Tujuan Penelitian Tinjauan Pustaka

Kurniasari 2011 melalui skripsinya “Tindak Tutur Dalam Film “Alangkah Lucunya Negeri ini” Karya Deddy Mizwar” juga membahas tentang tindak tutur. Ia meneliti tentang a jenis tindak tutur apakah yang dipakai di dalam Film Alangkah Lucunya Negeri Ini Karya Deddy Mizwar? b Fungsi tindak tutur apa sajakah yang digunakan dalam film Alangkah Lucunya Negeri Ini karya Deddy Mizwar? Kurniasari mendapatkan hasil berikut pertama, terdapat tiga jenis tindak tutur yang digunakan dalam film tersebut yakni tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung literal dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Kedua, ditemukan tujuh fungsi tindak tutur yakni fungsi informatif, fungsi interaksional, fungsi komisif, fungsi direktif, fungsi ekspresif, fungsi heuristik dan fungsi imajinatif. Nugraha 2015 juga menggunakan teori tindak tutur pada skripsinya yang berjudul “Hal-hal yang Dikritik dan Tindak Tutut Mengkritik dalam 16 Lagu Grup Musik ‘SLANK’”. Nugraha mencari jawab atas dua pertanyaan, a apa saja yang dikritik oleh grup musik SLANK dalam 16 lirik lagu yang diteliti? b bagaimana tindak tutur mengkritik diwujudkan dalam 16 lirik lagu grup musik SLANK yang diteliti? Nugraha mendapatkan hasil sebagai berikut pertama, hal-hal yang dikritik oleh grup musik SLANK dalam 16 lirik lagunya adalah i kekerasan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kriminalitas, ii kerusakan lingkungan, iii korupsi, iv prostitusi dan pergaulan bebas, dan v terorisme. Kedua, berdasarkan hasil jawab pertanyaan pertama, tindak tutur mengkritik dalam 16 lagu grup musik SLANK diwujudkan dalam bentuk i tindak tutur mengkritik kekerasan dan kriminalitas secara langsung literal, ii tindak tutur mengkritik kekerasan dan kriminalitas secara langsung tidak literal, iii tindak tutur mengkritik kekerasan dan kriminalitas secara tidak langsung literal, iv tindak tutur mengkritik kekerasan dan kriminalitas secara tidak langsung tidak literal, v tindak tutur mengkritik kerusakan lingkungan secara langsung literal, vi tidak tututr mengkritik kerusakan lingkungan secara langsung tidak literal, vii tindak tutur mengkritik kerusakan lingkungan secara tidak langsung literal, viii tindak tutur mengkritik korupsi secara langsung literal, ix tindak tutur mengkritik korupsi secara langsung tidak literal, x tindak tutur mengkritik korupsi secara tidak langsung literal, xi tindak tutur mengkritik korupsi secara tidak langsung tidak literal, xii tindak tutur mengkritik prostitusi dan pergaulan bebas secara langsung tidak literal, xiii tindak tutur mengkritik prostitusi dan pergaulan bebas secara tidak langsung tidak literal, xiv tindak tutur mengkritik terorisme secara langsung literal, dan xv tindak tutur mengkritik terorisme secara langsung tidak literal. Puspitasari 2012 dalam skripsinya yang berjudul “Feminisme Tokoh Srintil dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari” berusaha PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menjawab dua pertanyaan. Pertama, karakteristik apa saja yang dapat menunjukkan feminisme dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk berdasarkan tuturan dari keseluruhan tokoh novel? Kedua, tindak tutur apa saja yang dapat menunjukkan karakteristik feminisme dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk berdasarkan tindak tutur pragmatik? Untuk pertanyaan pertama, Puspitasari menemukan bahwa ada tujuh karakteristik feminisme yang terdapat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk, yaitu i kekecewaan terhadap budaya ronggeng, ii pemaksaan terhadap perempuan, iii perasaan keibuan seorang perempuan, iv peran perempuan dalam membela keadilan, v pesimistis terhadap kemampuan diri, vi pemberontakan terhadap hak-hak perempuan, dan vii kegagalan dalam memperjuangkan hak-hak perempuan. Dan untuk pertanyaan kedua Puspitasari menemukan jawaban bahwaada dua jenis tindak tutur yang dapat mengungkapkan feminisme, yaitu tindak tutur langsung literal dan tindak tutur tidak langsung literal. Pembahasan tentang tindak tutur yang lain juga dilakukan oleh Sembiring 2011 dalam skripsinya yang berjudul “Bentuk-bentuk Tindak Tutur Imperatif dan Penanda Kesantunan Berbahasa Indonesia”. Dalam skripsi tersebut