yang tertulis dalam isi kurikulum pendidikan dasar di Indonesia yaitu Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Pengetahuan Alam
IPA ini sifatnya lebih pasti karena gejala yang diamati relatif nyata dan terukur, Wonorahardjo, 2010: 11. Sedangkan menurut Fisher seperti dikutip
oleh Amien 1990: 4 IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi. Dengan
demikian dalam pembelajaran IPA dikehendaki adanya keterlibatan langsung antara anak dengan objek yang sedang dipelajari.
Ilmu Pengetahuan Alam bersifat pasti sehingga di dalam IPA memuat banyak konsep sehingga tidak boleh terjadi miskonsepsi karena konsep yang
salah berbahaya untuk ke depannya. Anak yang belajar IPA menemui kesulitan sehingga membuat anak menjadi bingung, karena faktor dari anak
tersebut yang tidak berani bertanya atau guru yang kurang peka sehingga anak dapat salah menangkap konsep miskonsepsi yang disampaikan oleh
guru. Hal ini membuat prestasi pembelajaran IPA di Indonesia masih rendah. Faktanya prestasi pembelajaran IPA di Indonesia masih rendah dapat dilihat
berdasarkan studi Programme for International Student Assesment PISA yaitu sebuah studi internasional tentang prestasi literasi membaca,
matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun. Studi PISA tahun 2003 menempatkan Indonesia berada di urutan 39 dari 41 negara untuk Matematika
dan IPA Kompas, 28 Oktober 2009. Penelitian ini dilaksanakan di seluruh SD Negeri se-Kecamatan
Minggir. Peneliti memilih Kecamatan Minggir karena belum ada penelitian kuantitatif survei mengenai miskonsepsi IPA Fisika SD yang dilakukan di
Kecamatan Minggir. Berdasarkan observasi dan wawancara lisan dengan dua
orang guru kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Minggir bahwa disana masih banyak ditemui siswa yang sulit memahami konsep-konsep yang ada
pada mata pelajaran IPA. Kedua guru kelas V yang peneliti wawancarai mengatakan bahwa 75 siswa yang miskonsepsi dalam mata pelajaran IPA
khususnya Fisika terutama pada m emahami hubungan antara gaya, cahaya,
pesawat sederhana serta lapisan penyusun bumi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Miskonsepsi sangat dihindari karena apabila sejak awal masa sekolah dasar telah salah konsep maka ditingkat selanjutnya juga akan salah. Menurut
Suparno 2005: 55 secara garis besar langkah yang digunakan untuk membantu mengatasi miskonsepsi adalah: 1 mencari atau mengungkap
miskonsepsi yang dilakukan siswa 2 mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut 3 mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasinya.
Beberapa sarana untuk menyelesaikan miskonsepsi tidak sesuai atau tidak berhasil karena pendidik tidak tahu persis penyebab miskonsepsi tersebut,
sehingga cara yang ditempuh tidak tepat. Berdasarkan fakta yang peneliti dapatkan maka peneliti tertarik untuk
melaksanakan penelitian dengan judul “Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V Semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Minggir Sleman
Tahun 2015”.
B. Identifikasi Masalah