Perhitungan Waktu Baku Faktor penyesuaian Rating Performance

b. Apabila N’ N, berarti jumlah pengamatan yang kita butuhkan harus ditambah lagi sesuai dengan tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian yang diharapkan.

2.3.3 Perhitungan Waktu Baku

Perhitungan output standart merupakan langkah berikutnya setelah dilakukan pengukuran waktu kerja dan dilakukan uji keseragaman dan kecukupan data. Untuk mendapatkan output standart perlu ditempuh langkah-langkah sebagai beriku : a. Menghitung waktu siklus rata-rata setiap elemen kegiatan Ws : N Ws x ij ∑ = b. Menghitung waktu normal Wn : Wn = Ws x p Di mana p faktor penyesuaian yang digunakan untuk menormalkan waktu pengamatan yang diperoleh, jika pekerja dinilai bekerja secara tidak wajar. c. Menghitung waktu baku Wb : allowance Wn Wb 100 100 − − =

2.3.4 Faktor penyesuaian Rating Performance

Aktivitas untuk menilai atau mengevaluasi kecepatan kerja operator dikenal sebagai “Rating Performance”. Dengan melakukan rating ini diharapkan waktu kerja Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. yang diukur bias “dinormalkan” kembali. Ketidaknormalan dari waktu kerja ini diakibatkan oleh operator yang bekerja secara kurang wajar yaitu bekerja dalam tempo atau kecepatan yang tidak sebagaimana semestinya. Waktu normal ukuran waktu yang disediakan untuk pekerjaan yang bersangkutan, karena angka ini harus dinaikkan dengan suatu waktu tambahan yang disediakan untuk gangguan-gangguan, kebutuhan-kebutuhan pribadi operator, dan penunda-penunda yang berada di luar keluasaannya. Westing house system’s Rating adalah sistem untuk memberikan rating performance yang umumnya diaplikasikan di dalam aktivitas pengukuran kerja. Selain kecakapan skill dan usaha effort sebagai faktor yang mempengaruhi performance manusia, maka Westing house menambahkan lagi dengan kondisi kerja working condition dan keajekan consistency dari operator dalam melakukan kerja. Tabel performance rating westing house dapat dilihat pada tabel 2.2 Tabel 2.2 Performance Rating dengan System Westing House SKILL EFFORT Superskill AI + 0,15 Superskill A1 + 0,13 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. A2 + 0,13 A2 + 0,12 Excellent B1 + 0,11 Excellent B1 + 0,10 B2 + 0,08 B2 + 0,08 Good C1 + 0,06 Good C1 + 0,05 C2 + 0,03 C2 + 0,02 Avarage D 0,00 Avarage D 0,00 Fair E1 - 0,05 Fair E1 - 0,04 E2 - 0,10 E2 - 0,08 Poor F1 - 0,16 Poor F1 - 0,12 F2 - 0,22 F2 - 0,17 CONDITION CONSISTENCY Ideal A + 0,06 Ideal A + 0,04 Excellent B + 0,04 Excellent B + 0,03 Good C + 0,02 Good C + 0,01 Average D 0,00 Average D 0,00 Fair E - 0,03 Fair E - 0,03 Poor F - 0,07 Poor F - 0,07 Metode westing house ini mempertimbangkan empat buah faktor dalam mengevaluasi performance ranting, antara lain : 1. Keterampilan skill adalah “kecakapan atau kemampuan dalam mengerjakan suatu metode yang diberikan”. Selanjutnya berhubungan dengan pengalaman, ditunjukkan dengan koordinasi yang baik antara pikiran dan tangan. 2. Usaha effort adalah “kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan oleh seorang operator saat melaksanakan pekerjaannya”. Usaha ditunjukan oleh kecepatan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pada tingkat kemampuan yang dimiliki dan dapat dikontrol pada tingkat yang tinggi oleh perator. 3. Kondisi condition adalah “kondisi fisik lingkungan di tempat kerja.” Yang meliputi keadaan pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan. Kondisi merupakan suatu prosedur performance rating yang berpengaruh pada operator dan bukan pada operasi. 4. Konsisten consistensi adalah “Suatu keadaan yang stabil dari operator dalam melaksanakan pekerjaannya”. Faktor konsistensi ini perlu diperhatikan, karena pada kenyataannya setiap pengukuran tidak pernah terjadi angka yang sama pada pencatatan, waktu penyelesaiaan yang ditunjukkan pekerja selalu berubah dari satu siklus ke siklus yang lain. Konsistensi dikatakan sempurna perfect jika waktu penyelesaian selalu sama setiap saat. “Skill dan effort” di bagi menjadi superskill, excellent, good, average, fair, dan poor. Sedangkan “Condition dan Consistency” di bagi menjadi ideal, excellent, good , average, fair dan poor. Wignjosoebroto Sritomo, 2003.

2.3.5 Faktor Kelonggaran Allowance