Alur ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN, ALUR, LATAR, DAN TEMA

49 Cerita yang berkembang pada masing-masing tokoh menambahkan pengetahuan pembaca tentang hal yang terjadi, walaupun sebenarnya jika alur- alur tersebut dihilangkan bukanlah hal yang berarti atau tidak akan mengubah akhir cerita. Hal inilah yang dimaksud dengan alur longgar. Berdasarkan kriteria urutan waktu, alur dalam novel ini adalah alur maju. Alur maju pada novel ini terlihat jelas pada setiap bab. Meskipun pada tiap bab mengisahkan tokoh yang berbeda, tetap saja cerita yang disajikan saling melengkapi. Hal ini terlihat pada bagian prolog, bab pertama, kedua, hingga bab terakhir, bahkan epilog. Novel ini diawali dengan kegiatan pagi hari di kos Ananda yaitu sarapan pagi rutin pukul 06.15, sebelum mereka melakukan aktivitas di luar rumah. Selanjutnya cerita dimulai dari masing-masing tokoh yang berasal dari suku yang berbeda dan mereka mempunyai masalah masing-masing sebelum mereka merantau ke Yogyakarta. Pada bab selanjutnya, mereka mulai mengejar cinta seorang gadis bernama Olivia. Tarjo, Karta, Gerson, dan Yahya berusaha mendekati Olivia. Hanya satu laki-laki yang tidak mau mengejar cintanya yaitu Yudhistira, anak ibu kos. Akan tetapi, di akhir cerita, justru Yudhistira yang bisa merebut hati Olivia walaupun awalnya Olivia telah dijodohkan. Berdasarkan penjelasan tersebut, sudah jelas bahwa cerita pada bab yang sudah disebutkan di atas ternyata saling berurutan dan berkaitan satu sama lain. Cerita terus disampaikan menggunakan alur maju. Namun demikian, alur maju yang digunakan pada novel ini terkadang disela oleh alur sorot balik. Ada kalanya 50 seorang tokoh teringat masa lalunya. Masa lalu tokoh tersebut diceritakan sebagian, kemudian tokoh tersebut kembali ke keadaan sekarang. Teknik pembalikan cerita, atau penyorotbalikan peristiwa-peristiwa ke tahap sebelumnya dapat dilakukan melalui beberapa cara. Mungkin pengarang ”menyuruh” tokoh merenung kembali ke masa lalunya, menuturkannya kepada tokoh lain baik secara lisan maupun tertulis, tokoh lain yang menceritakan masa lalu tokoh lain, atau pengarang sendiri yang menceritakannya. Nurgiyantoro, 1995:155 Tokoh-tokoh dalam novel ini terkadang mengingat masa lalunya sehingga novel ini menggunakan sorot balik beberapa bagian. Dengan demikian, alur yang dipakai novel ini adalah alur campuran. Peristiwa-peristiwa yang menampilkan alur sorot balik ada pada beberapa bab. Hal ini akan terlihat pada pembahasan tahapan alur. Ada lima tahap alur yaitu tahap penyituasian, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik, tahap klimaks, dan tahap penyelesaian. Tahap penyituasian dalam novel ini ditandai dengan pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap penyisuasian dalam novel ada pada bagian prolog, bab 1, bab 2, bab 3, bab 4, bab 5, bab 6, bab 13, dan bab 18. Sebelum penulisan bab satu, novel Yogyakarta menampilkan bagian yang diawali tulisan 2009, yang dalam tulisan ini selanjutnya disebut prolog. Bagian prolog melukiskan kegiatan pagi hari yaitu sarapan bersama anak- anak kos. Seluruh penghuni kos Ananda wajib hadir di meja makan pukul 06.15. