Analisis Fungsi dan Kegiatan Pokok Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesehatan Indra Masyarakat Provinsi Sumatera Utara Sebagai Tempat Rujukan Kesehatan Mata Dan THT (Telinga Hidung Tenggorokan) Tahun 2014

(1)

ANALISIS FUNGSI DAN KEGIATAN POKOK UNIT PELAYANAN TEKNIS (UPT) KESEHATAN INDRA MASYARAKAT PROVINSI

SUMATERA UTARA SEBAGAI TEMPAT RUJUKAN KESEHATAN MATA DAN THT (TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN)

TAHUN 2014

TESIS

Oleh

JAN VICTOR SILALAHI 117032025/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ANALYZED FUNCTION AND MAIN ACTIVITIES OF INDRA PUBLIC HEALTH UNIT SERVICES IN NORTH SUMATERA PROVINCE

AS REFERRAL OF EYES AND EARS IN 2014

THESIS

BY

JAN VICTOR SILALAHI 117032025/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA M E D A N


(3)

ANALISIS FUNGSI DAN KEGIATAN POKOK UNIT PELAYANAN TEKNIS (UPT) KESEHATAN INDRA MASYARAKAT PROVINSI

SUMATERA UTARA SEBAGAI TEMPAT RUJUKAN KESEHATAN MATA DAN THT (TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN)

TAHUN 2014

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

JAN VICTOR SILALAHI 117032025/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : ANALISIS FUNGSI DAN KEGIATAN

POKOK UNIT PELAYANAN TEKNIS (UPT) KESEHATAN INDRA MASYARAKAT PROVINSI SUMATERA UTARA SEBAGAI TEMPAT RUJUKAN KESEHATAN MATA DAN THT (TELINGA HIDUNG

TENGGOROKAN) TAHUN 2014 Nama Mahasiswa : Jan Victor Silalahi

Nomor Induk Mahasiswa : 117032025

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, S.E, M.Si) (dr. Heldy BZ, M.P.H

Ketua Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 25 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, S.E, M.Si Anggota : 1. dr. Heldy BZ, M.P.H

2. dr. Fauzi, S.K.M


(6)

PERNYATAAN

ANALISIS FUNGSI DAN KEGIATAN POKOK UNIT PELAYANAN TEKNIS (UPT) KESEHATAN INDRA MASYARAKAT PROVINSI

SUMATERA UTARA SEBAGAI TEMPAT RUJUKAN KESEHATAN MATA DAN THT (TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN)

TAHUN 2014

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2014

Jan Victor Silalahi 117032025/IKM


(7)

ABSTRAK

Fenomena pemanfaatan pelayanan kesehatan mata dan telinga di UPT KIM oleh penderita gangguan mata dan THT adalah kasus rujukan dari puskesmas propinsi Sumatera Utara, namun ada kecenderungan pasien yang dirujuk adalah pasien yang berasal dari Kota Medan, dan berasal dari 4 puskesmas saja. Hal tersebut diduga karena fungsi dan kegiatan pokok UPT KIM belum berjalan optimal dalam pelayanan rujukan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dilaksanakan di UPT Kesehatan Indra Masyarakat Kota Medan. Informan penelitian sebanyak 8 orang. Data yang digunakan adalah data primer. Pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam, observasi, dan analisis dokumen. Analisis data dilakukan secara kualitatif.

Hasil penelitian dengan menunjukkan bahwa fungsi pelayanan UPT Kesehatan Indra Masyarakat yaitu pelayanan kesehatan spesialistik mata dengan kegiatan di dalam gedung dan di luar gedung. Diklat teknis belum berjalan maksimal, litbang masih terbatas, dan kemitraan terjadi kerjasama dan koordinasi yang efektif. Kegiatan pokok UPT dalam bidang manajemen berjalan baik, kegiatan teknis berjalan sesuai prosedur, dan kegiatan tambahan perlu ditingkatkan Rujukan pasien sudah ditangani dengan baik, tetapi masih perlu sosialisasi dan promosi.

Disarankan kepada kepala UPT meningkatkan sosialisasi dan promosi ke puskesmas baik yang ada di Kota Medan maupun di luar Kota Medan, sehingga lebih banyak lagi masyarakat atau pegawai puskesmas yang tahu tentang UPT KIM dan melakukan rujukan pasien penyakit mata.


(8)

ABSTRACT

The phenomena of the use of health service in eyes and ears at UPT KIM (Technical Service Unit of Public Sense Organ Health)by patients suffered from eye and ENT (Ear, Nose, and Throat) problems is the case of reference letter from puskesmas (Public Health Center) of North Sumatera Province, but there is a tendency that the patients who are reffered to come from outside Medan and from only four puskesmas. This condition is probably because the function and the activity of UPT KIM do not run optimally in its reference service.

This research used qualitative method. It was conducted at UPT KIM, Medan. There were eight informants in the research. The data were primary data; they were gathered by conducting in-depth interviews, observation, and documentary study and analyzed qualitatively.

The result of the research showed that the function of UPT KIM was to serve eye and ENT health specialization, either inside or outside the building. Diklat teknis (technical training) did not run well, research and development was still limited, but partnership in cooperation and coordination was effective. The main activity of UPT in management was good, technical activity was in line with the procedures, supplementary activity needed to be improved, patients’ reference letters had be handled well although it still needed socialization and promotion.

It is recommended that the Head of UPT increase socialization and promotion to every puskesmas in and outside Medan so that more people or puskesmas personnel know about UPT KIM and perform the reference for patients suffered from eye and ENT disease.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala berkat dan Kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Analisis Fungsi dan Kegiatan Pokok Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesehatan Indra Masyarakat Provinsi Sumatera Utara Sebagai Tempat Rujukan Kesehatan Mata Dan THT (Telinga Hidung Tenggorokan) Tahun 2014”.

Penulis menyadari penulisan ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Pembimbing I yang penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan kepada penulis.