Sembiring menjawab dua pertanyaan berikut. Pertama, bagaimanakah bentuk-bentuk tindak tutur imperatif yang digunakan komunitas Suster SCMM Priwulung-Yogyakarta? Kedua, bagaimanakah penanda kesantunan dalam tindak tutur imperatif yang digunakan di komunitas suster SCMM Pringwulung- Yogyakarta? Sembiring mendapat jawaban sebagai berikut. Pertama, bentuk-bentuk tindak tututr yang digunakan di komunitas SCMM Pringwulung-Yogyakarta meliputi i tindak tutur imperatif langsung literal, ii tindak tutur Imperatif tidak langsung literal, iii tindak tutur imperatif langsung tidak literal, dan iv tindak tutur imperatif tidak langsung tidak literal. Kedua, faktor penanda kesantunan berbahasa yang digunakan penanda kesantunan faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Penanda kesantunan faktor kebahasaan meliputi i diksi, ii gaya bahasa, iii penggunaan pranominal, iv penggunaan kata keterangan modalitas, dan v bentuk tuturan. Selanjutnya penanda kesantunan faktor kebahasaan dirinci sebagai berikut i topik pembicaraan, ii budaya, dan iii konteks situasu komunikasi. Tanis 2013 dalam skripsinya yang berjudul”Jenis Tindak Tutur, Tingkat Kesantunan Tuturan, dan Penanda Lingual Kesantunan Tuturan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta dan Para Pendukung dalam Berita Beberapa Surat Kabar Nasional Tahun 2012” mengemukakan jawaban atas pertayaan berikut. Pertama, jenis tindak tutur apa saja yang terdapat di dalam tuturan calon gubernus dan wakil gubernur Provinsi DKI Jakarta dan para pendukung dalam berita beberapa surat kabar nasional? Kedua, bagaimanakah tingkat kesantunan tuturan dari tuturan calon gubernur dan wakil gubernur Provinsi DKI Jakarta dan para pendukung dalam berita beberapa surat kabar nasional? Ketiga, jenis penanda lingual apa saja yang menunjukkan kesantunan tindak tutur di dalam tuturan calon gubernur dan wakil gubernur Provinsi DKI Jakarta dan pendukung dalam berita beberapa surat kabar nasional? Tanis menemukan jawaban sebagai berikut. Pertama, terdapat empat jenis tindak tutur dari tuturan calon gubernur, calon wakil gubernur dan para pendukung di dalam berita pemilukada Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 dalam beberapa surat kabar, yakni i konvivial dengan ilokusi ekspresif, direktif, dan komisif; ii kolaboratif dengan ilokusi representatif; iii kompetitif dengan ilokusi direktif; dan iv konfliktif dengan ilokusi ekspresif. Keempat jenis tindak tutur dan berbagai ilokusi ini memiliki fungsi dan tujuan menyenangkan, bekerjasama, berkompetisi dan bersaing dengan tujuan sosial. Kedua, secara serentak jenis tindak tutur tersebut di atas mengindikasikan tingkat kesantunan tuturan, yakni santun untuk tindak tutur konvival; netral utnuk tindak tutur kolaboratif; tidak santun untuk tindak tutur kompetitif; dan lebih tidak santun untuk tindak tutur konfliktif. Ketiga, penanda kesantunan tuturan yang dapat ditemukan dari tuturan gubernur, calon gubernur, dan para pendukung, yaitu i diksi atau pilihan kata, ii gaya bahasa, iii pronomina, dan iv modalitas. Adapun pembahasan tentang modus dan tidak tutur dilakukan oleh Kristiantoro 2012 di dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Tindak Tutur Berdasarkan Modus dan Maksud Kalimat Dalam Novel “Orang Miskin Dilarang Sekolah””. Kristiantoro mencari jawaban atas pertanyaan jenis tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam novel “Orang Miskin Dilarang Sekolah”? Kristiantoro menemukan delapan jenis tindak tutur yang digunakan, yakni a tindak tutur langsung, b tindak tutur tidak langsung, c tindak tutur literal, d tindak tutur tidak literal, e tindak tutur langsung literal, f tindak tutur tidak langsung literal, g tindak tutur langsung tidak literal, h tindak tutur tidak langsung tidak literal. Dari hasil penelusuran kepustakaan tersebut, dapat dicatat beberapa hal sebagai berikut. Pertama, kajian tentang modus kalimat yang dilakukan oleh Dewi dan Kristiantoro masih terbatas pada iklan dan novel. Kedua, kajian tentang tindak tutur yang dilakukan oleh Panuntun, Haryanto, Kurniasari, dan Kristiantoro terbatas pada iklan, novel, dan film. Dengan demikian, penelitian tentang modus kalimat dan tindak tutur memotivasi dalam acara “Hitam Putih” trans7 ini layak dilakukan.

