Situasi Pembelajaran Matematika di Kelas

60

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Proses Pengembangan Buku Guru dan Buku Siswa dengan Pendekatan PMRI

Proses pengembangan buku guru dan buku siswa kelas II dengan menggunakan pendekatan PMRI diawali dengan menganalisis kebutuhan guru dan siswa di empat sekolah wilayah Sleman Barat. Analisis kebutuhan dilakukan dengan cara melakukan wawancara kepada empat guru kelas 1 dan delapan siswa kelas 1 masing-masing sekolah dua siswa. hal itu dilakukan untuk mengetahui situasi dan kondisi pembelajaran khususnya matematika di kelas.

a. Situasi Pembelajaran Matematika di Kelas

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui bagaimana situasi dan proses pembelajaran matematika di kelas. Melalui situasi yang dianalisis ini peneliti dapat menemukan masalah yang ada di sekolah dasar dan dapat menganalisis kebutuhan dalam pembelajaran khususnya pembelajaran matematika. Analisis kebutuhan ini dilakukan dengan wawancara kepada satu guru dan dua siswa pada empat SD yang dipilih pada wilayah Sleman Barat. Wawancara yang dipilih adalah wawancara tidak bertruktur, artinya peneliti tidak membuat pertanyaan-pertanyaan secara terstruktur tetapi hanya menuliskan garis besar dari masalah yang akan di teliti. SD yang peneliti gunakan adalah SDN 62 Plaosan 1, SDN Plaosan 2, SDN Susukan dan SDK Jetis Depok. Peneliti melakukan wawancara kepada guru dan siswa kelas II. Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Wawancara No. Nama Sekolah Hasil Wawancara Guru Siswa 1 SDN Plaosan 1 Peneliti menanyakan tenang cara mengajar matematika di kelas. Guru mengatakan bahwa “Saya mengajar dengan menjelaskan materi menggunakan buku dan LKS yang ada. Kadang-kadang menggunakan media jika di sekolah ada medianya”. Kemudian saat peneliti menyakan tentang materi yang sulit guru mengatakan “materi yang sulit itu perkalian dan pembagian mba, lalu tentang penjumlahan dan pengurangan teknik meminjam, dan menyimpang, kemudian bagian satuan baku dan tidak baku anak itu masih belum paham apa perbedaannya”. Peneliti mewawancarai 2 orang anak yang ada di kelas II. Saat peneliti menanyakan “apakah ada materi yang sulit dipahami dek ?”. siswa menjawab “gak ada bu”. Tetapi saat peneliti memberikan pertanyaan mengenai satuan baku siswa tidak bisa menjawab. Peneliti menayakan apa perbedaan satuan baku dan tidak baku. Siswa menjawab “mmmm.. apa yaa bu.. jengkal bu, penggaris, depaa? Iya bukan bu?”. Jadi jawaban siswa tersebut bukan maksud dari satuan baku dan tidak baku tetapi menyebutkan contohnya. Contoh yang dilontarkan pun masih ada yang salah. 2 SDN Plaosan 2 Saat wawancara peneliti menanyakan seputar kegiatan pembelajaran di kelas. Peneliti bertanya tentang apa saja yang guru siapkan saat sebelum mengajar. Guru menjawab “RPP dan alat peraga mba”. Selanjutnya peneliti menanyakan alat peraga yang digunakan dalam mengajar. Guru menjawab “penggaris, jam dinding”. “Kalau alat peraga untuk materi satuan baku dan tidak baku sudah ada belum bu ?” tanya peneliti. Guru menjawab “belum ada mba, hanya penggaris itu saja, saya biasanya Cuma pake jengkal, depa, langkah aja yang gak perlu media macem- macem.” Guru juga mengatakan “mba gak ada buku yang khusus untuk pegangan guru seperti k13 itu, jadi saya kebingungan membuat referensi kegiatan atau media yang bisa digunakan. Peneliti menanyakan kepada siswa mengenai alat peraga yang digunakan guru saat mengajar. Siswa menjawab “guru gak pake media bu, hanya memberikan latihan soal saja di depan menggunakan papan tulis dan buku paket.” Peneliti juga menanyakan seputar buku yang digunakan di kelas. Siswa mengatakan “Gambar dibuku suka ga jelas bu, jadi saya lebih suka buku yang banyak tulisannya saja.” 63 3 SDN Susukan Peneliti bertanya pada guru mengenai pendapat tentang pembelajaran matematika di kelas. Guru mengatakan “Materi matematika di Kelas II itu mudah, tetapi yang susah ada membangun motivasi untuk anak agar mau belajar matematika mba.. saya biasanya menggunakan alat peraga untuk membangun motivasi anak. Tetapi kadang kalau di buku tidak ada kegiatan yang dapat saya lakukan menggunakan media, saya jadi bingung gimana mau membuat pembelajaran jadi menarik”. Kemudian materi apa yang sulit untuk dipelajari siswa. “materi pembagian dan perkalian. Pokoknya yang hitungan itulah mba. Dan kalau baru-baru ini yang saya kesulitan itu tentang satuan mba.. satuan panjang baku dan tidak baku, kan butuh tempat buat praktek, nah ruang kelasnya sempit, jadi saya bingung harus mengaj ar seperti apa.” Apa sudah ada buku khusus pegangan guru buk ?. guru menjawab “Belum ada mba. Saya sangat senang jika ada yang mau membuatkan buku bagi guru agar mengajarnya lebih mudah karena ada acuannya.” Pada saat wawancara mengenai materi yang sulit siswa menjawab “ga ada materi yang sulit buk”. Kalau materi satuan baku dan tidaku baku ?. “Gak sulit buk tapi saya masih bingung apa itu satuan baku dan satuan tidak baku.” Kata siswa. Kalau bu guru suka pakai media ? Kadang pakai kadang tidak bu.. tapi kemaren pas belajar satuan baku dan tidak baku bu tidak menggunakan media” jawaban siswa. 