5. dr. Heldy BZ, M.P.H, selaku Pembimbing II dengan ketulusannya memberikan arahan, bimbingan dan nasehat kepada penulis.

6. dr. Fauzi, S.K.M dan Siti Khadijah, S.K.M, M.Si, selaku Tim Pembanding yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan guna penyempurnaan tesis ini.


(10)

7. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti pendidikan.

8. dr. Kustinah, M.Kes, selaku Kepala UPT Kesehatan Indra Masyarakat Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara yang telah memberikan izin penelitian sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

9. Orang tua, dan istri, serta anak-anak tercinta yang selalu memberikan semangat dan motivasi pada penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini terutama dalam penyusunan tesis ini.

10.Seluruh teman-teman mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya minat studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang telah menyumbangkan masukan dan saran serta kritikan untuk kesempurnaan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Medan, Oktober 2014 Penulis

Jan Victor Silalahi 117032025/IKM


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Jan Victor Silalahi berumur 45 tahun dilahirkan di Padang Sidempuan pada tanggal 21 Januari 1969. Penulis beragama Kristen, anak ketujuh dari delapan bersaudara pasangan B.W. Silalahi dan M. Aritonang. Penulis menikah pada tahun 2000 dengan T. Farida R. Hutagaol dan dikaruniai 4 orang anak, 1 orang putra yaitu Raynaldo dan 3 orang putri bernama Olivia, Rapani, dan Joycelline.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Methodist Hang Tuah Medan tamat tahun 1983, Sekolah Menengah Pertama di SMP Methodist Hang Tuah Medan tamat tahun 1986, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 4 Medan pada tahun 1989. Selanjutnya, penulis meneruskan pendidikan ke Fakultas Kedokteran (S1 Kedokteran di Universitas Methodist Indonesia Medan) tamat tahun 2002. Pada tahun 2011-2014 penulis menempuh pendidikan S-2 Ilmu Kesehatan masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara.

Riwayat pekerjaan penulis yaitu pada tahun 1998-2002 pernah bekerja di Klinik Tutamana P. Brayan, Tahun 2002-2004 pernah bekerja di RS Estomihi Jalan Sisingamangaraja Medan. Pada tahun 2004-2006 bekerja sebagai dokter PTT – PTC Indrapura Pempropsu Tahun 2007, penulis diangkat menjadi PNS dan bekerja di UPT-PTC Indrapura Propsu sampai tahun 2011. Pada tahun 2011 sampai sekarang, penulis bekerja di Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara pada Kesehatan Indra Masyarakat (KIM) Medan.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Permasalahan ... 10

1.3.Tujuan Penelitian ... 10

1.4.Manfaat Penelitian ... 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Konsep Manajemen ... 12

2.2. Peran dan Fungsi Unit Pelayanan Teknis (UPT) KIM ... 16

2.3. Kegiatan Pokok UPT KIM ... 17

2.4. Rujukan ... 30

2.5. Landasan Teori ... 39

2.6. Kerangka Berfikir ... 40

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 41

3.1. Jenis Penelitian ... 41

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42

3.3. Informan Penelitian ... 42

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 43

3.5. Metode Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 50

4.1. Gambaran Singkat Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesehatan Indra Masyarakat Propinsi Sumatera Utara ... 50

4.2. Karakteristik Informan ... 55


(13)

BAB V PEMBAHASAN ... 83

5.1. Fungsi UPT Kesehatan Indra Masyarakat ... 83

5.2. Kegiatan Pokok UPT KIM ... 94

5.3. UPT Kesehatan Indra Masyarakat Sebagai Tempat Rujukan Kesehatan Mata dan THT ... 99

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 106

6.1. Kesimpulan ... 106

6.2. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110


(14)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1.1. Program Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan di

UPT KIM Propinsi Sumatera Utara ... 4 1.2. Program Penanggulangan Gangguan Pendengaran di UPT KIM

Propinsi Sumatera Utara Tahun 2011-2013 ... 5 1.3. Data Pasien Rujukan dari 4 Kecamatan (9 Puskesmas) Tahun

2012-2013 ... 7 4.1. Program Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan di

UPT Kesehatan Indera Masyarakat (UPT KIM) Propinsi Sumatera

Utara ... 53 4.2. Program Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian di

UPT Kesehatan Indera Masyarakat (UPT KIM) Propinsi Sumatera

Utara ... 54 4.3. Karakteristik Informan Penelitian ... 55


(15)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. Bagan Alur Rujukan ... 38 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 40


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Pedoman Wawancara ... 113

2. Hasil Wawancara dengan Informan ... 121

3. Foto-foto Dokumentasi ... 140


(17)

ABSTRAK

Fenomena pemanfaatan pelayanan kesehatan mata dan telinga di UPT KIM oleh penderita gangguan mata dan THT adalah kasus rujukan dari puskesmas propinsi Sumatera Utara, namun ada kecenderungan pasien yang dirujuk adalah pasien yang berasal dari Kota Medan, dan berasal dari 4 puskesmas saja. Hal tersebut diduga karena fungsi dan kegiatan pokok UPT KIM belum berjalan optimal dalam pelayanan rujukan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dilaksanakan di UPT Kesehatan Indra Masyarakat Kota Medan. Informan penelitian sebanyak 8 orang. Data yang digunakan adalah data primer. Pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam, observasi, dan analisis dokumen. Analisis data dilakukan secara kualitatif.

Hasil penelitian dengan menunjukkan bahwa fungsi pelayanan UPT Kesehatan Indra Masyarakat yaitu pelayanan kesehatan spesialistik mata dengan kegiatan di dalam gedung dan di luar gedung. Diklat teknis belum berjalan maksimal, litbang masih terbatas, dan kemitraan terjadi kerjasama dan koordinasi yang efektif. Kegiatan pokok UPT dalam bidang manajemen berjalan baik, kegiatan teknis berjalan sesuai prosedur, dan kegiatan tambahan perlu ditingkatkan Rujukan pasien sudah ditangani dengan baik, tetapi masih perlu sosialisasi dan promosi.