1.6 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan dua teori tentang a modus kalimat dan b PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tindak tutur. Berikut adalah teori yang diacu dalam penelitian.

1.6.1 Modus Kalimat

Yang dimaksud dengan modus kalimat adalah golongan kalimat yang oleh Ramlan 2005: 26, berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, digolongkan menjadi tiga, yakni kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat suruh.

1.6.1.1 Kalimat Berita

Kalimat berita adalah kalimat yang fungsinya untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain hingga tanggapan yang diharapkan hanyalah berupa perhatian seperti tercermin pada pandangan mata yang menunjukkan adanya perhatian Ramlan, 2005: 27. Dengan kata lain kalimat berita digunakan oleh penutur untuk menyampaikan informasi pada mitra tutur. Kalimat berita dapat berbentuk sebagai berikut: 4 Jalan itu sangat gelap. 5 Belajarlah mereka dengan tekun. Adapun kalimat berita dapat dipahami dari pola intonasi yang dimilikinya. Pola intonasi kalimat berita disebut pola intonasi berita. Bentuk atau pola intonasi tersebut dapat diformulasikan menjadi [2] 3 [2] 3 1. Berikut ini contohnya: 6 Be la jar lah me re ka de ngan te kun. 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1 ˇ Apabila P-nya terdiri dari kata-kata yang suku kedua dari belakangnya bervokal ǝ, seperti kata keras, cepat, kering, tepung, dan kerja, maka akan memiliki pola intonasi [2] 3 [2] 3. Contohnya: ˇ 7 Ja lan i tu su dah ge lap. 2 2 2 3 2 2 2 3 ˇ Jika kalimat berita yang susunan inversinya ialah P-nya di depan, diikuti S maka akan memiliki pola intonasi [2] 3 2 [2] 1 . Contohnya: ˇ 8 Be la jar lah me re ka de ngan te kun. 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 ˇ

1.6.1.2 Kalimat Tanya

Kalimat tanya adalah kalimat yang berfungsi untuk menanyakan sesuatu Ramlan, 2005: 28. KBBI menerjemahkan kalimat tanya sebagai ‘kalimat yang mengandung pola intonasi dan makna pertanyaan’. Berikut contohnya. 9 Ahmad pergi? 10 Anak-anak sudah bangun? Sama halnya dengan kalimat berita, kalimat tanya dapat diketahui dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pola intonasinya. Ramlan 2005: 28 menjelaskan bahwa pola intonasi kalimat tanya berbeda dengan pola intonasi kalimat berita. Bila pola intonasi kalimat berita bernada akhir turun, maka pola intonasi tanya bernada akhir naik, di samping nada suku terakhir yang lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan nada suku terakhir pola intonasi berita Ramlan, 2005: 28. Di bawah ini adalah pola intonasi kalimat berita. [2] 3 [2] 3 2

1.6.1.3 Kalimat Suruh

Ramlan 2005: 39 mengemukakan bahwa berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi , kalimat suruh mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara. Adapun pembagian kalimat suruh oleh Ramlan menjadi empat, yaitu kalimat suruh yang sebenarnya, kalimat persilahan, kalimat ajakan, dan kalimat larangan. Namun secara umum kalimat suruh memiliki pola intonasi dasar [2] 3 ˇ Kalimat suruh yang sebenarnya, selain menggunakan pola intonasi suruh, juga apabila P-nya terdiri dari kata verbal intransitif, bentuk kata verbal tetap, hanya partikel -lah dapat ditambahkan pada kata verbal itu untuk menghaluskan perintah bdk Ramlan, 2005: 40. Kalimat persilahan ditandai dengan pola intonasi suruh dan penambahan kata silahkan atau dipersilahkan yang diletakan di awal kalimat Ramlan, 2005: 42. Berikut adalah contoh kalimatnya. 11 Si lah kan Ba pak du duk di si ni 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 ˇ Kalimat ajakan merupakan kalimat suruh yang tidak hanya melibatkan satu pihak untuk melakukan sesuatu, artinya penutur dan mitra tutur akan bergerak bersama-sama untuk melakukan apa yang penutur inginkan. Ramlan 2005: 42 menerangkan bahwa kalimat ajakan sama halnya dengan kalimat suruh yang sebenarnya, kalimat ajakan ini, berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, juga mengharapkan suatu tanggapan yang berupa tindakan, hanya perbedaannya tindakan itu di sini bukan hanya dilakukan oleh orang yang diajak berbicara, melainkan juga oleh orang yang berbicara atau penuturnya. Dengan kata lain tindakan itu dilakukan oleh kita. Selain itu, kalimat ajakan ditandai dengan adanya kata- kata ajakan seperti ayo dan mari. Partike -lah dapat ditambahkan pada kata tersebut hingga menjadi ayolah dan marilah. contoh kalimat ajakan adalah sebagai berikut. 12 Ma ri ki ta be rang kat se ka rang 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 ˇ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI