4
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut. 1.
Secara teoritas, penelitian ini bermanfaat sebagai contoh penerapan analisis struktur.
2. Secara praktis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah khazanah
kajian sastra Indonesia. 3.
Meningkatkan apresiasi sastra Indonesia, khususnya landasan teori dalam novel Yogyakarta.
1.5 Tinjauan Pustaka
Pembahasan mengenai novel Yogyakarta sebelumnya pernah dibahas oleh Adji 2011. Dalam tulisan tersebut, Adji mengungkapkan alur serta
representasi dan ideologi kota Yogyakarta dalam novel Yogyakarta.
1.6 Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian struktural, yang meliputi alur, tokoh dan penokohan, latar, serta tema.
1.6.1 Kajian Struktural
Stanton 2007:8-37 membedakan unsur pembangun sebuah novel ke dalam tiga bagian: fakta, tema, sarana sastra. Fakta facts dalam sebuah
cerita meliputi karakter tokoh dan penokohan, alur, dan latar. Elemen –
elemen ini berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Jika dirangkum menjadi satu, semua elemen ini dinamakan ‘struktur
5
faktual’ atau ‘tingkatan faktual’ cerita. Struktur faktual merupakan salah satu aspek cerita. Struktur faktual adalah cerita yang disorot dari sudut
pandang. Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan ‘makna’ dalam
pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat. Ada banyak cerita yang menggambarkan dan menelaah kejadian
atau emosi yang dialami manusia seperti cinta, derita, rasa takut, kedewasaan, keyakinan, pengkhianatan manusia terhadap diri sendiri,
disilusi, atau bahkan usia tua. Beberapa cerita bermaksud menghakimi tindakan karakter-
karakter di dalamnya dengan memberi atribut ’baik’ atau ’buruk’
Stanton, 2007:36-37. Pengarang memanfaatkan tema sejauh tema memberi makna
pengalaman. Tema bisa mengambil bentuk yang paling umum dari kehidupan. Tema bisa berwujud satu fakta dari pengalaman kemanusiaan.
Bahkan, tema juga berupa gambaran kepribadian salah satu tokoh. Satu- satunya generalisasi yang paling memungkinkan dirinya adalah bahwa tema
membentuk kesatuan pada cerita dan memberi makna pada setiap peristiwa. Bila seorang pengarang berkisah, dia tidak akan menjelaskan tema yang ia
maksud di dalam paragraf-paragraf lain. Seorang pengarang akan meleburkan fakta dan tema dalam satu pengalaman. Tema akan muncul dari
fakta-fakta dan memunculkannya adalah pekerjaan kita Stanton, 2007:8-9. Dalam ilmu sastra pengertian “strukturalisme” dipergunakan dengan
berbagai cara. Yang dimaksud dengan istilah “struktur” ialah kaitan–kaitan