Disarankan kepada kepala UPT meningkatkan sosialisasi dan promosi ke puskesmas baik yang ada di Kota Medan maupun di luar Kota Medan, sehingga lebih banyak lagi masyarakat atau pegawai puskesmas yang tahu tentang UPT KIM dan melakukan rujukan pasien penyakit mata.


(18)

ABSTRACT

The phenomena of the use of health service in eyes and ears at UPT KIM (Technical Service Unit of Public Sense Organ Health)by patients suffered from eye and ENT (Ear, Nose, and Throat) problems is the case of reference letter from puskesmas (Public Health Center) of North Sumatera Province, but there is a tendency that the patients who are reffered to come from outside Medan and from only four puskesmas. This condition is probably because the function and the activity of UPT KIM do not run optimally in its reference service.

This research used qualitative method. It was conducted at UPT KIM, Medan. There were eight informants in the research. The data were primary data; they were gathered by conducting in-depth interviews, observation, and documentary study and analyzed qualitatively.

The result of the research showed that the function of UPT KIM was to serve eye and ENT health specialization, either inside or outside the building. Diklat teknis (technical training) did not run well, research and development was still limited, but partnership in cooperation and coordination was effective. The main activity of UPT in management was good, technical activity was in line with the procedures, supplementary activity needed to be improved, patients’ reference letters had be handled well although it still needed socialization and promotion.

It is recommended that the Head of UPT increase socialization and promotion to every puskesmas in and outside Medan so that more people or puskesmas personnel know about UPT KIM and perform the reference for patients suffered from eye and ENT disease.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional secara utuh yang dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal di seluruh lapisan masyarakat di Indonesia. Upaya kesehatan secara nasional meliputi berbagai upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan, yang dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan baik unit pelayanan kesehatan dasar seperti posyandu, dan puskesmas, maupun unit pelayanan kesehatan rujukan seperti rumah sakit, dan unit pelayanan teknis daerah kabupaten / kota serta propinsi (Kemenkes RI, 2011).

Jenis penyakit dan faktor risiko kesakitan masyarakat yang bertambah serta penyakit-penyakit yang berhubungan dengan migrasi dan kepadatan penduduk menambah tantangan dan beban kerja unit pelayanan kesehatan (Wardoyo, 2011). Upaya kesehatan masyarakat diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan, termasuk dalam kegiatan penang-gulangan gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran (Depkes RI, 2009).

Gangguan penglihatan yaitu kebutaan masih merupakan masalah kesehatan di dunia. Diperkirakan ada sekitar 45 juta penduduk di dunia buta, kemudian 135 juta mengalami gangguan penglihatan dan 90%nya terjadi di negara berkembang. Sepertiga penderita kebutaan berada di negara-negara Asia, Indonesia 1,5%,


(20)

Bangladesh 1%, India 0,7%, dan Thailand 0,3% (Maulana, 2013). Jenis kebutaan yang banyak dialami penduduk di dunia yaitu katarak, glaukoma, degenerasi makula, kelainan refraksi, dan kelainan kornea (Wardenaar, 2013).

Jumlah penderita gangguan pendengaran di seluruh dunia sebanyak 250 juta. Sebanyak 75 sampai 140 juta berada di negara-negara Asia, Sri Lanka 8,8%, Myanmar 3%, India 6,3%, dan Indonesia 8,4%. 50% gangguan pendengaran dapat ditanggulangi melalui pencegahan dan pengobatan. (Maulana, 2013).

Diperkirakan 1,5% penduduk Indonesia atau sekitar 3,6 juta mengalami kebutaan dengan penyebab utama, antara lain, katarak, glaukoma, kelainan refraksi, gangguan retina, dan kelainan kornea. Data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah pasien rawat jalan untuk penyakit mata adalah 672.168. Berdasarkan data tersebut, dilaporkan pula jumlah kelainan refraksi sebanyak 198.036 kasus, katarak 94.582 kasus, dan glaukoma 25.176 kasus (Maulana, 2013). Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2010 menunjukkan bahwa angka kebutaan sebesar 0,9%. Angka tertinggi kasus kebutaan terdapat di Propinsi Sulawesi Selatan yaitu 2,6% dan terendah di Propinsi Kalimantan Timur yaitu 0,3% (Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan data Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran, angka morbiditas gangguan pendengaran sebesar 18,55%, gangguan pendengaran (16,8%), ketulian (0,4%), dan penyakit telinga lainnya (1,3%). Penyakit telinga yang mempunyai risiko gangguan pendengaran yaitu infeksi telinga tengah (3,9%), infeksi


(21)

telinga luar (6,8%), ototoksisitas (0,3%), tuli kongenital (0,1%), dan lainnya (5,7%) (Depkes RI, 2007).

Data prevalensi gangguan penglihatan dan kebutaan menurut penduduk di propinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa jumlah penderita mata yang mengalami kebutaan sebanyak 193.344 orang, katarak sebanyak 100.539 orang, glaukoma sebanyak 25.779 orang, kelainan refraksi sebanyak 18.045 orang, dan xeroptalmia sebanyak 38.669 orang. Data gangguan pendengaran di Sumatera Utara yaitu 82.154 orang, ketulian sebanyak 49.704 dan penyakit telinga lainnya sebanyak 32.450 orang (KIM, 2012).

Gangguan penglihatan dan pendengaran yang diakibatkan morbiditas mata dan telinga diperkirakan 50% dapat dicegah. Upaya pencegahan dimaksudkan selain untuk menurunkan morbiditas, juga untuk mengurangi terjadinya gangguan penglihatan dan pendengaran (Depkes RI, 2007).