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut. 51 90 Ananda mengedarkan pandangannya ke seluruh meja bundar itu. Para mahasiswa itu telah duduk rapi. Mereka semua adalah mahasiswa tahun pertama dan berkuliah di Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta, 2010:5 Bab satu melukiskan Gerson yang teringat kejadian kerusuhan antar-agama Kristen dan Islam di Ambon saat Gerson berusia sepuluh tahun. Ayah Gerson meninggal dan ibunya menjadi gila karena kehilangan suaminya. Setelah kejadian itu Gerson ditolong Yesaya yang beragama Kristen. Beberapa bulan setelah kerusuhan di Ambon, Yesaya membawa Gerson dan ibunya untuk tinggal di Jakarta. Gerson diterima di Universitas Gadjah Mada dan memutuskan untuk tinggal di Yogyakarta. Bab kedua melukiskan Tarjo yang teringat akan masa lalunya di Madura. Tarjo teringat kembali peristiwa saat Tarjo dan ibunya jalan bersama tiap pagi di Madura. Ayah Tarjo juga hobi menikah. Bapak Tarjo adalah seorang kiai dan berharap Tarjo masuk pesantren, tetapi Tarjo malah memilih jurusan akuntansi. Bab ketiga melukiskan Karta yang teringat akan masa kecil di Medan. Karta yang awalnya tidak tidak suka menyanyi, tetapi karena ibunya sering menyuruh Karta untuk ikut perlombaan dan Karta menang. Karta senang menjadi seorang penyanyi. Rasa percaya dirinya bertambah dan menjadikan Karta anak yang sombong. Ayahnya berharap Karta menjadi tentara seperti ayahnya, tetapi malah kuliah di jurusan seni. Ayahnya yang awalnya tidak setuju akhirnya mengizinkan Karta untuk masuk jurusan seni. Ayahnya berpikir mungkin itu jalan hidupnya. Bab keempat melukiskan ketika Yahya teringat masa lalunya saat berada di Pontianak. Yahya dan ibunya tidak dekat. Mereka selalu bertengkar. Awalnya 52 Yahya dan ibunya dekat, tetapi ada peristiwa seorang laki-laki yang datang, yaitu ayahnya, untuk menemui Yahya, ibunya menjadi galak dan suka marah-marah. Ibunya juga melarang Yahya berpacaran dengan Monalisa. Bab kelima melukiskan Olivia yang teringat waktu berada di Jakarta. Olivia dijodohkan oleh orang tuanya dengan Bernard Wibowo. Karena tidak suka dengan Bernard Wibowo, Olivia memutuskan untuk mencari jalan keluar dengan cara melakukan penelitian di Yogyakarta. Bab keenam mengisahkan Yudhistira waktu usia lima belas tahun. Pada waktu itu dirinya berlibur di New York. Dia jatuh cinta dengan gadis bernama Antonia. Kisah cintanya tidak berjalan lama. Sebelum Yudhistira kembali ke Indonesia mereka berencana bertemu. Yudhistira menunggu Antonia, namun tidak datang. Malah teman Antonia yang datang dan mengabarkan bahwa Antonia sudah meninggal. Antonia dituduh mencuri oleh ibu asrama, padahal dia hanya mau mengambil kertas lagu untuk Yudhistira. Sejak saat itu Yudhistira tidak pernah jatuh cinta lagi pada siapa pun. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut. 91 Gadis berambut keriting itu mendesah pelan, menimbang-nimbang selama beberapa saat, dan akhirnya memutuskan berbicara. “Antonia ketahuan mencuri dan ia dipukul Tante. ... “Antonia seharusnya lebih tahu kalau masuk ke dalam kamar Ibu artinya hukuman mati. Sudah begitu, pakai alasan kertas musik lagi” ia mencibirkan bibirnya. Yogyakarta, 2010:96 Bab ketiga belas melukiskan Ananda yang teringat masa mudanya waktu dia jatuh cinta pada Fritz yang berbeda suku, ras dan adat istiadat. Hubungan mereka tidak berjalan mulus karena Fritz memutuskan pergi ke Surabaya. Untuk 53 menyelesaikan urusan keluarganya, Fritz ke Surabaya tanpa Ananda. Fritz harus ikut orang tuanya pindah ke