Pengantar Tindak Tutur Langsung Literal

mengangkat tema ‘Modern Mom’ dan menghadirkan aktris, Astrid Tiar dan Vega beserta anak mereka yang bernama Annabel dan Razqa. Letak kelangsungan tuturan 45 adalah modusnya yang imperatif. Modus imperatif ini dapat kita amati dari tuturannya yang menggunakan kata gunakan. Kata gunakan berasal dari kata dasar guna dan mendapatkan sufiks -kan. Kata guna dalam KBBI berarti ‘1. faedah; manfaat dan 2. Fungsi’. Kata ini kemudian mendapat sufiks -kan sehingga dapat diartikan sebagai ‘memanfaatkan atau memfungsikan’. Dalam peletakkannya pada tuturan 45 di atas maka kata gunakan berarti suruhan untuk memfungsikan atau memanfaatkan. Dengan demikian tuturan di atas adalah tindak tutur langsung, karena menggunakan kalimat imperatif sebagai modusnya. Keliteralan tuturan 45 terdapat pada keterikatan antara konteks dan tuturan memotivasi yang disampaikan. Maksud untuk menggunakan kedekatan yang tidak berlangsung selamanya pada tuturan 45 memiliki kesamaan dengan konteksnya. Dengan demikian tuturan 45 adalah literal. Tuturan 46 berbunyi, Jangan takut ketika anak tidak mendengarkan anda, tapi takutlah ketika anak sudah bisa mulai mencontoh anda, termasuk dalam tindak tutur langsung literal. Letak kelangsungan tuturan 46 dapat dipahami dari frasa jangan takut dan takutlah. Kalimat larangan ditandai juga oleh adanya kata jangan di awal kalimat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Ramlan, 2005: 43. Dengan demikian frasa jangan takut memiliki a rti ‘larangan untuk takut’. Adapun kata takut yang mendapat sufiks -lah menjadi takutlah yang membuat arti ajakan untuk ‘menjadi takut’. Dengan demikian tuturan ini menggunakan modus kalimat suruh yang sekaligus berarti tuturan 46 adalah langsung. Tema “Hitam Putih” pada saat tuturan disampaikan adalah anak dan orang tua. Bagaimana anak tumbuh dan berkembang dan apa yang orang tua lakukan untuk mendukung anaknya dalam bertumbuh. Dengan konteks tersebut, larangan agar tidak takut pada anak yang tidak mendengarkan dan lebih takut pada anak yang suka meniru orang tuanya, membuktikan bahwa tuturan 46 adalah literal. Tuturan 47, jangan mengutuk kekurangan kita, tapi carilah kelebihan kita, digolongkan dalam tindak tutur langsung literal dengan penjelasan sebagai berikut. Pertama, letak kelangsungan tuturan 47 adalah penggunaan modus kalimat suruh sebagai tuturan memotivasinya. Kalimat suruh yang digunakan adalah larangan yang ditandai dengan kata jangan. Serta penggunaan kata ajakan carilah pada induk kalimat. Kedua, keliteralan tuturan 47 dapat dibuktikan dari keterkaitannya dengan tema acara “Hitam Putih” yang mengangkat tentang “talenta dalam kekurangan”. Tuturan 47 mengajak untuk memfokuskan pada talenta atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kelebihan. Dengan demikian terbukti bahwa tuturan 47 adalah literal. Tuturan 48, Tidak usah takut untuk melakukan kebenaran, dikemukakan oleh anggota polisi wanita dari Kepolisian Republik Indonesia yang diundang dalam acara “Hitam Putih” dalam rangka hari ulang tahun ke-68 Polri. Tuturan ini menjadi langsung karena menggunakan modus kalimat perintah yang ditandai dengan frasa tidak usah. Dalam KBBI, kata tidak adalah ‘partikel untuk menyatakan pengingkaran, penolakan, penyangkalan, dsb’. Kemudian pada kata usah, KBBI mengartikannya sebagai ‘perlu’. oleh karena itu frasa tidak usah dapat diterjemahkan sebagai tidak perlu atau dapat bersinonim dengan kata larangan jangan. Dengan demikian tuturan 48 bermodus imperatif dan dituturkan secara langsung. Keliteralan tuturan 48 dapat kita amati dari konteksnya. Tuturan 48 disampaikan oleh anggota Kepolisian Republik Indonesia dalam rangka ulang tahun Polri ke-68 dengan maksud untuk menghimbau masyarakat untuk tidak takut melakukan kebenaran. KBBI menjelaskan Polisi sebagai ‘badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum menangkap orang yang melanggar undang- undang dsb’. Tugas dan wewenang Kepolisian juga tertuang dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 2002, bab 3 pasal 13, a,b dan c. Tugas dan wewenang tersebut adalah a memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, b menegakkan hukum, dan c memelihara perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Jika dilihat dari konteks siapa penutur, apa tugas penutur, dan dalam rangka apa tuturan disampaikan, maka tuturan 48 disampaikan dengan maksud yang sebenarnya. Dengan demikian tuturan 48 adalah literal.