Berbagai upaya pengobatan dan pencegahan masalah kesehatan mata dan pendengaran di Indonesia telah dilaksanakan saat masalah kebutaan dinyatakan sebagai bencana nasional pada tahun 1967. Sejak tahun 1984, program Upaya Kesehatan Mata / Pencegahan Kebutaan (UKM/PK) dan Upaya Kesehatan Telinga dan Pencegahan Gangguan Pendengaran (UKT/PGP) sudah diintegrasikan ke dalam kegiatan pokok puskesmas, sementara program Penanggulangan Kebutaan Katarak Paripurna (PKKP) dimulai sejak tahun 1987 baik melalui rumah sakit maupun Balai Kesehatan Mata masyarakat (BKMM) dan sekarang menjadi Unit Pelayanan Teknis Kesehatan Indera Masyarakat (UPT KIM) (Kemenkes RI, 2011).


(22)

Unit Pelayanan Teknis Kesehatan Indera Masyarakat (UPT KIM) merupakan UPT dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara yang mempunyai wewenang penuh terhadap pelayanan medis spesialistik kesehatan mata dan pendengaran di seluruh propinsi Sumatera Utara. Program pokok UPT KIM propinsi Sumatera Utara adalah program Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Pendengaran (PGPP) yang dimaksudkan untuk menurunkan angka gangguan kebutaan dan gangguan pendengaran di propinsi Sumatera Utara (KIM Propinsi Sumatera Utara, 2013).

Program yang dilaksanakan oleh UPT KIM yaitu penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan (PGPK) meliputi klinik umum, klinik refraksi, klinik katarak, klinik glaukoma-vitreoretina, kamar bedah mata, dan oftalmologi komunitas. Penanggulangan gangguan pendengaran dan ketulian (PGPKT) meliputi klinik THT, klinik audiologi, dan kamar bedah THT (KIM Propinsi Sumatera Utara, 2013).

Data pelaksanaan program penanggulangan kegiatan kesehatan mata dan pendengaran UPT KIM Propinsi Sumatera Utara selama 3 tahun terakhir (tahun 2011-2013) menunjukkan fluktuasi, seperti terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1.1. Program Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan di UPT KIM Propinsi Sumatera Utara

No Jenis Penyakit Tahun

2011 2012 2013

1 2 3 4 5 Katarak Kelainan refraksi Glaukoma Kelainan Retina Lain-lain 1.611 610 139 28 1.260 2.638 495 227 60 1728 1.256 214 112 30 1.991

Total 3.648 5.148 3.603


(23)

Berdasarkan data pada Tabel 1.1. menunjukkan bahwa jumlah penanggulangan pasien gangguan mata ke KIM Propinsi Sumatera Utara tahun 2011 sebanyak 3.648 pasien pada tahun 2012 meningkat menjadi 5.148 pasien, dan tahun 2013 sebanyak 3.603 pasien. Sedangkan data penanggulangan gangguan pendengaran adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2. Program Penanggulangan Gangguan Pendengaran di UPT KIM Propinsi Sumatera Utara Tahun 2011-2013

No Jenis Penyakit Tahun

2011 2012 2013

1 2 3 4 5 6

OMSK (Otitis Media Supurativa Kronic)

Tuli Kongenital

NIHL (Noice Induce Hearing Loss) Presbicusis Lain-lain Pemeriksaan Audiologi 72 4 2 15 218 44 283 20 18 30 177 335 112 18 35 40 177 147

Total 355 863 521

Sumber : UPT KIM Propsu, 2013

Penanggulangan gangguan pendengaran di UPT KIM Propinsi Sumatera Utara selama 3 tahun terakhir juga mengalami fluktuasi. Pada tahun 2011, penanganan pasien gangguan pendengaran sebanyak 355 pasien, tahun 2012 sebanyak 863 pasien, dan tahun 2013 sebanyak 521 pasien.

Balai Kesehatan Mata Masyarakat sejak tahun 1991 dijadikan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat Depkes melalui Keputusan Menkes No. 350a/Menkes/SK/VI/1991 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM). Otonomi daerah berlaku sejak


(24)

tahun 2001, maka 10 BKMM telah diserahkan kepada pemerintah daerah dalam pengelolaannya, melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 909/Menkes/SK/VII/2001 tentang Pengalihan Kelembagaan Beberapa Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Departemen Kesehatan. Dengan adanya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan mata dan telinga dan mendekatkan pelayanan spesialistik ke masyarakat maka BKMM dikembangkan menjadi Balai Kesehatan Indera Masyarakat (BKIM) (Dinkes Provsu, 2010).

Fenomena pemanfaatan pelayanan kesehatan mata dan telinga di UPT KIM oleh penderita gangguan mata secara umum adalah kasus rujukan dari puskesmas se propinsi Sumatera Utara, namun ada kecenderungan pasien yang dirujuk adalah pasien yang berasal dari Kota Medan saja, itupun hanya dari 4 kecamatan (9 puskesmas) yaitu dari Puskesmas Glugur Kota, Puskesmas Pulau Brayan Kota, Puskesmas Sei Agul, Puskesmas Petisah, Puskesmas Darussalam, Puskesmas Rantang, Puskesmas Medan Sunggal, Puskesmas Amplas, dan Puskesmas Lalang. Hal ini diduga karena UPT KIM belum menjalankan fungsinya dengan optimal dalam pelayanan, kegiatan pokok belum terlaksana dengan baik, pendidikan dan pelatihan, peningkatan kemitraan dan bidang pelayanan mata dan telinga di masyarakat, penelitian dan pengembangan.

Data yang diperoleh dari UPT KIM bahwa selama 3 (tiga) tahun terakhir yaitu tahun 2011-2013, jumlah pasien rujukan dari 4 kecamatan (9 puskesmas) mengalami fluktuasi, seperti terlihat pada tabel berikut:


(25)

Tabel 1.3. Data Pasien Rujukan dari 4 Kecamatan (9 Puskesmas) Tahun 2012-2013

No Kecamatan/Puskesmas Tahun

2011 2012 2013

A

B. C.

D.

