Tahap Perkembangan Anak Kajian Pustaka

14 juga merupakan satuannya. Hal ini tidak berlaku pada pengukuran panjang satuan baku. Satuan panjang yang baku adalah cm centimeter dan m meter Purnomo, 2008: 52. “100 cm sama dengan 1 m”, konsep itulah yang perlu diajarkan pada siswa. Alat ukur baku akan menghasilkan perhitungan yang sama disemua tempat dan oleh siapa saja yang mengukur Mustoha, 2008: 95. Selain mengukur panjang menggunakan alat, pada bab ini siswa juga diajari dalam menaksir tinggi atau panjang suatu benda. Membandingkan tinggi rendahnya suatu benda, panjang pendeknya dan mengurutkan panjang benda dari terpanjang ke terpendek atau sebaliknya.

2.1.2 Tahap Perkembangan Anak

Perkembangan dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan dalam diri individu atau organisme, baik fisik jasmaniah maupun psikis rohaniah menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan Yusuf Sugandhi, 2011:1. Perkembangan dapat juga diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan kualitatif individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak- kanak, masa anak, masa remaja, sampai masa dewasa Yusuf Sugandhi,2011:1. Piaget menyebutkan bahwa perkembangan kognitif anak-anak berjalan melalui sebuah rangkaian tetap Schunk, 2012: 332. Pola operasi yang dilakukan anak-anak dilakukan sebagai sebuah level atau tahapan. Beberapa tahapan yang dikemukakan Piaget adalah sebagai berikut 15 1. Tahap Sensorimotor Pada tahapan ini anak berusia dari lahir sampai 2 tahun, dalam tahapan ini tindakan-tindakan anak secara spontan dan menunjukkan usaha untuk memahami dunia. Pemahaman bersumber dari tindakan di saat sekarang. 2. Tahap Pra-operasional Usia anak dalam tahapan ini adalah 2-7 tahun. Pada tahapan ini anak-anak mampu membayangkan masa mendatang dan berpikir tentang masa yang telah lewat, meskipun persepsi mereka masih sangat berorientasi pada masa sekarang. Mereka juga belum mampu berpikir dengan lebih dari satu dimensi pada satu saat. Anak-anak pada tahapan pra-operasional memperlihatkan ireversibilitas, yaitu ketika sesuatu telah dilakukan, sesuatu tersebut tidak dapat diubah. Mereka kesulitan untuk membedakan antara fantasi dan kenyataan. Tahapan ini adalah periode perkembangan bahasa yang pesat. Karakteristik lainnya adalah anak-anak menjadi lebih tidak egosentris. Mereka menyadari bahwa orang-orang lain mungkin berpikir dan merasakan hal yang berbeda dengan yang mereka pikirkan dan rasakan. 3. Tahap Operasional Konkret Usia anak dalam tahapan ini adalah 7 sampai 11 tahun. Tahapan Operasional Konkret ditandai dengan pertumbuhan kognitif yang luar biasa dan merupakan tahapan formatif dalam pendidikan sekolah, karena ini masanya bahasa dan penguasaan ketrampilan-ketrampilan dasar anak-anak bertambah cepat secara dramatis. Anak-anak mulai menunjukkan beberapa pemikiran abstrak meskipun biasanya didefinisikan dengan karakter-karakter atau tindakan- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 tindakan. Anak-anak pada tahapan Operasional Konkret memperlihatkan pikirannya yang sudah tidak egosentris, dan bahasa yang digunakan semakin bersifat sosial. Cara berpikir anak-anak dalam tahapan ini tidak lagi didominasi oleh persepsi, anak-anak dapat menggunakan pengalaman mereka sebagai acuan dan tidak selalu bingung dengan apa yang mereka pahami. 4. Tahap Operasional Formal Usia anak dalam tahapan operasional formal adalah 11 tahun sampai dewasa. Tahapan operasional formal mengembangkan pikiran operasional konkret. Pikiran anak-anak pada tahapan ini tidak lagi hanya terfokus pada hal-hal yang dapat dilihat, anak-anak mampu berpikir tentang situasi-situasi hipotesis atau pengandaian. Egosentrisme muncul pada diri remaja dimana mereka membandingkan antara kenyataan dan kondisi ideal sehingga mereka sering memperlihatkan cara berpikir yang idealistik. Berdasarkan tahap perkembangan kognitif anak menurut Piaget, anak usia Sekolah Dasar SD kelas II berada pada tahap operasional konkret yaitu usia 7 sampai 11 tahun. Anak usia Sekolah Dasar sudah memiliki kemampuan untuk berpikir melalui urutan sebab akibat dan mulai mengenali banyaknya cara yang bisa ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Anak-anak mulai menunjukkan beberapa pemikiran abstrak meskipun biasanya didefinisikan dengan karakter-karakter atau tindakan-tindakan. Penting bagi seorang pendidik untuk mampu mengetahui tahapan perkembangan anak didiknya. Pendidik harus dapat memilih atau menggunakan metode dan media pembelajaran yang sesuai 17 dengan tahap perkembangan anak yaitu konkret. Hal ini yang mendukung peneliti untuk melakukan penelitian menggunakan pendekatan PMRI.

2.1.3 Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI

Dokumen yang terkait

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran matematika kelas II Sekolah Dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

0 0 163

Pengembangan buku guru dan buku siswa Matematika kelas I sekolah dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

0 1 202

Pengembangan buku guru dan buku siswa SD kelas II mata pelajaran Matematika dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

3 16 141

Pengembangan buku siswa dan buku guru sekolah dasar kelas III mata pelajaran Matematika dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

0 0 158

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran matematika kelas I Sekolah Dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

1 2 167

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran Matematika kelas III sekolah dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

0 0 160

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran Matematika kelas I sekolah dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

0 0 165

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran matematika kelas I Sekolah Dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

2 5 165

Pengembangan buku siswa dan buku guru sekolah dasar kelas III mata pelajaran Matematika dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

0 1 156

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran Matematika kelas III sekolah dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

0 0 158