Uji Reliabilitas Data Uji Asumsi Klasik

Tabel 4.4: Hasil Uji Validitas dari Variabel Persepsi Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah Y Putaran ke-2 Variabel Butir r hitung r kritis Keterangan Persepsi masyarakat terhadap perbankan syariah Y Y1 0.550 0.30 Valid Y2 0.599 0.30 Valid Y3 0.490 0.30 Valid Y4 0.667 0.30 Valid Y5 0.694 0.30 Valid Y6 0.517 0.30 Valid Y7 0.689 0.30 Valid Y8 0.536 0.30 Valid Sumber : Pengolahan data primer Lampiran 7 Jika dilihat dari tabel di atas, hasil uji validitas terhadap semua item pertanyaan yang tersisa dari variabel persepsi masyarakat terhadap perbankan syariah menunjukkan nilai r hitung r kritis , maka semua item pertanyaan tersebut dinyatakan valid atau sahih.

4.2.1.2 Uji Reliabilitas Data

Menurut Nunnaly 1967 dalam Ghozali 2006: 46, pengukuran reliabilitas menggunakan nilai Cronbach Alpha yaitu suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha 0,6. Ringkasan hasil uji reliabilitas disajikan pada Tabel 4.5 di bawah ini, dimana hasil uji reliabilitas secara lengkap dapat pula dilihat pada lampiran 5 sampai dengan 7. Tabel 4.5: Hasil Uji Reliabilitas Variabel Koefisien Alpha Cronbach’s Nilai batas Keterangan Pelayanan X 1 0,812 0,60 Reliabel Fasilitas X 2 0,705 0,60 Reliabel Persepsi masyarakat Y 0,848 0,60 Reliabel Sumber : Pengolahan data primer Lampiran 5-7 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Hasil uji reliabilitas di atas dapat diketahui bahwa semua variabel dalam penelitian ini memiliki nilai koefisien Alpha Cronbach’s 0,60, maka dapat disimpulkan bawa ketiga variabel di atas adalah andal reliabel.

4.2.1.3 Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data yang diperoleh sudah mengikuti sebaran normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan melihat range data. Data dapat dikatakan baik apabila penyebarannya normal serta tidak terlalu luas. Untuk dapat menentukan bahwa persebaran data normal ada beberapa cara, yakni :

1. P-P Plot

P-P plot merupakan sebuah kurva yang digunakan untuk dapat menguji apakah suatu variabel dianggap normal atau tidak. Variabel dapat dikatakan memenuhi asumsi normalitas apabila P-P plot menunjukan persebaran data relatif mengikuti garis diagonal atau lebih sering disebut normal plot. Sebaliknya Suatu variabel dikatakan tidak memenuhi asumsi normalitas apabila P-P plot menunjukan persebaran data yang melebar atau menjauhi garis normal plot. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Gambar 4.22 : Grafik P-PLOT Sumber : Lampiran 9 Terlihat pada grafik diatas bahwa grafik normal plot variabel pelayanan, fasilitas dan persepsi masyarakat memberikan gambaran tentang pola distribusi normal. Hal ini ditunjukan dari pola persebaran data dari bawah hingga atas yang mengikuti pergerakan dari garis diagonal sendiri hal ini membuktikan bahwa variabel pelayanan, fasilitas dan persepsi masyarakat memiliki distribusi yang normal.

2. Uji Kolmogorov-Smirnov

Uji Kolmogorov-Smirnov merupakan salah satu uji normalitas yang sering digunakan karena kemudahan dan reliabilitasnya dibandingkan dengan P-P plot. Cara untuk melakukan uji Kolmogorov-Smirnov adalah dengan menggunakan SPSS versi 17.0 dimana nilai signifikansi dari tabel Kolmogorov-Smirnov harus diatas standard error 0,05 atau 5. Apabila nilai signifikansi diatas dari standar error sebesar 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data dari suatu variabel memiliki distribusi yang normal. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel 4.6 : Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Unstandardized Residual Kolmogorov-Smirnov Z 0.478 Asymp. Sig. 2-tailed 0.976 Sumber : Lampiran 9 Pada uji Kolmogorov-Smirnov diatas terlihat bahwa signifikansi yang dihasilkan 0,976 diatas 5. Hal ini membuktikan bahwa data dari variabel yang diteliti memiliki distribusi yang normal dan dapat dilanjutkan untuk pengujian asumsi klasik lainnya.