Medan Barat:

1. Puskesmas Glugur Kota 2. Puskesmas P. Brayan Kota 3. Puskesmas Sei Agul Medan Helvetia : 1. Puskesmas Helvetia Medan Deli:

1. Puskesmas Petisah 2. Puskesmas Darussalam 3. Puskesmas Rantang Medan Sunggal:

1. Puskesmas Sunggal 2. Puskesmas Desa Lalang

381 498 991 798 249 324 172 142 82 420 534 1.030 877 343 229 155 152 76 359 530 970 869 287 251 108 144 72

Jumlah 3.655 3.816 3.591

Sumber : UPT KIM Propsu, 2013

Data menunjukkan bahwa kunjungan pasien rujukan dari 4 kecamatan (9 puskesmas) yang berada paling dekat dengan UPT KIM Propinsi Sumatera Utara di terjadi penurunan kunjungan pasien rujukan selama 3 tahun terakhir. Pada tahun 2011 jumlah kunjungan pasien rujukan sebanyak 3.655 kunjungan, tahun 2012 jumlah kunjungan rujukan sebanyak 3.816 kunjungan sedangkan tahun 2013 menurun menjadi 3.591 rujukan. Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa masih kurangnya sosialisasi yang dilakukan puskesmas untuk merujuk pasien mata dan telinga ke UPT KIM. Hal ini juga diidentifikasi dari tidak ada kerjasama sistem rujukan antara Dinas Kesehatan Kota Medan yang membawahi puskesmas dengan UPT KIM Propinsi Sumatera Utara.


(26)

Rujukan menurut SK Menteri Kesehatan RI Nomor 032/Birhub/72 tahun 1972, yakni melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang berkemampuan cukup, atau secara horisontal dalam arti sesama unit yang setingkat kemampuannya. Rujukan untuk kasus penyakit mata yang tidak dapat ditangani oleh puskesmas sebagai rujukan pelayanan kesehatan perorangan.

Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (horisontal maupun vertikal). Sebaliknya pasien paska rawat inap yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk ke puskesmas (Depkes RI, 2004).

Rujukan pasien mata dan telinga dari puskesmas termasuk dalam rujukan medik. Rujukan medik merupakan rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif), misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah atau rujukan penyakit mata dan telinga ke UPT Kesehatan Indera Masyarakat. Rujukan medik dapat diartikan sebagai pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu menangani secara rasional (Azwar, 2006).


(27)

Dugaan sementara minimnya jumlah pasien yang dirujuk dari 4 kecamatan (9 puskesmas) karena kurangnya kerjasama UPT KIM dengan puskesmas. Kendala yang umum ditemui pada 9 puskesmas tersebut yaitu kurangnya pelatihan tenaga kesehatan khusus mata dan telinga, kurangnya kerjasama dengan program lain dan kader, rendahnya frekuensi kunjungan petugas mata ke sekolah-sekolah, kurangnya perujukan pasien mata ke tempat yang telah ditentukan oleh Dinas Kesehatan. Sebagian petugas kesehatan di puskesmas tidak mensosialisasikan rujukan pasien mata dan telinga ke UPT KIM karena tidak adanya keharusan untuk merujuk pasien ke UPT KIM, bahkan beberapa kasus di puskesmas, pasien sendiri yang meminta dirujuk ke UPT KIM.

Berdasarkan data UPT KIM Provinsi Sumatera Utara bahwa sumber daya manusia berjumlah 113 yang terdiri dari tenaga kesehatan sebanyak 98 orang, dan tenaga non kesehatan sebanyak 15 orang. Jumlah sumber daya manusia tersebut telah memenuhi syarat sebagai UPT standar kelas C. Tetapi jika dilihat dari penurunan jumlah kunjungan pasien rujukan dari puskesmas mengindikasikan bahwa fungsi dan kegiatan pokok UPT KIM Provinsi Sumatera Utara belum berjalan dengan optimal, karena UPT KIM merupakan pusat rujukan untuk pasien mata dan telinga dari seluruh puskesmas yang ada di Sumatera Utara.

Fungsi UPT KIM yaitu menyelenggarakan perencanaan, koordinasi pelaksanaan monitoring dan evaluasi pencegahan, pengobatan dan pelayanan penunjang, pemulihan kesehatan mata dan THT; pengamatan terhadap indra kesehatan masyarakat, pelaksanaan rujukan kesehatan indera masyarakat, pendidikan


(28)

dan pelatihan pegawai, pengembangan teknologi, kemitraan dan sosialisasi serta ketatausahaan UPT KIM. Dari sekian banyak fungsi UPT KIM tersebut, fungsi UPT sebagai tempat rujukan masih belum optimal jika dikaitkan dengan data-data di atas.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin melakukan penelitian tentang sistem manajemen puskesmas dan minat berobat pasien ke UPT Kesehatan Indera Mata dengan memilih judul: “Analisis Fungsi dan Kegiatan Pokok Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesehatan Indra Masyarakat Provsu Sebagai Tempat Rujukan Kesehatan Mata Dan THT (Telinga Hidung Tenggorokan) Tahun 2014”.

1.2 Permasalahan

Rendahnya angka rujukan penderita gangguan penglihatan dan pendengaran ke unit pelayanan teknis (UPT) Kesehatan Indera Masyarakat memunculkan pertanyaan tentang peran dan fungsi UPT Kesehatan Indera Masyarakat. Untuk itu permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana fungsi dan kegiatan pokok Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesehatan Indra Masyarakat Provsu sebagai tempat rujukan kesehatan mata dan THT (Telinga Hidung Tenggorokan) tahun 2014.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis fungsi dan kegiatan pokok Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesehatan Indra Masyarakat Provsu sebagai tempat rujukan kesehatan mata dan THT (Telinga Hidung Tenggorokan) tahun 2014.


(29)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberi masukan kepada Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan upaya rujukan pengobatan mata khususnya pada puskesmas yang berdekatan wilayah dengan Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesehatan Indera Masyarakat Propinsi Sumatera Utara.