3.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal

Tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang modus kalimat tuturannya sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan, sementara makna kalimatnya tidak sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan. Berikut adalah tindak tutur langsung tidak literal yang terdapat pada “Hitam Putih”. 49 Orang sering menganggap suara rakyat adalah suara Tuhan, kita juga harus mendengar suara anak, karena terkadang Tuhan membisikkan lewat suara anak. Kamis, 26 Februari 2015 Tuturan 49 dituturkan oleh Kak Seto kepada penonton pada saat diundang ke acara “Hitam Putih” sebagai seorang pendongeng 90-an sekaligus sebagai Ketua Komisi Perlindungan Anak pada tahun 2014. “Hitam Putih” menghadirkan Kak Seto bersama boneka ventriloquist-nya yang bernama Si Komo. Juga hadir Ria Enes dan boneka ventriloquist-nya yang bernama Susan. Mereka dihadirkan untuk mengenang masa ketika dunia anak diperhatikan dan diisi atau dihibur dengan dongeng yang mendidik. Dari konteks di atas dapat kita teliti tentang kelangsungan dan keliteralan tuturan sebagai berikut. Tuturan 49 adalah langsung karena menggunakan modus kalimat imperatif. Modus imperatif dapat dilihat dari kata harus yang terdapat dalam tuturan memotivasinya. Kata harus dalam KBBI diartikan sebagai ‘patut; wajib; mesti tidak boleh tidak’. Bila dikaitkan dengan konteks bahwa yang menyampaikannya adalah orang yang memiliki otoritas akan perlindungan anak, maka kata harus dalam tuturan 49 adalah bermaksud memerintah untuk mewajibkan orang mendengarkan suara anak. Dengan demikian terbukti bahwa tuturan 49 adalah tindak tutur langsung. Letak ketidakliteralan tuturan 49 adalah penggunaan frasa suara anak, suara rakyat dan suara Tuhan dalam tuturannya. Suara dalam KBBI berarti ‘bunyi yang dikeluarkan dari mulut manusiaseperti pada waktu bercakap-cakap, menyanyi, tertawa, dan menangis’. Anak dalam KBBI memiliki arti ‘generasi kedua atau keturunan pertama’. Adapun rakyat yang diartikan oleh KBBI sebagai ‘penduduk suatu negara’. Namun sesungguhnya dalam tuturan 49 suara yang dimaksud adalah ‘pendapat’. Dengan demikian makna tuturan 49 tidak sesuai dengan maksudnya. Terbukti bahwa tuturan 49 termasuk dalam tindak tutur tidak literal. Tuturan 49 bila diubah menurut maksudnya maka akan memiliki bentuk sebagai berikut. 49a Dengarlah pendapat anak-anak