4.2.1.4 Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi klasik digunakan agar model regresi dapat disebut model regresi yang baik. Persamaan regresi yang dihasilkan haruslah bersifat BLUE Best, Linier, Unbiased, Estimator artinya pengambilan keputusan melalui uji F tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, maka harus dipenuhi tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi, yaitu: 1. Tidak boleh ada multikoloniaritas. 2. Tidak boleh ada heteroskedastisitas. 3. Tidak boleh ada autokorelasi. Apabila salah satu dari tiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE sehingga pengambilan keputusan melalui uji t menjadi bias Gujarati, 1995: 153. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2.1.4.1 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dapat diketahui dengan melakukan uji Variance Inflating Factor VIF. Uji VIF merupakan salah satu metode pengujian yang mudah digunakan dalam menganalisis data apakah terjadi multikolinearitas atau tidak. Deteksi adanya Multikolinearitas yaitu dengan melihat besarnya VIF Variance Inflation Factor, jika VIF melebihi angka 10, maka variabel tersebut mengindikasikan adanya multikolinearitas. Tabel 4.7 : Hasil uji multikolinearitas No. Variabel bebas VIF 1. Pelayanan X 1 2,100 2. Fasilitas X 2 2,100 Sumber: Lampiran 9 Pada uji multikolinearitas diatas terlihat bahwa nilai VIF dari variabel bebas berada diatas batas minimum untuk dapat dikategorikan terjadi multikolinearitas hal ini terlihat pada masing masing variabel yakni variabel pelayanan dan fasilitas memiliki nilai VIF sebesar 2,100 dibawah 10 sehingga secara keseluruhan masing-masing variabel tersebut bebas dari multikolinearitas.

4.2.1.4.2 Uji Heteroskedastisitas

Tujuan dari uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam suatu model linear terdapat perbedaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Terjadinya gejala hetdroskedastisitas dapat dilihat dari ketidaksamaan diantara varians residual dari masing masing variabel Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. bebas. Untuk mendeteksi adanya gejala heterokedastik dilakukan dengan 2 cara yakni menggunakan uji rank spearman dan menggunakan grafik scatter plot. Menurut Gujarati 1995: 177, mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah jika nilai probabilitas 0.05 berarti bebas dari heteroskedastisitas dan sebaliknya jika nilai probabilitas 0.05 berarti terkena heteroskedastisitas. Tabel 4.8 : Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Koefisien Korelasi Rank spearman Sig. Pelayanan X 1 0.039 0.806 Fasilitas X 2 0.009 0.953 Sumber : Lampiran 9 Tabel di atas menunjukkan bahwa signifikansi dari masing-masing variabel bebas yaitu diatas 5, yang artinya tidak terjadi heteroskedastisitas pada variabel pelayanan dan fasilitas. Cara kedua untuk menguji heteroskedastisitas adalah dengan uji scatter plot dimana grafik scatter plot dibuat dengan memasukan variabel terikat zpred dibagian sumbu x dan residual dari masing masing variabel terikat sresid dibagian sumbu y. Apabila penyebaran data terlihat acak dan tidak membentuk pola khusus maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastik dalam variabel bebas yang akan diteliti. Sebaliknya apabila ketika melakukan uji scatter plot terjadi pola data yang mengumpul dan membentuk suatu pola khusus maka dapat dikatakan data tersebut mengalami gejala heterokedastik. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Gambar 4.23 : Grafik Scatter Plot Sumber : Lampiran 9 Terlihat pada grafik di atas bahwa data dari variabel bebas yang diteliti menyebar terpencar secara acak tersebar diantara 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola khusus. Maka dapat dikatakan tidak ada gejala heterokedastik dalam variabel bebas.

4.2.1.5 Analisis Regresi Linear Berganda