2. Memberi masukan kepada Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesehatan Indera Masyarakat Propinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien rujukan dari puskesmas.


(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Manajemen 2.1.1. Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Secara lebih teknis, manajemen diartikan sebagai kiat (gabungan antara seni dan ilmu) mengatur atau mengelola semua sumber daya (manusia dan non manusia) yang dimiliki organisasi, agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efisien (Dessler, 2003).

Pengertian manajemen banyak disampaikan oleh para ahli, namun dalam materi ini hanya akan disampaikan beberapa pendapat ahli manajemen :

1. H. Koontz & O’Donnel (1991) dalam bukunya “Principles of Management”

mengemukakan sebagai berikut : manajemen berhubungan dengan pencapaian sesuatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang-orang lain (Management involves getting things done thought and with people).

2. George R. Terry (1986) dalam bukunya “Principles of Management”

menyampaikan pendapatnya: “manajemen adalah suatu proses yang membeda-bedakan atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya” (Management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating, and controlling,


(31)

utilizing in each both science and art, and followed in order to accomplish predetermined objectives).

3. James A.F. Stoner (1996) dalam bukunya “Manajemen” mengemukakan manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.1.2. Manajemen Rujukan Puskesmas

Penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan harus sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas, perlu ditunjang oleh manajemen Puskesmas yang baik. Manajemen Puskesmas adalah mungkin kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan Puskesmas yang efektif yang efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh Puskesmas membentuk fungsi-fungsi manajemen. Ada tiga fungsi manajemen Puskesmas yang dikenal yakni perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban (pada masa sebelumnya fungsi manajemen ini lebih dikenal dengan P1, P2, P3 yaitu P1 sebagai perencanaan, P2 sebagai penggerakan pelaksanaan dan P3 sebagai pengawasan, pengendalian dan penilaian). Semua fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan.

Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan ini dikembangkan atas dasar Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 032/Birhup/72 tentang pelaksanaan Referral System. Adapun batasan dan pengertian pada Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 sebagai berikut: “Referral System adalah suatu usaha


(32)

pelayanan kesehatan antar pelbagai tingkat unit-unit pelayanan medis dalam suatu daerah tertentu ataupun untuk seluruh wilayah Republik Indonesia”.

Notoatmodjo (2010) mendefenisikan sistem rujukan sebagai suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya). Sederhananya, sistem rujukan mengatur darimana dan harus kemana seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu memeriksakan keadaan sakitnya. Agar sistem rujukan ini dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, maka perlu diperhatikan organisasi dan pengelolanya, harus jelas mata rantai kewenangan dan tanggungjawab dari masing-masing unit pelayanan kesehatan yang terlihat di dalamnya, termasuk aturan pelaksanaan dan kordinasinya.

Analisis perilaku konsumen dalam perencanaan pemasaran merupakan hal yang penting. Demikian juga untuk perencanaan penjualan pelayanan kesehatan diperlukan status kesehatan dan analisis tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan yang ada, baik masa lalu, sekarang dan rencana pelayanan kesehatan masa akan datang (Sabarguna, 2004).

Pembeli atau pengguna jasa memutuskan memberikan suatu penilaian terhadap produk atau jasa dan bertindak atas dasar tersebut. Apakah pembeli puas setelah membelanjakan tergantung kepada penampilan yang ditawarkan dalam hubungannya dengan harapan pembeli. Kotler (2005) mendefenisikan kepuasan pelanggan (customer satisfaction) adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang


(33)

yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang”.

Tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara penampilan yang dirasakan dan harapan. Ada 3 (tiga) tingkat kepuasan yaitu : (a) bila penampilan kurang dari harapan, pelanggan tidak dipuaskan, (b) bila penampilan sebanding dengan harapan, berarti pelanggan puas, (c) apabila penampilan melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang. Kepuasan pelanggan rumah sakit atau organisasi pelayanan kesehatan lain atau kepuasan pasien dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain yang bersangkutan dengan : (a) pendekatan dan perilaku petugas, perasaan pasien terutama saat pertama kali datang, (b) mutu informasi yang diterima seperti : apa yang dikerjakan, apa yang dapat diharapkan, (c) prosedur perjanjian, (d) waktu tunggu, (e) fasilitas umum yang tersedia, (f) fasilitas perhotelan untuk pasien seperti mutu makanan, privacy dan pengaturan kunjungan, (g) outcome terapi dan perawatan yang diterima (Wijono, 2000).

Kepuasan lebih banyak didefenisikan dari perspektif pengalaman konsumen setelah mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk atau jasa saja. Menurut Richard Oliver (1989) yang dikutip oleh Rachim (2008) menjelaskan bahwa kepuasan adalah respon pemenuhan dari konsumen. Kepuasan adalah hasil dari penilaian dari konsumen bahwa produk atau pelayanan telah memberikan tingkat kenikmatan dimana tingkat pemenuhan ini bisa lebih atau kurang.


(34)

2.2. Peran dan Fungsi Unit Pelayanan Teknis (UPT) KIM

Unit Pelayanan Teknis Kesehatan Indera Mata (UPT KIM) memiliki peran melaksanakan pelayanan, pendidikan dan pelatihan teknis, penelitian dan pengembangan, serta peningkatan kemitraan di bidang kesehatan indera masyarakat (Depkes RI, 2007).

Dalam melaksanakan perannya Unit Pelayanan Teknis Kesehatan Indera Mata (UPT KIM) menyelenggarakan fungsi:

a. Perencanaan, koordinasi, pelaksanaan monitoring dan evaluasi pencegahan, pengobatan dan pelayanan penunjang.

b. Perencanaan, koordinasi, pelaksanaan dan evaluasi pemulihan dan peningkatan fungsi penglihatan/pendengaran dan kebutaan/ketulian.

c. Pengamatan terhadap masalah kesehatan indera masyarakat.

d. Perencanaan, koordinasi, pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan rujukan kesehatan indera masyarakat.

e. Perencanaan, koordinasi, pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan pelatihan tenaga kesehatan dan non kesehatan di bidang kesehatan indera masyarakat.

f. Perencanaan, koordinasi, pelaksanaan dan evaluasi penelitian dan pengembangan teknologi tepat guna di bidang indera masyarakat.

g. Perencanaan, koordinasi, pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan kemitraan dan sosialisasi kesehatan indera masyarakat.


