Ananda Karmila Tokoh dan Penokohan
24
14 “Assalammualaikum,” sapa sebuah suara semi-alto yang teduh.
Yudhistira menoleh dan melihat ibunya, Ananda Karmila, dalam balutan kain panjang cokelat dan kebaya putih. Tubuh perempuan itu
mungil, namun tidak ada sesorang pun yang tidak akan merasa sungkan apabila berlalu di hadapannya. Sesuatu dalam diri ibunya
membuatnya disegani. Aura keraton. Keanggunan seorang aristokrat dan kewibawaan
seorang perempuan yang terlihat matang. Rambutnya yang panjang dengan sentuhan putih di sana-sini selalu disanggul dengan rapi ke
belakang dan diberi hiasan bunga melati. Tidak ada sehelai rambut pun yang keluar yang jalur. Ia memakai kacamata bingkai putih kecil
dengan rantai sulur warna cokelat-keputihan. Cantik dan elegan di atas hidung mungil. Matanya hitam besar dan tajam dihiasi bulu mata
lentik, dan rias wajah alami. Perempuan itu telah menjanda sejak lima belas tahun yang lalu dan selalu hidup sendiri sejak itu. Yogyakarta,
2010:3-4.
Ananda memiliki sikap yang ramah pada Gerson. Ia selalu memberikan toleransi bila Gerson terlambat datang sarapan pagi.
15 “Duduklah,” kata Ananda ramah. Yudhistira memperhatikan bahwa
ibunya selalu ramah dan mentolerin keterlambatan laki-laki itu, namun tidak bagi yang lain. Yogyakarta, 2010:6
Kepada anaknya Ananda terlihat cuek. Akan tetapi, sebenarnya ia
memikirkan masa depan anaknya. Dalam hati, Ananda sempat menduga-duga bahwa Yudhistira seorang gay karena ia tidak pernah dekat dengan perempuan
lain setelah Antonia meninggal. 16
Ia melirik putra bungsunya yang masih melajang sampai sekarang. Ia mendesah. Telah lama ia berusaha mengira-ngira apakah ada sesuatu
yang berbeda dengan anaknya. Mungkinkah ia gay? Yogyakarta, 2010:6-7.
Ananda yang merasa anaknya,Yudhistira seorang Gay
, berusaha mencarikan jodoh untuk anaknya, dengan cara menerima perempuan di kosnya.
17 Waktunya mengatakan sebuah pemberitahuan. “Anak-anak, aku ada
pengumuman.” Mereka semua menegakkan kepala dan menatap Ananda dengan pandangan ingin tahu. “Apa, Bude?“ tanya Tarjo.
25
“Kos ini akan menerima seorang mahasiswi putri dari Jakarta,“ katanya dengan suara tenang. Yogyakarta, 2010:7.
Ananda adalah tokoh yang mempunyai watak yang cerewet. Ananda cerewet kepada Olivia karena lupa gosok gigi, terlihat dari kutipan di bawah ini.
18 “Kamu nggak sikat gigi dulu?” tanya suaranya lagi.
Oh, sial perempuan ini lebih cerewet daripada ibunya. Yogyakarta, 2010:113.
Ananda merasa harus melakukan sesuatu untuk Karta. Ananda tahu bahwa Karta anak yang baik dan harus dibantu.
19 Ananda memerhatikan laki-laki itu dan diam-diam merasa bahwa dia
harus membantunya. Ia yakin Karta yang sesungguhnya adalah seorang anak yang baik. Yogyakarta, 2010:130.
Ananda yang tadi ingin menjodohkan anaknya dengan Olivia sempat ragu, karena dia merasa ada perbedaan di antara mereka yaitu perbedaan agama. Tapi
keraguan itu lenyap karena dia tahu bahwa anaknya menyukai Olivia. 20
“Waalaikumsalam,” sambut Ananda, melirik pada Olivia. Perempuan itu berusaha untuk tidak menunjukkan ekspresi apa pun,
namun Ananda dapat melihat bahwa ia sempat terkejut ketika salam itu diucapkan.
Seakan-akan tersadar bahwa mereka memiliki agama berbeda. . . .