Surabaya untuk membuka usaha keluarga. Dua tahun kemudian Fritz datang lagi dan mengajak Ananda untuk pindah ke Australia tetapi Ananda tidak mau pergi karena dia sudah dijodohkan orang tuanya. Dia tidak bisa menolak keinginan orang tua. Bab delapan belas juga menunjukkan alur sorot balik. Yahya teringat kembali akan kisah cintanya di Pontianak. Ibu Yahya tidak setuju dengan hubungan Yahya dan Monalisa karena dianggap sebagai pelacur. Yahya yang tidak percaya dengan perkataan ibunya, pergi menemui Monalisa. Monalisa membenarkannya. Monalisa memutuskan untuk tetap tinggal bersama ayah tirinya. Setelah itu Yahya memutuskan ke Yogyakarta dan meninggalkan Monalisa, padahal mereka berdua saling mencintai. Dari pembahasan di atas, bab –bab yang termasuk tahap penyituasian, kecuali prolog, ditampilkan pengarang melalui alur sorot balik. Pelukisan tokoh Gerson, Tarjo, Karta, Yahya, Olivia, Yudhistira, dan Ananda dimunculkan melalui lamunan atau kenangan masa lalu tokoh. Sedangkan bagian prolog menggambarkan situasi tokoh-tokoh dalam novel Yogyakarta yang berada di satu tempat, yaitu rumah kos Ananda. Setelah pengenalan tokoh dan latar pada tahap penyituasian, tahap meningkat menjadi tahap pemunculan konflik. Hal ini terlihat pada bab kelima, bab ketujuh, bab sembilan, bab sepuluh, dan bab sebelas. Bab lima melukiskan Yahya melihat Olivia pertama kali. Konflik batin Yahya muncul saat melihat Olivia. Yahya seolah melihat Monalisa, mantan 54 pacarnya. Yahya mengajak Olivia pergi untuk makan malam, tetapi Olivia tidak bisa karena malam itu Olivia akan mengetik. Yahya yang sempat patah arang kembali bangkit setelah Olivia mengajak makan siang. Hal ini terlihat dalm kutipan berikut. 92 Ia memerhatikan gadis itu dan gejolak dalam dada karena teringat Monalisa berkecamuk, menggila, menuntut perhatian. ”Kamu ada acara malam ini?” tanyanya tiba-tiba, tidak dapat menahan diri untuk tidak mengucapkannya. . . . “Um … aku nggak bisa malem ini. Mau ngetik. Mungkin besok siang?” tanya Olivia. Yahya yang sebelumnya sudah patah arang, merasa semangatnya bangkit kembali. ”Oh, ya? Um … makan siang?” Olivia mengangguk. Yahya tersenyum. ”Oke. Sampai nanti gitu.” Yogyakarta, 2010:64 Bab ketujuh melukiskan kedekatan Tarjo dengan Olivia. Olivia diajak Tarjo makan di alun-alun. Sambil makan bersama, Olivia dan Tarjo saling bercerita tentang jurusan yang mereka ambil dan tentang keluarga mereka masing-masing. Olivia yang penasaran mencoba menanyakan kepada Tarjo tentang kuliahnya di jurusan akuntasi padahal Tarjo anak seorang kiai. Tarjo menjawab dengan pertanyaan bahwa anak kiai tidak harus menjadi kiai. Pembicaraan Tarjo dan Olivia yang lain kembali memunculkan ingatan Tarjo tentang ayahnya. Konflik batin Tarjo yang antipoligami adalah bagian dari tahap pemunculan konflik novel ini. Konflik berikut yang muncul adalah saat Ananda menyuruh Yudhistira mengantarkan Olivia mencari tempat internetan, tapi Yudhistira menolak. Selanjutnya Gersonlah yang menawarkan diri untuk mengantarkan Olivia. Hal ini termuat dalam bab kedelapan novel Yogyakarta. 