(35)

h. Pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan Unit Pelayanan Teknis Kesehatan Indera Mata (UPT KIM).

2.3. Kegiatan Pokok UPT KIM

Berdasarkan Pedoman Kerja UPT Kesehatan Indera Masyarakat (UPT KIM) sesuai dengan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 37 tahun 2010, kegiatan UPT KIM dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu: kegiatan manajemen, kegiatan medis, dan kegiatan tambahan. Uraian dari masing-masing kegiatan tersebut sebagai berikut:

1. Kegiatan Manajemen a. Perencanaan

1) Rencana Jangka Panjang (5 tahun) 2) Rencana Jangka Menengah (Tahunan)

3) Rencana Jangka Pendek (Rencana Pelaksanaan Kegiatan/RPK) b. Penggerakan Pelaksanaan

Upaya-upaya dilakukan melalui:

1) Rapat rutin UPT KIM, yang dilaksanakan dalam lingkungan UPT Kesehatan Indera Masyarakat:

a) Dipersiapkan oleh Kepala sub Bagian Tata Usaha dan dipimpin oleh Kepala UPT KIM, dengan melibatkan pimpinan-pimpinan unit fungsional dan staf Penting lainnya.


(36)

b) Pada awal tahun untuk penyusunan rencana tahunan, lima tahunan atau jangka Panjang.

c) Pada setiap akhir bulan dalam tahun anggaran berjalan untuk pemantauan dan penyusunan rencana kegiatan bulanan.

2) Rapat koordinasi dengan lintas sektoral:

a) Dapat diselenggarakan secara rutin ataupun menurut kebutuhan

b) Melibatkan berbagai sektor terkait, Profesi, LSM ataupun sasaran potensial lainnya.

c) Diselenggarakan dalam upaya advokasi ataupun untuk tujuan lainnya. 3) Pemberdayaan masyarakat

a) Bertujuan untuk melibatkan masyarakat secara aktif, sebagai sasaran maupun sebagai pendukung pelaksanaan pelayanan.

b) Diselenggarakan melalui advokasi, penyuluhan ataupun cara-cara penggerakan lainnya.

c) Mengoptimalkan tugas dan fungsi perawat mahir indera setempat. 4) Pelaksanaan kegiatan, yang disesuaikan dengan rencana implementasi

kegiatan dalam rencana tahunan, yang diuraikan dalam kegiatan bulanan' 5) Apabila rencana lima tahunan dapat disusun, maka sudah dirinci ke dalam

rencana tahunan dan rencana pelaksanaan kegiatan bulanannya. c. Pengendalian, Pengawasan dan Penilaian

1) Pengendalian, pengawasan dan penilaian dilakukan sesuai dengan rencana. Dilaksanakan dalam kegiatan pengendalian, bimbingan teknis,


(37)

pemantauan/monitoring, penilaian/evaluasi, oleh Kepala UPT Kesehatan Indera Masyarakat dan atau Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Bimbingan teknis dapat ditujukan untuk kegiatan pelayanan atau administrasi.

2) Konsultasi ke Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat cq. Direktorat Bina Kesehatan Komunitas (Sub Dit Bina Upaya Kesehatan Indera dan Usila).

d. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk merekam kegiatan dan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan serta diharapkan secara potensial dapat berperan banyak dalam proses manajemen di UPT Kesehatan Indera Masyarakat, mulai dari perencanaan (Pl), Penggerakan Pelaksanaan (P2) sampai dengan Penilaian (P3).

Variabel yang dicatat adalah sesuai dengan kebutuhan UPT Kesehatan Indera Masyarakat, sementara variabel yang dilaporkan hendaknya mengacu kepada informasi yang dibutuhkan.

Kegiatan pencatatan dan pelaporan: 1) Variabel yang dicatat dan dilaporkan:

a) Variabel yang dicatat dapat dikembangkan sesuai indikator yang digunakan dalam menjalankan fungsi manajemen di Balai Kesehatan Indera Masyarakat.


(38)

b) Variabel yang dilaporkan adalah variabel-variabel yang berkaitan dengan indikator yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi manajemen pada setiap jenjang administrasi.

2) Instrumen

a) Instrumen pencatatan dapat berupa:

(1) Kartu-kartu antara lain: Kartu Tanda pengenal pengunjung, Kartu Status Penderita Rawat Jalan, Kartu Status Penderita- Rawat Sehari. (2) Register-register: antara lain Register Nomor Index pengunjung,

Register Kunjungan, Register Rawat sehari, Register pelayanan Luar Gedung, Kegiatan pelayanan Kesehatan Masyarakat, dan lain-lain. b) Instrumen pelaporan yang terdiri dari:

(1) Formulir laporan triwulan yang berisi: kegiatan medis dan non medis, hasil kegiatan dalam dan luar gedung serta laporan pemakaian dan penerimaan obat.

(2) Formulir laporan tahunan yang berisi: rekapitulasi laporan triwulan dan keadaan sarana/prasarana.

3) Mekanisme pencatatan dan pelaporan a) Alur pencatatan

(1) Pencatatan kegiatan dan hasil kegiatan dilakukan oleh petugas pelaksana pada setiap unit pelayanan UPT Kesehatan Indera Masyarakat baik di dalam gedung maupun di luar gedung.


(39)

(2) Hasil pencatatan dipindahkan ke dalam buku register oleh staf pelaksana dan pencatatan pelaporan

b) Alur pelaporan

(1) Kegiatan dan hasil kegiatan yang tercatat dalam register, setiap bulan direkapitulasi untuk keperluan manajemen UPT Kesehatan Indera Masyarakat dan bahan pelaporan.

