ditangani oleh unit pelayanan kesehatan yang ada, yang biasanya hanya menyediakan jenis pelayanan kesehatan tertentu saja. Metode ini kurang
menggambarkan kebutuhan obat dalam populasi yang sebenarnya, karena pola penyakit masyarakat yang tidak berkunjung ke pusat pelayanan kesehatan
tidak tergambarkan dengan baik. 3. Berdasarkan pemakaian obat tahun sebelumnya consumption based
Consumption based merupakan penghitungan kebutuhan obat berdasarkan pada data pemakaian obat tahun sebelumnya. Perkiraan kebutuhan obat
dengan metode ini pada umumnya bermanfaat bila data penggunaan obat dari tahun ke tahun tersedia secara lengkap dan konsumsi di unit pelayanan
kesehatan bersifat konstan atau tidak fluktuatif.
2.4. Landasan Teori
Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka, maka dapat dirumuskan beberapa landasan teori untuk penelitian perencanaan kebutuhan obat. Berdasarkan
Pedoman Pengelolaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI 2008, serta Standar Pelayanan Farmasi 2004, menjelaskan bahwa Perencanaan
kebutuhan obat merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari
kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan.
Universitas Sumatera Utara
Metode perencanaan kebutuhan obat dapat dilakukan dengan metode konsumsi, dan metode morbiditas atau epidemiologi. Metode konsumsi dilakukan
dengan mengevaluasi penggunaan obat masa lalu sebagai dasar penentuan perkiraan kebutuhan, kemudian disesuaikan dengan rencana strategis dari rumah sakit maupun
farmasi rumah sakit, sehingga hasil akhir adalah daftar kebutuhan obat. Metode morbiditas atau epidemiologi dilakukan dengan melihat berapa episode masalah
kesehatan yang ada, standar terapi, tingkat kepatuhan terhadap standar terapi, sehingga diperoleh jumlah obat yang dibutuhkan. Metode ini cukup sulit dipakai
sebagai pilihan karena faktor sistem informasi yang belum tertata dengan baik demikian juga karena adanya ketidakpatuhan terhadap standar terapi dan penentuan
masalah kesehatan yang ada beserta penentuan jumlah episode. Sebenarnya metode lebih menjanjikan ketepatannya tetapi karena sulit dilaksanakan maka dipilih metode
konsumsi dengan kombinasi metode ABC-VEN Vital Esensial dan Non Esensial, karena dapat disesuaikan dengan anggaran yang ada.
Adapun siklus manajemen obat adalah terdiri perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi, seperti pada gambar siklus berikut ini:
Gambar 2.1. Siklus Manajemen Obat
Perencanaan
Pengadaan
Penyimpanan Distribusi
Universitas Sumatera Utara
Pedoman Perencanaan antara lain a DOEN, formularium rumah sakit, standar terapi rumah sakit, b ketentuan setempat yang berlaku, c data catatan
medik, d anggaran yang tersedia, e penetapan proritas, f siklus penyakit, g sisa persediaan, h data pemakaian periode lalu, dan i rencana pengembangan.
2.5. Kerangka Teori