55 Bab sembilan mengisahkan tentang Karta yang sedang berbicara dengan nada bersemangat dan penuh percaya diri bahwa dia yakin diterima. Dengan penuh kepercayaan diri akan diterima, Karta mengajak semua yang tinggal di kos untuk makan bersama. Karta yang akan mentraktir. Ananda yang melihat kesombongan Karta merasa khawatir. Ananda sempat memberi tahu Karta bahwa belum ada kepastian diterima demo CD-nya. Jadi, lebih baik menunda perayaan keberhasilannya. Akan tetapi, Karta tidak peduli. Dia merasa bahwa dirinya tidak akan gagal untuk menjadi seorang penyanyi. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut. 93 Ananda mengerutkan keningnya. ”Kamu baru disuruh bawa demo suara kamu, kan?” tanyanya. Karta menatap Ananda dengan agak sebal. ”Ah, Bude. Masak Bude ragu sama aku? Mereka pasti nerima Bude percaya deh sama aku” ... “Pamali loh nanti,” kata Ananda, masih menatap Karta dengan agak khawatir. Anak ini sombong sekali, pikirnya. Yogyakarta, 2010:117 Bab sepuluh mengisahkan Yahya yang pergi ke mal bersama Olivia. Mereka berdua makan. Saat mereka berdua jalan berdua jalan bersama, Yahya teringat kembali pada Monalisa yang ingin dia lupakan. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut. 94 Setiap denyut nadinya masih merindukan Monalisa, dan semakin lama ia berpisah dengan perempuan itu semakin terasa sebuah kepedihan yang dalam.Ia tert awa kikuk. ”Batas antara cinta dan benci itu seperti batas antara benar dan salah,”katanya. Yogyakarta,2010:120 Pada bab sepuluh juga diceritakan tentang Karta yang menunjukkan kebolehannya menyanyi dan bermain musik di hadapan juri dengan penuh percaya diri. Ada juri yang menyukai suara Karta, ada juga juri yang tidak suka dengan suara Karta. Akan tetapi, setelah selesai penilaian dia pulang dengan 56 keyakinan bahwa dia pasti berhasil menjadi penyanyi terkenal. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut. 95 Karta mengangguk, menyerahkan rekaman demonya sambil membungkuk hormat kepada laki-laki itu. Terima kasih, Pak. Bapak nggak akan menyesal.” Karta berjalan keluar dengan perasaan baru keluar dari kelas ujian akhir nasional —berdebar-debar. Ia yakin, ibunya pasti senang dengan hasilnya. Yogyakarta, 2010: 123 Pada bab sebelas diceritakan Olivia mengadakan penelitian tentang keraton sambil ditemani Yudhistira. Saat itu, perasaan Yudhistira pada Olivia mulai muncul. Olivia pun merasakan hal yang sama. Detak jantungnya bergitu cepat waktu Olivia duduk di sebelah Yudhistira. Sesampai di rumah, Ananda melihat Yudhistira pulang bersama Olivia. Ananda senang melihatnya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut. 96 Yudhistira menatap ke depan kembali. Ia tidak berkata apa-apa lagi, dan Olivia berkutat dengan debar jantungnya sendiri sementara semilir angin memabukkan jiwa, sampai mereka tiba di depan rumah. Yogyakarta, 2010:135 Setelah pemunculan konflik terjadi, tahap berikutnya adalah tahap peningkatan konflik antartokoh satu dengan tokoh yang lain. Hal ini terlihat pada bab sepuluh, bab sebelas, bab dua belas, bab empat belas, bab enam belas, dan bab tujuh belas. Konflik yang telah muncul dalam diri Karta, yaitu keinginan menjadi penyanyi semakin meningkat di bab sepuluh novel ini. Bab ini melukiskan Karta yang pergi bersama Olivia di pinggir Malioboro. Saat mereka duduk untuk memesan makanan, Olivia dan Karta melihat dua pengamen. Karta merasa pernah melihat mereka di ruang tunggu studio rekaman Bar Suara Record. Setelah 57 mendengarkan suara mereka Karta memberi komentar. Karta menganggap suara mereka jelek dan mengejeknya. Kesombongan Karta semakin bertambah