18 terhadap lahirnya PMRI di Indonesia adalah konferensi yang dilaksanakan di
Sanghai bulan Agustus 1994 dengan salah satu
plenary lecture
oleh Dr. Jan de Lange dari Institute Freudenthal, Universitas Utrect di Belanda yang menyajikan
makalah dengan judul :
Mathematics Education Toward 2000.
Inti dari makalah tersebut adalah mengenai pemakaian pendidikan matematika realistik yang
digunakan di Belanda. Dari sinilah maka RME
Realistic Mathematics Education
menjadi salah satu pertimbangan dalam usaha memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia. Jadi PMRI berkembang di Indonesia setelah tahun 2000.
Freudenthal mengatakan bahwa matematika sebaiknya diajarkan dengan mengaitkannya dengan realitas pengalaman siswa serta relecan dengan
masyarakat. Kegiatan dan bahan pembelajarannya disusun sedemikian rupa sehingga siswa dapat berpeluang untuk “menemukan kembali”
guide re- invention
matematika. Ada dua jenis matematisasi yang dirumuskan yaitu matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal. Matematisasi horizontal adalah
merumuskan simbol-simbol matematika dari masalah kehidupan sehari-hari siswa. Sedangkah matematisasi vertikal adalah memecahkan masalah yang
dirumuskan dengan symbol secara matematika.
2.1.3.2 Karakteristik PMRI
Pendidikan Matematika Realistik mempunyai 5 karakteristik yang dikemukakan oleh Treffers tahun 1987 dalam Wijaya, 2012: 21-26. Kelima
karakteristik itu
adalah: menggunakan
konteks, menggunkan
model, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19 menggunakan kontribusi siswa, menggunakan format interaktivitas, dan
memanfaatkan keterkaitan antartopik. 1.
Menggunakan konteks Konteks yang digunakan dalam pembelajaran adalah konteks yang nyata
atau yang bisa dibayangkan oleh siswa. Melalui penggunaan konteks, siswa dilibatkan aktif untuk melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan. Kegiatan ini
dilakukan setiap hari. Konteks yang digunakan dalam pembelajaran matematika ini adalah konteks yang ada di Indonesia. Karena sesuai dengan tempat anak
belajar. 2.
Menggunakan model Penggunaan model berfungsi sebagai jembatan
bridge
dari pengetahuan dan matematika tingkat konkrit menuju matematika tingkat formal. Model buka
merujuk pada alat peraga melainkan suatu alat “vertical” dalam matematika yang tidak dapat terlepas dari proses matematisasi. Karena model adalah proses
transmisi antara pemikiran siswa dari tahap konkret, semi konkret dan menuju abstrak. Secara umum ada 2 macam model dalam PMRI yaitu model yang serupa
atau mirip dengan masalah nyatanya, yaitu disebut “model of” dan dapat pula
berupa model yang sudah lebih umum, yang mengarahkan siswa ke pemikiran abstrak atau matematika formal, yaitu disebut “model for”.
3. Menggunakan kontribusi siswa
Dalam pembelajaran perlu sekali diperhatikan sumbangan atau kontribusi siswa, yang berupa ide, atau variasi jawab, atau variasi cara pemecahan masalah.
Kontribusis siswa itu dapat memperbaiki atau memperluas konstruksi yang perlu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20 dilakukan atau produksi yang perlu dihasilkan sehubungan dengan pemecahan
masalah kontekstual. 4.
Interaktivitas Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu melainkan
secara bersamaan sehingga disebut suatu proses sosial. Proses sosial dapat terjadi jika adanya interaktsi antara siswa satu dengan yang lain da nada suatu aktivitas
yang dilakukan oleh mereka. Bentuk interaksi itu dapat juga macam- macam, misalnya diskusi, negoisasi, memberi penjelasan atau komunikasi, dsb.
5. Memanfaatkan keterkaitan antar topik
Dalam pembelajaran matematika perlu disadari bahwa matematika adalah suatu ilmu yang terstruktur, dengan konsistensi yang ketat. Keterkaitan antara
topik, konsep, operasi dsb sangat kuat, sehingga sangat dimungkinkan adanya integrasi antar topik- topik. Pendidikan Matematika Realistik menempatkan
keterkaitan
intertwining
antar konsep matematika sebagai hal yang harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran.
Kelima karateristik tersebut harus muncul dalam buku yang akan dibuat oleh peneliti, sehingga peneliti harus memperhatikan lebih detail mengenai
kegiatan pembelajaran yang akan disusun dalam produk yang dibuat. Jadi dalam pembelajaran peneliti wajib menggunakan karakteristik menggunakan konsep,
interaktivitas, penggunaan model, adanya kontribusi dari siswa dan ada keterkaitan atar topik yang dibahas
intertwining
. Agar produk yang dibuat sesuai dengan PMRI dan dapat digunakan secara maksimal.
21
2.1.3.3 Prinsip PMRI