4 SDK Jetis Depok Saat melakukan wawancara di SDK Jetis Depok mengenai pembelajaran matematika di kelas guru mengatakan bahwa “mba, matematika itu sering ditakuti sama siswa, mereka takut dengan hitung- hitungan.” Kemudian peneliti menelisik mengenai media pembelajaran. Guru mengatakan “waah saya memang jarang menggunakan media mba, tidak sempat menyiapkan karena sibuk dirumah.” Setelah itu peneliti menanyakan mengenai materi yang sulit. Guru mengatakan “materi itu mba.. pembagian dan perkalian, lalu tetang satuan baku dan tidak baku, siswa susah untuk mengkonversikan angka dari cm ke m.” Siswa SDK Jetis Depok mengatakan “bu saya suka buku yang banyak gambarnya, karena menarik buat dikerjakan.” Kemudian peneliti menyanyakan seputar materi yang sulit. Siswa mengatakan bahwa “itu bu tentang penjumlahan menyimpan dan pengurangan yang meminjam. Saya bingung sekali. Lalu bagian satuan baku dan tidak baku. Maksudnya apa sih bu satuan baku dan tidak baku itu ?” 64 Hasil wawancara yang diperoleh pada guru kelas II adalah guru mengatakan bahwa kurangnya referensi kegiatan pembelajaran yang dapat mendorong keaktifan siswa dan referensi media pembelajaran yang mudah ditemukan di sekitar mereka. Sehingga guru jarang menggunakan media dalam mengajar. Materi yang sulit diajarkan dikelas II adalah materi perkalian, pembagian, jam, penjumlahan tekhnik menyimpan, pengurangan teknik meminjam dan pengukuran panjang satuan tidak baku dan satuan baku. Setelah melakukan wawancara kepada guru, peneliti kemudia melakukan wawancara kepada siswa sehubungan dengan pembelajaran matematika juga. Peneliti menanyakan materi apa yang sulit saat dipelajari. Siswa menjawab pengukuran satuan tidak baku dan satuan baku. Siswa sudah bisa menjawab tentang contoh satuan baku dan tidak baku namun masih ada yang salah, tetapi mereka belum dapat menyebutkan apa perbedaan dari satuan tidak baku dan satuan baku. Hal itulah yang membuat siswa masih kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang peneliti berikan. Pengukuran panjang satuan tidak baku dan satuan baku dirasa sulit oleh guru karena sulit untuk memberikan pemahaman kepada siswa mengenai perbedaan satuan tidak baku dan satuan baku. Selain itu tempat untuk melakukan kegiatan pengukuran guru merasa kekurangan, karena kelas yang sempit sehingga mengakibatkan kegiatan siswa terhambat. Berdasarkan wawancara dan analisis di atas, peneliti akan melakukan penelitian “Pengembangan Buku Guru dan Buku Siswa Kelas II Sekolah Dasar Menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematia Realistik Indonesia PMRI.” 65

b. Pengembangan Produk

Dokumen yang terkait

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran matematika kelas II Sekolah Dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

0 0 163

Pengembangan buku guru dan buku siswa Matematika kelas I sekolah dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

0 1 202

Pengembangan buku guru dan buku siswa SD kelas II mata pelajaran Matematika dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

3 16 141

Pengembangan buku siswa dan buku guru sekolah dasar kelas III mata pelajaran Matematika dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

0 0 158

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran matematika kelas I Sekolah Dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

1 2 167

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran Matematika kelas III sekolah dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

0 0 160

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran Matematika kelas I sekolah dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

0 0 165

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran matematika kelas I Sekolah Dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

2 5 165

Pengembangan buku siswa dan buku guru sekolah dasar kelas III mata pelajaran Matematika dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

0 1 156

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran Matematika kelas III sekolah dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

0 0 158