dan hal tersebut membuat Olivia kesal. Konflik lain dialami oleh Yudhistira dan Olivia pada bab sebelas. Pada bab ini dikisahkan Yudhistira dan Olivia sedang menikmati makan siang bersama di sebuah restoran. Yudhistira yang mulai merasa tertarik pada Olivia berpikir bahwa dia tidak mungkin jatuh cinta pada gadis lain selain Antonia. Yudhistira mencoba menyangkal perasaan sukanya pada Olivia. Olivia yang berada di samping Yudhistira menanyai Yudhistira, tetapi malah dibentak oleh Yudhistira. Selama sesaat Yudhistira ingin meminta maaf pada perempuan itu, tetapi perasaan lain yang muncul adalah tidak ingin meminta maaf pada Olivia. Selanjutnnya, konflik Yudhistira semakin meningkat. Hal tersebut ditampilkan dalam bab kedua belas. Bab kedua belas mengisahkan Yudhistira yang benci pada keadaannya. Kebencianya terhadap Olivia hilang. Yudhistira akhirnya menyerah dan keluar dari kamarnya untuk meminta maaf pada Olivia. Sebagai permintaan maaf karena sudah bersikap kasar pada Olivia, Yudhistira mencoba untuk mengajak Olivia pergi ke Taman Sari. Olivia hanya terdiam dan tidak menjawab ya atau tidak dengan ajakan Yudhistira. Olivia masih kesal atas pelakuan Yudhistira yang bertindak kasar padanya. Hal ini terlihat dalam kutipan 45. 58 Bab keempat belas mengisahkan Olivia bersama Yudhistira pergi ke Taman Sari. Mereka saling berbagai cerita. Awalnya Olivia bertanya tentang umur Yudhistira dan Yudhistira bertanya balik. Olivia bertanya pada Yudhistira tentang masalah pacar. Yudhistira menjawab bahwa dia belum punya pacar dan Yudhistira bertanya pada Olivia kembali. Jawaban Olivia bahwa dirinya sudah dijodohkan membuat Yudhistira kaget. Bab keenam belas melukiskan Gerson yang pergi bersama Olivia ke klub. Di klub itu Olivia diganggu oleh dua pemuda yang tidak kenalnya. Yudhistira yang berada di rumah merasa khawatir dengan Olivia yang hingga larut malam belum pulang. Tiba saat Gerson mengantarkan Olivia pulang. Sampai di depan rumah kos, saat Olivia turun dari mobil, seorang teman Gerson sengaja menabrak Olivia. Teman Gerson yang lain turun dan muntah. Mbok Sekar yang membukakan pintu melihat hal itu dan menegur. Pemuda itu menghina perempuan tua itu. Gerson yang mendengar perkataan itu dan mengira bahwa Ananda yang berbicara, menjadi berang. Karena tidak terima dengan perkataan Gerson, mereka berkelahi. Salah satu dari mereka mencoba untuk melukai Olivia dengan pisau. Gerson panik dan teringat kembali pertikaian di Ambon. Hal ini membuat Gerson tidak bisa berbuat apa –apa. Gerson hanya berteriak minta tolong. Tak lama kemudian Yudhistira datang membantu. Saat membantu, Yudhistira sempat memanggil Olivia dengan nama Antonia. Lalu sebelum pingsan karena terluka 59 tusukan pisau, Yudhistira sempat berkata pada Olivia bahwa dia cemburu pada Gerson. Pada bab selanjutnya, bab tujuh belas, konflik yang dialami Olivia dan Yudhistira semakin meningkat. Dari penyebutan nama Antonia, berlanjut dengan rasa penasaran Olivia. Bab tujuh belas ini mengisahkan Yudhistira yang dibawa ke rumah sakit karena terluka akibat menolong Olivia. Olivia yang masih penasaran dengan nama Antonia bertanya pada Yudhistira tentang Antonia. Tetapi Yudhistira tidak mau menjawab. Konflik-konflik yang muncul, semakin meningkat tajam, dan puncaknya adalah tahap klimaks. Tahap klimaks dalam novel terdapat pada bab tiga belas dan bab dua puluh. Bab ketiga belas mengisahkan Karta yang gagal masuk rekaman. Dia sedih karena merasa sudah gagal untuk menjadi penyanyi terkenal. Ananda yang melihat Karta sedih mencoba untuk menenangkan. Ananda memberi nasihat agar dia tidak putus asa dan gampang menyerah. Ananda juga menyuruh Karta untuk menuruti perkataannya. Ananda meminta Karta berubah menjadi orang yang rendah hati. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut. 97 Karta menatap Ananda. ”Apa?” “Pokoke kowe meski nurut. Mau ndak?” tanya Ananda lembut. “Terus?” “Abis tu, mesti ada yang berubah,” katanya tenang, suaranya demikian keibuan. Yogyakarta, 2010:163 Bab kedua puluh melukiskan rasa penasaran Olivia tentang Antonia. Rasa penasaran itu tidak bisa tertahan lagi. Waktu mereka berdua berada di Candi Boko, Olivia kembali mendesak Yudhistira untuk menjelaskannya. Yudhistira hanya terdiam, tak bisa mengingat apa yang pernah Yudhistira katakan. Olivia 60 marah karena Yudhistira tetap tidak menjawab perihal Antonia. Yudhistira merasa perasaannya terluka kembali waktu Olivia menanyakan tentang Antonia. Jawaban Yudhistira pada Olivia adalah bahwa dia pernah jatuh cinta pada Antonia. Olivia yang sedang kesal lalu berbicara bahwa dia telah dijodohkan. Yudhistira menjadi bingung. Olivia menanggapi perkataan Yudhistira tentang Antonia dengan perasaan kesal. Olivia lari meninggalkan Yudhistira. Olivia pergi sejauh mungkin. Ia merasa telah mencintai orang yang salah. Olivia tidak ingin jatuh cinta lagi, tetapi sebenarnya Olivia ingin bersama Yudhistira. Hal ini telihat dalam kutipan 47. Sesudah tahap klimaks, konflik para tokoh sampai pada tahap penyelesaian. Hal ini dapat dilihat dalam bab lima belas, bab enam belas, bab delapan belas, bab sembilan belas, bab dua puluh satu, bab dua puluh dua, bab dua puluh tiga, dan epilog. Bab kelima belas berisi penyelesaian konflik Karta. Dikisahkan Karta yang sudah berubah. Karta yang tadi sombong berubah menjadi anak yang penurut dan tidak sombong. Karta diajak Ananda pergi ke Malioboro untuk mengamen. Awalnya Karta tidak mau, tetapi karena ingin berubah akhirnya Karta mau. Sewaktu mengamen dari satu warung ke warung yang lain, Karta bertemu dengan dua pengamen yang diejeknya. Dia berusaha lari, tetapi tidak jadi. Karta berusaha menjadi orang yang lebih baik. Akhirnya mereka mengamen bersama. Karta meminta maaf pada kedua pengamen yang dia ejek. Pengamen itu memaafkan dan berterima kasih pada Karta karena ejekan Karta waktu itu membuat mereka jadi sering berlatih lagi. 61 Ananda juga mengenalkan Karta pada temannya, Pak Nurul pemilik Bar Suara Record. Pak Nurul menyuruh Karta datang ke studio rekaman. Karta juga tidak lupa pada kedua temannya yang baru dikenalnya agar mereka juga ikut. Pak Nurul menyuruh mereka menjadi backing vocal. Karta berterima kasih pada Ananda karena berkat Ananda, Karta berhasil mewujudkan impiannya. Bab enam belas merupakan penyelesaian masalah Gerson. Bab ini mengisahkan Gerson yang teringat kembali akan ayah dan ibunya. Ananda yang melihat Gerson berteriak dan menangis mencoba menenangkan Gerson. Gerson yang melihat Ananda langsung memeluk, mengecup pipi, dan mengucapkan terima kasih sudah berada di sini bersama Gerson. Gerson sudah bisa menerima kematian ayahnya. Hal ini terlihat dalam kutipan 55. Penyelesaian masalah