Kajian Struktural Landasan Teori
5
faktual’ atau ‘tingkatan faktual’ cerita. Struktur faktual merupakan salah satu aspek cerita. Struktur faktual adalah cerita yang disorot dari sudut
pandang. Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan ‘makna’ dalam
pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat. Ada banyak cerita yang menggambarkan dan menelaah kejadian
atau emosi yang dialami manusia seperti cinta, derita, rasa takut, kedewasaan, keyakinan, pengkhianatan manusia terhadap diri sendiri,
disilusi, atau bahkan usia tua. Beberapa cerita bermaksud menghakimi tindakan karakter-
karakter di dalamnya dengan memberi atribut ’baik’ atau ’buruk’
Stanton, 2007:36-37. Pengarang memanfaatkan tema sejauh tema memberi makna
pengalaman. Tema bisa mengambil bentuk yang paling umum dari kehidupan. Tema bisa berwujud satu fakta dari pengalaman kemanusiaan.
Bahkan, tema juga berupa gambaran kepribadian salah satu tokoh. Satu- satunya generalisasi yang paling memungkinkan dirinya adalah bahwa tema
membentuk kesatuan pada cerita dan memberi makna pada setiap peristiwa. Bila seorang pengarang berkisah, dia tidak akan menjelaskan tema yang ia
maksud di dalam paragraf-paragraf lain. Seorang pengarang akan meleburkan fakta dan tema dalam satu pengalaman. Tema akan muncul dari
fakta-fakta dan memunculkannya adalah pekerjaan kita Stanton, 2007:8-9. Dalam ilmu sastra pengertian “strukturalisme” dipergunakan dengan
berbagai cara. Yang dimaksud dengan istilah “struktur” ialah kaitan–kaitan
6
tetap antara kelompok-kelompok gejala. Sebagai contoh tokoh utama dan tokoh tambahan. Antara pelaku utama dan para pelaku pendukung terdapat
hubungan asosiasi, antara pelaku utama dan para lawan ada hubungan oposisi. Hubungan-hubungan tersebut bersifat tetap, artinya tidak
tergantung pada sebuah novel tertentu Luxemburg, 1984:36. Menurut Junus via Endraswara, 2008:49 strukturalisme memang
sering dipahami sebuah bentuk. Karya sastra adalah bentuk. Strukturalisme mampu menggambarkan pemikiran pemilik cerita.
Menurut parafrase Hawkes, seperti diungkapkan Jean Piaget via Teeuw, 1988:141, strukturalisme memiliki tiga aspek konsep struktur.
Pertama, gagasan keseluruhan wholeness, dalam arti bahwa bagian-bagian atau unsurnya menyesuaikan diri dengan seperangkat kaidah intrinsik yang
menentukan baik keseluruhan struktur maupun bagian-bagiannya. Kedua, gagasan tranformasi transformation, dalam arti struktur itu menyanggupi
prosedur-prosedur tranformasi
yang terus-menerus
memungkinkan pembentukan bahan-bahan baru. Ketiga, gagasan regulasi diri berarti
struktur tidak memerlukan hal –hal di luar dirinya untuk mempertahankan
prosedur transformasinya; struktur itu otonom terhadap rujukan pada sistem-sistem lain.
Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semenditel dan mendalam mungkin keterkaitan dan
keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh Teeuw, 1988:135.
7
Analisis perlu dilakukan secara menyeluruh, meliputi tema dan fakta cerita tokoh-penokohan, alur, dan latar, bahkan jika perlu sarana-sarana
sastra. Hal itu perlu dilakukan mengingat bahwa karya sastra merupakan sebuah stuktur yang kompleks dan unik. Di samping itu, setiap karya
mempunyai ciri kekompleksan dan keunikannya sendiri dan hal inilah antara lain yang membedakan antarkarya sastra yang satu dengan yang lain
Nurgiyantoro, 1995:37-38. Akan tetapi, dalam penelitian ini hanya membahas tema dan fakta
cerita tokoh dan penokoham, alur, dan latar sedangkan sarana sastra tidak dibahas karena unsur tersebut diasumsikan telah terkandung pada
pembahasan tema dan fakta cerita.