Latar Belakang KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin pesat saat ini berdampak besar terhadap peningkatan kualitas kebutuhan penggunaan komponen bangunan.Sejalan dengan kegiatan pembangunan dibidang perumahan yang setiap tahun terus menigkat, maka kebutuhan bahan bangunan pun terus meningkat pula.Hal ini mengakibatkan naiknya harga material bangunan Napitupulu, R., 2010. Melihat kenyataan tersebut peneliti mencoba mencari jalan alternatif bahan bangunan yang murah dai sisa material yang tidak terpakai, dalam hal ini limbah batu bara fly ash yang berupa debu terbangsebagai salah satu alternatif karena limbah debu terbang yang dihasilkan sangat besar dan mudah diperoleh. Pembangkit tenaga listrik sebagai salah satu industri yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar biasanya menghasilkan limbah padat hasil pembakaran berupa debu terbang fly ash, slag buttom ash dan lumpur flue gas desulfurization. Sehubung dengan meningkatnya jumlah pembangunan Pembangkit tenaga listrik berbahan bakar batu bara di Indonesia, maka jumlah debu terbang juga akan meningkat. Jumlah limbah batubara pada tahun 2000 telah mencapai 1,66 milyar ton pada tahun 2006 diperkirakan mencapai 2 milyar ton PLTU Suralaya,2008. Saat ini limbah padat tersebut umumnya ditampung dipenampungan abu ash lagoon dan terakumulasi dalam jumlah yang sangat banyak, yang berpotensi menimbulkan dampak sosial dan lingkungan.Dengan bertambahnya jumlah debu terbang maka ada usaha - usaha untuk memanfaatkan limbah padat tersebut. Berbagai penelitian mengenai pemanfaatan debu terbang flyash banyak dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan nilai ekonomisnya serta mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan, salah satunya adalah Universitas Sumatera Utara 2 dengan memanfaatkan limbah padat debu terbang fly ash batu bara sebagai pengisi filler dalam pembuatan bata ringan. Adapun yang menjadi alasan penggunaan debu terbang fly ash sebagai pengisi pada pembuatan bata ringan diantaranya karena debu terbang fly ash memilki ukuran butir yang lebih halus dan memiliki warna yang lebih terangkeabu-abuan serta butiran debu terbang fly ash lebih bervariasi dalam ukuran dan struktur yang dimilikinya.Debu terbang fly ash batu bara dengan butiran yang berbentuk bundar berkisar 0,1 μm sampai 200 μm biasanya sangat aktif, sehingga mudah mengeras apabila dicampur dengan kapur atau air. Ukuran butir yang cukup halus ini mempunyai luas permukaan spesifik yang besar dan erat hubungannya dengan keaktifan yang baik. Dilihat dari segi komposisi kimianya,debu terbang fly ash banyak mengandung silika yang amorf dan dapat memberi sumbangan keaktifan, sehingga dengan mudah mengadakan kontak dan bereaksi dengan kapur yang ditambahkan membentuk kalsium silikat yang banyak. Untuk mendapatkan produk batayang kuat, ringan, dan dapat menyerap air dengan baik dibutuhkan suatu campuran yang dapat membentuk pori pada batadan dapat menjadi sebagai matriks pada material pengisinya sehingga membentuk ikatan yang kuat dan memberikan keunggulan tersendiri dibanding dengan bata- bata yang ada dipasaran dan sangat cocok digunakan pada daerah - daerah rawan gempa. Pada penelitian sebelumnya telah banyak para peneliti memanfaatkan debu terbang fly ash dalam proses pembuatan bata ringan dengan mengkombinasikannya dengan material - material lain seperti perlit, kapur tohor, semen portland, gypsum, kuarsa halus, silica fume, tetapi bahan yang dipakai sebagai pembentuk pori pengembang adalah foaming agent dan alumina oksida yang menghasilkan penyerapan air sebesar 24,10 , berat jenis sebesar 1,12 grcm 3 , kuat tekan sebesar 40,15 kgcm 2 Abdul Rachman, 2008. Universitas Sumatera Utara 3 Untuk itu disini peneliti mencoba membuat suatu material bata ringan dengan menggunakan dua sampel yaitu : Sampel A dengan komposisi debu terbang fly ash, pasir kuarsa, kapur tohor, semen Portland, bubuk aluminium sedangkan sampel B dengan komposisi debu terbang fly ash, semen Portland dan bubuk aluminium dimana maksud dari penggunaan 2 sampel tersebut adalah untuk mendapatkan produk bata yang terbaik dan sesuai dengan standart bata ringan.

1.2 Perumusan masalah