Yahya dimuat dalam bab delapan belas dan dua puluh satu. Pada bab delapan belas dilukiskan tentang Monalisa yang menemui Yahya di Candi Boko. Monalisa menceritakan bahwa Monalisa datang menemui Yahya karena mencintainya. Monalisa mengetahui alamat Yahya dari kepala sekolah. Monalisa ke rumah ibu Yahya untuk meminta izin untuk bertemu dengan Yahya tetapi ibunya Yahya memaki dengan menyebut bahwa Monalisa bukan perempun suci tetapi Monalisa tidak peduli. Karena keberanian Monalisa yang memperjuangkan cintanya, Monalisa mendapat restu dari ibu Yahya dan kepala sekolah. Ayah tiri juga mengizinkan untuk menemui Yahya dan Monalisa tidak ingin lagi diperlakukan seperti istrinya. Bab kedua puluh satu melukiskan Yahya yang disuruh Ananda menelepon ibunya. Yahya mengabarkan pada ibunya bahwa Yahya memberikan oleh-oleh 62 untuk ibunya dan dititipkan melalui Monalisa. Ibunya juga menanyakan kebenaran Monalisa telah berhenti jadi pelacur. Yahya menjawab bahwa dia sudah berhenti menjadi pelacur. Ibunya merestui hubungan mereka karena keberanian Monalisa dan Yahya berterima kasih pada Ananda. Berkat Ananda, hubungan Yahya dan ibunya membaik. Akhir cerita, Yahya dan Monalisa bersatu. Bab sembilan belas melukiskan tentang Tarjo yang bertemu dengan seorang laki-laki di danau. Sesudah Tarjo salat magrib, mereka berdua berbicara tentang kuliah Tarjo di jurusan akuntansi. Tarjo juga bercerita bahwa bapaknya menyuruh Tarjo masuk pesantren tetapi dia tidak mau. Tarjo menyesal karena tidak menuruti bapaknya padahal ibunya sudah menyuruh agar Tarjo menurut. Akhirnya Tarjo memutuskan setelah menyelesaikan kuliahnya dia akan masuk persantren. Laki- laki itu berpesan agar rajin masuk kelas rohani bersama Tuhan lalu laki-laki itu menghilang. Ini adalah penyelesian konflik tokoh Tarjo. Bab kedua puluh dua melukiskan tentang Olivia yang pergi dari rumah sakit karena terluka di Candi Boko. Yudhistira yang menjenguk hanya mendapat surat dari Olivia bahwa Olivia pulang ke Jakarta untuk menyelesaikan masalahnya. Yudhistira mencoba menghubungi Olivia tetapi tidak berhasil. Kerinduan Yudhistira semakin mendalam, tertapi Yudhistira tidak mau menyusulnya. Di Jakarta Olivia juga merindukan Yudhistira. Tanpa Olivia ketahui, orang tuanya sudah membatalkan perjodohannya dengan Bernard Wibowo. Olivia senang mengetahui kabar itu dan beterima kasih pada ayahnya. Ayahnya juga mengetahui bahwa Olivia telah menjalin hubungan dengan anak ibu kosnya yang 63 bernama Yudhistira. Orang tuanya merestui asalkan Olivia bahagia dan tahu konsekuensi hidup karena menjalin hubungan beda agama. Bab dua puluh tiga adalah penyelesaian masalah hubungan Olivia dan Yudhistira. Pada bab ini dilukiskan tentang Olivia yang kembali ke Yogyakarta. Sesampainya di Yogyakarta, Olivia meminta maaf pada Ananda karena pergi tanpa pamit dan Olivia menceritakan pada Ananda kejadian yang sebenarnya terjadi. Olivia bercerita bahwa ayahnya telah membatalkan perjodohan dan mengizinkan Olivia memilih Yudhistira sebagai pendampingnya. Olivia meminta maaf pada Yudhistira karena Olivia tidak pernah memberi kabar. Akhirnya Yudhistira dan Olivia bersama dan tak terpisahkan lagi. Bagian terakhir ditutup dengan manis oleh pengarang dengan manmpilkan rencana pernikahan Mbok Sekar. Pada bagian epilog ini Ananda menyuruh anak- anak kosnya dan Yudhistira memberikan