3.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal

Jenis tindak tutur tidak langsung literal dalam kalimat memotivasi pada acara “Hitam Putih” di trans7 dapat ditemukan pada episode di bawah ini. 50 Mampukah kita bersyukur ketika semua keadaan tidak berpihak pada kita? Selasa, 3 juli 2014 51 Roda dunia selalu berputar, jika anda tertinggal, maka anda tidak akan sukses. Jumat, 11 Juli 2014 52 Kalau anda tidak butuh alasan untuk meminta, maka anda tidak butuh alasan untuk memberi. Rabu, 16 Juli 2014 53 3. Persatuan Indonesia. Selasa, 22 juli 2014 54 Kuncinya sederhana, nikmati, batasi, imbangi. Selasa, 5 Agustus 2014 55 Kreativitas itu tidak ada batasnya, walaupun kita dalam keterbatasan. Kamis, 14 Agustus 2014 56 Bisa atau tidak bisa, Anda benar. Senin, 25 Agustus 2014 57 Salah satu kunci kesuksesan adalah ketika anda tulus menjalani. Selasa, 16 September 2014 58 Kita tidak pernah tahu cinta itu apa, tapi mungkin kita bisa merasakan. Jumat, 13 Februari 2015 59 Apa yang muncul secara tiba-tiba belum tentu bisa bertahan lama. Jumat, 20 Februari 2015 60 Pengalaman hidup lebih berharga dari semua kata mutiara yang ada. Rabu, 25 Februari 2015 61 Profesionalitas itu pasti membutuhkan sebuah pengorbanan. Jumat, 27 Februari 2015 Tindak tutur 50, Mampukah kita bersyukur ketika semua keadaan tidak berpihak pada kita?, dapat dibuktikan sebagai tindak tutur tidak langsung literal sebagai berikut. Pertama, ketidaklangsungan tuturan 50 terletak pada modus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kalimatnya yang tidak menggunakan modus kalimat imperatif atau suruh. Tuturan memotivasi pada dasarnya memiliki maksud untuk menyuruh orang yang diberikan motivasi. Namun pada tuturan 50 modus yang digunakan dalam menyampaikan motivasi adalah modus kalimat interogatif. Pada tuturan 50 terdapat kata tanya mampukah. Kata tanya mampukah berasal dari kata dasar mampu yang kemudian mendapat sufiks -kah. KBBI mengartikan kata mampu dengan ‘kuasa bisa, sanggup melakukan sesuatu; dapat’ sehingga jika kata tersebut mendapatkan sufiks -kah kata tersebut menjadi kata tanya yang mempertanyakan tentang kesanggupan. Dalam konteksnya, tuturan 50 mempertanyakan kesanggupan penonton untuk bersyukur disetiap keadaan yang dihadapi. Secara tidak langsung tuturan 50 ingin menyuruh penonton agar bersyukur disetiap keadaan yang dihadapi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, tindak tutur 50 merupakan tindak tutur tidak langsung yang berarti tuturan dimaksudkan untuk memerintah namun dalam penerapannya menggunakan modus kalimat interogatif. Letak keliteralan tuturan 50 terdapat pada pertanyaan yang diajukan untuk memotivasi penontonnya. Pertanyaan yang diajukan untuk memotivasi adalah pertanyaan yang berkaitan dengan rasa syukur. Rasa syukur ini berkaitan dengan konteks yang ada pada episode “Hitam Putih” saat itu. Kontek itu yakni rasa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI syukur dan ketabahan Umi Pipik yang menerima musibah dan cobaan secara berturut-turut. Dengan adanya keterkaitan tersebut maka terbukti bahwa tindak tutur pada tuturan 50 adalah literal. Tuturan 50 bila diubah menurut maksudnya maka akan memiliki bentuk sebagai berikut. 50a Bersyukurlah bahkan ketika keadaan tidak berpihak kepada kita Tuturan 51 yang berbunyi, Roda dunia selalu berputar, jika anda tertinggal, maka anda tidak akan sukses, dapat digolongkan sebagai tindak tutur tidak langsung literal. Ketidaklangsungan ini dapat dibuktikan dengan modus kalimat yang digunakan tuturan 51. Pada tuturan 51 modus yang digunakan untuk memotivasi adalah modus kalimat deklaratif atau berita. Kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan sesuatu, namun pada tuturan 51 kalimat deklaratif tersebut digunakan untuk memotivasi. Modus kalimat deklaratif tidak menggunakan kata suruh larangan jangan, atau kata suruh ajakan ayo dan atau kalimat suruh persilahan silahkan. Sejatinya tuturan memotivasi adalah tuturan yang menyuruh orang bergerak dan melakukan sesuatu. Dengan demikian tuturan yang digunakan dalam memotivasi adalah tuturan dengan modus kalimat imperatif atau suruh. Dari penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tuturan 51 adalah tindak tutur tidak langsung.