Namun dari semua perempuan yang melamar untuk menanyakan tempat kos, hanya Olivia yang menarik hatinya. Yogyakarta, 2010:
137.
Meskipun Ananda tidak dekat dengan Yudhistira, Ananda tahu yang terjadi pada anaknya. Waktu Yudhistira berada di New York, ayahnya memberi tahu
Ananda tentang hal yang terjadi pada Yudhistira. 21
Tapi Papamu merasa sesuatu pernah terjadi padamu sewaktu kalian di New York. Yogyakarta, 2010:140.
26
Ananda adalah ibu bagi anak kos. Dia sangat dekat dengan Gerson, Karta, Yahya. Gerson nyaman di dekat Ananda karena Ananda telah dianggapnya seperti
ibunya sendiri. Gerson menceritakan tentang trauma yang dialaminya.
22 Sebuah pertikaian, pembunuhan, dan penganiayaan. Bukan sesuatu
yang mudah dilupakan. Mungkin hanya waktu yang dapat mengurangi penderitaannya,
pikirnya. . . .
Ananda menunggu. Tidak ingin memaksa. . . .
Ananda menghirup tehnya dengan tenang. Laki-laki itu akan berbicara kalau ia sudah merasa siap. Yogyakarta,
2010:182.
Ananda memberi semangat kepada Karta yang gagal masuk ke dapur rekaman supaya Karta bangkit dari kegagalan.
23 Ananda mendesah dan menepuk-nepuk laki-laki itu .
Ia sudah dapat menduganya. Dalam hatinya, laki-laki itu masih kanak-kanak yang berusaha mengatakan pada ibunya bahwa ia dapat
menyanyi, dan menangis ketika mengetahui bahwa ia telah gagal membuat ibunya terkesan.
Yogyakarta, 2010:163.
Ananda yang merasa bahwa Yahya selama ini bermasalah dengan ibunya menyuruh Yahya menelepon ibunya untuk meminta maaf dan mengabarkan
bahwa dirinya bersama Monalisa. 24
Ananda menggeleng. ”Aku juga seorang ibu, Nak. Aku mengerti apa yang diharapkan seorang ibu dari anaknya.” Ia tersenyum tipis.
Yogyakarta, 2010:241.
Ananda Karmila adalah seorang bangsawan Jawa tulen yang mempunyai masa lalu yang pahit, sebelum dia menikah dengan Puntadewa Mangkubumi.
27
Waktu berusia enam belas tahun, ia berkenalan dengan Fritz, orang keturunan Cina-Belanda. Mereka saling mencintai.
25 Tidak ada yang terlalu istimewa dengan asal-usul Fritz, kecuali bahwa
dirinya adalah seorang yang luar biasa di mata Ananda. Laki-laki itu memiliki semua yang dibutuhkan seorang gadis untuk mencintainya,
dan terutama . . . laki-laki itu mencintainya. Yogyakarta, 2010:155.
Ananda adalah seorang yang tegas, termasuk hubungannya dengan Fritz. Fritz beragama Kristen, dia hanya keturunan orang biasa, orang tuanya bekerja
sebagai pedagang kue. Fritz adalah anak baru di sekolahnya. Tanpa mereka sadari, mereka saling jatuh cinta. Sebenarnya mereka tidak boleh bersatu karena ada jarak
perbedaan yang menghalangi mereka yaitu agama, ras, dan keturunan. 26
“Jadi, kamu ndak peduli apa kata orang?” “Njih. kalau kamu mulai peduli, kamu nggak usah sama aku,” katanya
tegas. Yogyakarta, 2010:155.
Ananda yang keturunan bangsawan, menyatakan sanggup menghilangkan status sebagai seorang bangsawan setelah Ananda jatuh cinta pada Fritz. Status
baginya sudah tak dihiraukan lagi. Ananda berciuman dengan Fritz. 27
Dan Fritz menciumnya. Bukan di pipi. Di bibir. Pertama-pertama, segala rasa yang aneh,
segala pertentangan antara didikan yang ketat, tata krama, dan semua yang selalu dibawanya dan mendarah daging bergumul untuk saling
beradu dan berusaha lebih unggul. Namun, akhirnya perasaannya menang. Yogyakarta, 2010:156
Hubungan Ananda dan Fritz tidak berjalan mulus hingga suatu hari orang tua Fritz memutuskan pindah ke Surabaya untuk membuka usaha baru. Ananda
takut kehilangan Fritz untuk selamanya. Akan tetapi, Fritz berjanji untuk mencintainya dan bermaksud mengatakan hubungan mereka pada orang tua
Ananda, tetapi Ananda menolak karena belum mengatakan pada orang tuanya
28
tentang hubungan mereka. Ananda yang tidak pernah lagi bertemu Fritz menganggap bahwa orang tua Fritz tidak setuju dengan hubungan mereka.
28 Ananda menatapnya dengan tidak percaya. Tidak mungkin. Laki-laki
itu tidak mungkin meninggalkannya. Ia sudah menjadi bagian dari dirinya, dari hidupnya, dan laki-laki itu telah berjanji. Ia akan selalu
mencintainya. Ia akan mengatakannya pada orangtua Ananda bahwa ia mencintai putri mereka.
A
nanda menggelengkan kepalanya dengan tegas. ”Tidak Kamu akan bicara sama Papa dan Mama.” Yogyakarta, 2010:157.
Ananda tokoh yang mempunyai sifat yang terbuka dan halus pada saat berbicara kepada orang tua. Ananda sudah mencoba memberitahukan pada orang
tuanya secara tidak langsung bahwa dirinya sudah memiliki laki-laki yang dia cintai. Tetapi orang tuanya tidak setuju karena orang tua Ananda menginginkan
anaknya menikah dengan Puntadewa Mangkubumi, laki-laki pilihan mereka.
29 Putri tunggal keluarga Jawa ningrat itu mencoba mengutarakan
perasaannya dalam sebuah pengandaian. Ia menceritakan kisah k
asihnya dalam wujud samaran temannya. “Kalau Papa jadi temanku, apa Papa akan kasih izin?” tanyanya.
Ayahnya dan ibunya saling berpandangan mengetahui pertanyaan sangat halus yang ditanyakan putri mereka adalah tentang hubungan
cintanya.
“Sebaiknya tidak, Nak,” katanya ayahnya akhirnya. “Ngomong- ngomong kamu nggak lupa, kan kalau sudah dijodohkan dengan
Puntadewa Mangkubumi,” tanya ayahnya. Yogyakarta, 2010:158 Akan tetapi di sisi lain, Ananda adalah tokoh tertutup. Dia tidak
menunjukkan kesedihan, karena dia harus menikah dengan Puntadewa, laki-laki yang dijodohkan dengannya. Bukan dengan Fritz, laki-laki yang dia cintai.
Ananda tidak mau bersama orang lain lagi, selain Fritz.
30 Malam hari itu, Ananda Karmila menangis dalam diam. Ia menyadari
bahwa ia telah membiarkan dirinya menikmati cinta itu terlalu jauh. Ia tidak akan memberontak pada apa yang digariskan baginya. Tidak,
kecuali Fritz . . . kecuali Fritz bersedia menemaninya. Namun ia sendirian.
Tidak ada Fritz. Dan tidak ada lagi yang diinginkannya. Yogyakarta, 2010:158.
Ananda adalah tokoh yang mempunyai komitmen. Dia menerima Puntadewa Mangkubumi sebagai suaminya. Fritz yang selama empat tahun
29
menghilang tanpa kabar mencoba mendatangi Ananda tetapi semua sudah terlambat. Akhirnya Fritz dan Ananda berpisah, tetapi dia berjanji pada Fritz
hanya Fritz yang ada di hati Ananda. 31
“Tapi sekarang, aku sudah berjanji dan mengambil keputusan untuk menikahinya.
“Aku akan memastikan bahwa apa pun yang terjadi di antara kita tidak akan pernah terulang lagi pada siapa pun yang berada di
dekatku, ” katanya pelan. ”Itu janjiku.” Yogyakarta, 2010:160.