kartu ucapan selamat dan tanda tangan mereka sebagai hadiah untuk Mbok Sekar. Gerson menuliskan namanya, sedangkan Karta mengambarkan gitar dan tulisan selamat berbahagia. Tarjo menuliskan namanya paling akhir, sedangkan Olivia menuliskan kata Yogyakarta dengan sebuah sebutan kota cinta. Mereka semua menatap tulisan dan membacanya. Tarjo menambahkan nama Ananda Kamila bude tercinta. Mereka semua tertawa. Teryata nama depan mereka membentuk satu kata Yogyakarta. Bentuk penyelesaian seperti ini dinamakan alur tertutup. Berdasarkan analisis alur di atas dapat disimpulkan bahwa alur novel ini termasuk alur tokohan jika dilihat dari kriteria isinya. Tokoh-tokoh diceritakan melalui bab yang berbeda dan bertemu pada bab tertentu. Yang kedua, pergantian 64 peristiwa demi peritiwa tidaklah erat. Ada beberapa cerita yang dapat dihilangkan. Hal ini menunjukkan bahwa novel ini dapat dikategorikan alur longgar. Sedangkan apabila melihat urutan cerita, novel Yogyakarta menggunakan alur campuran. Cerita dikisahkan secara berurutan. Akan tetapi, pada beberapa bagian ada kilasan balik kenangan tokoh-tokoh semasa mereka kecil, yang dinamakan alur sorot balik.

2.3 Latar

Pengertian latar adalah tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan Abrams via Nurgiyantoro, 1995:216. Unsur latar dapat dibedakan tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya.

2.3.1 Latar Tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat dipergunakan mungkin berupa tempat- tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Analisis latar novel Yogyakarta sebagai berikut. Latar dalam novel Yogyakarta terdiri dari berbagai tempat, antara lain Ambon, Madura, Pontianak, Medan, Jakarta, New York, dan Yogyakarta. 65 2.3.1.1 Ambon Ambon adalah salah satu kota yang menjadi latar dalam novel Yogyakarta. Peristiwa yang terjadi di kota Ambon adalah peristiwa saat Gerson kecil. Tempat terjadinya cerita dalam novel ini adalah di pinggir kota Ambon. Pada saat itu Gerson sekeluarga menikmati suasana sore hari bersama keluarganya. 98 Langit di pinggir kota Ambon berwana lembayung, merah-jingga menggoda mata. Jari-jarinya kakinya masuk ke dalam pasir putih yang dijejaknya, menggelitik telapak kecilnya dengan lembut, apalagi sesekali ia merasa kepiting-kepiting kecil keluar dari terowongan- terowongan kecil mereka dan melintas di atas kakinya, membuatnya mengulum senyum. Geli. Yogyakarta, 2010:14. Tempat kejadian cerita di kota Ambon yang lain adalah di jalan raya. Pada saat itu terjadi kerusuhan di rumah Gerson. Ibunya berteriak –teriak di pinggir jalan sambil menyebut nama ayahnya juga dirinya. 99 Saat keributan mulai mereda keesokan paginya dan Gerson telah lebih tenang, ia mendengar suara ibunya berteriak-teriak di pinggir jalan, memanggil nama ayahnya dan dirinya. ... Rasa syok yang dialami Maria demikian dahsyatnya dan ia nyaris tak dapat merasakan apa-apa lagi. Ia telah melampau garis batas kesadaran. Yogyakarta, 2010:21 2.3.1.2 Madura Tempat terjadinya dalam cerita novel Yogyakarta yang lain adalah di jalan- jalan kota Madura yang besar. Pada saat itu ibunya dan Tarjo yang masih kecil suka melakukan jalan pagi. Hal ini terlihat dalam kutipan 86. Tempat lain yang menjadi latar cerita dalam novel ini adalah di jalan kompleks, pada waktu Tarjo dan ibunya akan pulang ke rumah. Peristiwa terjadi