3
Untuk itu disini peneliti mencoba membuat suatu material bata ringan dengan menggunakan dua sampel yaitu : Sampel A dengan komposisi debu terbang
fly ash, pasir kuarsa, kapur tohor, semen Portland, bubuk aluminium sedangkan sampel B dengan komposisi debu terbang fly ash, semen Portland dan bubuk
aluminium dimana maksud dari penggunaan 2 sampel tersebut adalah untuk mendapatkan produk bata yang terbaik dan sesuai dengan standart bata ringan.
1.2 Perumusan masalah
Yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1.
Apakah limbahbatubara yang berupa debu terbang dapat dipakai sebagai bahan alternatif dalam pembuatan bata ringan ?
2. Seberapa besar pengaruh kombinasi debu terbang, bubuk aluminium, kapur
tohor, pasir kuarsa halus, semen Portland dan air terhadap karakteristik bata ringan ?
1.3 Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui hasil yang terbaik dari penggunaan kedua sampel yang sesuai dengan karakteristik bata ringan
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh limbah debu terbang dan bubuk
aluminium terhadap karakteristik bata ringan 3.
Memanfaatkan bahan baku alami dan bahan baku hasil pabrikan secara optimal dalam pembuatan bata ringan
4. Untuk mengetahui apakah bubuk aluminium, debu terbang, kuarsa halus,
semen Portland, kapur tohor, dapat dibuat sebagai bata ringan untuk konstruksi pemasang dinding dengan massa jenis lebih kecil dari massa jenis
air.
Universitas Sumatera Utara
4
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai : 1. Untuk mendapatkan bata ringan yang lebih fleksibel
2. Memberdayakan limbah batubarauntuk pembuatan bata ringan. 3. Bata ringan yang layak untuk pasang dinding
4. Pengembangan studi bidang material fisika
1.5 Batasan masalah
Limbah yang digunakan pada penelitian ini adalah limbah debu terbang fly ash batubara dengan campuran bubuk aluminium dengan perbandingan tertentu
sebagai alternatif bahan pembuatan bata ringan. Pengujian terhadap sampel bata ringan adalah uji tekan, uji impak, kekerasan, uji densitas, dan penyerapan air.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limbah padat debuterbang fly ash batubara
Debu terbang fly ash merupakan material yang memiliki ukuran butiran yang halus, berwarna ke abu-abuan dan diperoleh dari hasil pembakaran batu
bara. Pada intinya debu terbang fly ashmengandung unsur kimia antara lain silika SiO
2
, alumina Al
2
O
3
, fero oksida Fe
2
O
3
dan kalsium oksida CaO, juga mengandung unsur tambahan lain yaitu magnesium oksida MgO, titanium
oksida TiO
2
, alkalin Na
2
O dan K
2
O, sulfur trioksida SO
3
, pospor oksida P
2
O
5
dan carbon. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat fisik, kimia dan teknis dari debu terbang fly ashadalah tipe batubara, kemurnian batubara, tingkat
penghancuran, tipe pemanasan dan operasi, metoda penyimpanan dan penimbunan.Adapun komposisi kimia dan klasifikasinya seperti dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
Gambar 2.1.Fly ash powder Menurut ASTM C618 fly ash dibagi menjadi dua kelasyaitu fly ash kelas F dan
kelas C. Perbedaan utama dari kedua ash tersebut adalah banyaknya calsium, silika, aluminium dan kadar besi di ash tersebut. Walaupun kelas F dan kelas C
sangat ketat ditandai untuk digunakan fly ash yangmemenuhi spesifikasi ASTM
Universitas Sumatera Utara
6
C618, namun istilah ini lebih umum digunakan berdasarkan asal produksi batubara atau kadar CaO. Yang penting diketahui, bahwa tidak semua fly ash
dapat memenuhi persyaratan ASTM C618, kecuali pada aplikasi untuk beton, persyaratan tersebut harus dipenuhi.
Tabel 2.1. Komposisi dan klasifikasi fly ash
Komponen Bituminus
satuan Subbitumins
satuan Lignit
satuan SiO
2
20-60 40-60
15-45 Al
2
O
3
5 -35 20-30
20-25 Fe
2
O
3
10-40 4-10
4-15 CaO
2-1 5-30
15-40 MgO
0-5 1-6
3-10 SO
3
0-4 0-2
0-10 Na
2
O 0-4
0-2 0-6
K
2
O 0-3
0-4 0-4
LOI 0-15
0-3 0-5
http : thebloghub.com.pages ABU- BATUBARA
Fly ash kelas F: merupakan fly ash yang diproduksi dari pembakaran batubara
anthracite atau bituminous, mempunyai sifat pozzolanic dan untuk mendapatkan sifat cementitious harus diberi penambahan quick lime, hydrated lime, atau semen.
Fly ash kelas F ini kadar kapurnya rendah CaO 10.
Fly ash kelas C: diproduksi dari pembakaran batubara lignite atau sub-
bituminous selain mempunyai sifat pozolanic juga mempunyai sifat self- cementing kemampuan untuk mengeras dan menambah strength apabila bereaksi
dengan air dan sifat ini timbul tanpa penambahan
kapur. Biasanya mengandung kapurCaO 20.
Walaupun fly ash dapat digunakan dalam bentuk kering atau basah, fly ash biasanya di simpan dalam kondisi kering.Kira-kira15 sampai 30 air dapat
ditambahkan pada fly ash.Berikut dibahas kontribusi fly ash pada pemakaian portland cement, batu bata, beton ringan, materialkonstruksi jalan, material
Universitas Sumatera Utara
7
pekerjaan tanah, campuran grouting, stabilisasi tanah untuk konstruksi jalan maupun stabilisasi tanah untuk tanah-tanah yang bermasalah di Indonesia.Sifat
kimia dari abu terbang batu bara dipengaruhi oleh jenis batu bara yang dibakar dan tekhnik penyimpanan serta penanganannya. Pembakaran batu bara lignit dan
sub-bituminous menghasilkan abu terbang dengan kalsium dan magnesium oksida lebih banyak dari pada jenis bituminous. Namun, memiliki kandungan silika,
alumina, dan karbon yang lebih sedikit dari pada bituminous. Dan dalam penelitian ini jenis batubara yang digunakan adalah jenis sub-bituminous kelas C
yang berasal dari PLTU Labuhan Angin Sibolga. Kandungan karbon dalam debu terbang diukur dengan menggunakan Loss
Of Ignition Method LOI, yaitu suatu keadaan hilangnya potensi nyala dari debu terbang batu bara. debu terbang batu bara terdiri dari butiran halus yang umumnya
berbentuk bola padat atau berongga. Ukuran partikel abu terbang hasil pembakaran batu bara bituminous lebih kecil dari 0,075 mm, luas area spesifiknya
diukur berdasarkan metode permeabilitas udara Blain antara 170 sampai 1000 m
2
Kg, sedangkan ukuran partikel rata- rata abu terbang batu bara jenis sub - bituminous 0,01 mm sampai 0,015 mm, luas permukaannya 1-2 m
2
g, massa jenis 2,1 grcm
3
dan bentuk partikel mostly spherical, yaitu sebagian besar berbentuk
seperti bola, sehingga menghasilkan kelecekan workability yang lebih baik
Nugroho, P dan Antoni, 2007.
2.2. Aluminium Powder