(2) Setiap 3 (tiga) bulan dan setiap tahun. kegiatan dan hasil kegiatan UPT Kesehatan lndera Masyarakat direkapitulasi untuk dipindahkan ke dalam format laporan yang tersedia. Laporan disampaikan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan tembusan ke Direktorat Bina Kesehatan Komunitas Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat (cq Sub Direktorat Bina Upaya Kesehatan Indera dan Usila).

(3) Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktorat Bina Kesehatan Komunitas, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat (cq Sub Direktorat Bina Upaya Kesehatan Indera dan Usila) akan memberikan umpan balik untuk peningkatan kinerja UPT KlM.

2. Kegiatan Medis

a. Kegiatan Pelayanan Medis 1) Rawat jalan

Pelayanan rawat jalan diberikan di dalam dan luar gedung UPT Kesehatan Indera Masyarakat, meliputi:


(40)

a) Melakukan pemeriksaan dan tindakan medik mata dasar (refraksi) dan telinga dasar.

b) Melakukan penanganan lanjut terhadap pasien rujukan dari Puskesmas dan Rumah Sakit.

c) Melakukan pemeriksaan dan tindakan medik mata dan telinga spesialistik yang sesuai Standar Pelayanan Profesi, meliputi:

(1) Pemeriksaan segmen depan mata (2) Pemeriksaan segmen belakang mata

(3) Pemeriksaan khusus tonometri, gonioskopi, kampimetri (4) Pemeriksaan telinga luar dan telinga dalam

(5) Pemeriksaan penunjang diagnostik lainnya (6) Perawatan pra bedah

(7) Tindakan bedah sedang dan besar (8) Perawatan pasca bedah:

(a) Katarak

i. Pemeriksaan tajam penglihatan 1 hari, 1 minggu dan 4-8 minggu pasca bedah

ii. Perawatan lanjut bila ditemukan komplikasi pasca bedah dan merujuk ke tingkat pelayanan tersier bila diperlukan.

(b) Glaukoma

Pemeriksaan pasca bedah berkala secara teratur yang meliputi: i. Tajam penglihatan


(41)

ii. Tekanan bola mata

iii. Pemeriksaan lapang pandang iv. Pemeriksaan funduskopi

v. Perawatan lanjut bila ditemukan komplikasi pasca bedah dan merujuk ke tingkat pelayanan tersier bila diperlukan.

(c) Timpanoplasti (d) Mastoidektomi (e) Mirigoplasti

d) Perawatan pasca bedah lainnya sesuai standar operasional prosedur. e) Rujukan

(a) Menerima rujukan kasus/spesimen laboratorium untuk mata dan telinga dari Puskesmas, Rumah Sakit dan praktek swasta.

(b) Merujuk kasus/spesimen laboratorium ke sub spesialis/ laboratorium yang lebih mampu.

(c) Rujukan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

(d) Merujuk masalah kesehatan Indera masyarakat yang tidak dapat ditanggulanginya kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Provinsi dan Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan


(42)

2) Perawatan satu hari ("One Day Care")

Pelayanan operasi katarak dan glaukoma atau timpanoplasti, mastoidektomi dan miringoplasti diikuti dengan observasi selama 1 (satu) hari baik di dalam gedung maupun di luar gedung UPT KlM.

3) Asuhan Keperawatan.

a) Melaksanakan asuhan keperawatan kepada sasaran individu, keluarga, dan masyarakat dalam bidang kesehatan indera.

b) Mendukung penyelenggaraan surveilans epidemiologi kesehatan indera dan upaya tindak lanjutnya dengan pendekatan proses keperawatan. 4) Rehabilitasi

Upaya perbaikan fungsi penglihatan dan pendengaran pada kasus-kasus: Kelainan refraksi dengan pemberian kacamata/lensa kontak operasi katarak dengan pemberian Lensa Intra Okuler/Intra Ocular Lens (IOL) atau kacamata aphakia. Gangguan pendengaran dengan pemberian alat bantu dengar Operasi Mastoidektomi.

5) Penunjang Medik

a) Pemeriksaan laboratorium klinik (rutin dan khusus) b) Pemeriksaan biometri

c) Pemeriksaan lapang pandangan d) Pemeriksaan USG mata dan telinga. e) Pemeriksaan Autokeratometri


(43)

f) Pemeriksaan Audiometer g) Lain-lain

6) Pelayanan Penunjang

a) Instalasi/Depo Farmasi UPT Kesehatan Indera Masyarakat. Menyediakan obat-obatan untuk penyakit mata dan telinga.

b) Konseling

Kegiatan konseling dilakukan terhadap pasien, keluarga atau pihak lain yang memerlukan perhatian terhadap kesehatan Indera dengan tujuan memberikan dukungan sosial dan psikologis dalam pengambilan keputusan secara mandiri.

b. Kegiatan Kesehatan Masyarakat

Kegiatan Kesehatan Masyarakat yang dapat dilakukan oleh UPT Kesehatan Indera Masyarakat, antara lain:

1) Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KlE)

KIE diberikan kepada sasaran potensial, pasien, keluarga dan petugas baik di dalam gedung maupun di luar gedung untuk merubah pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat, dalam rangka memberdayakan sasaran. Pemberdayaan sasaran melalui proses:

a) Pemasaran Sosial

b) Seminar-seminar bagi profesi dan masyarakat umum

c) Pembuatan media komunikasi dan pendistribusiannya (leaflet, booklet, brosur, dan lain-lain)


(44)

d) Menjalin kerjasama dengan badan-badan/institusi yang memiliki jaringan pemasaran yang luas.

e) Mendorong penyebarluasan informasi melalui komunikasi dari seorang kepada lainnya : "Word of Mouth" (gethok-tular), yang hanya berhasil kalau Balai Kesehatan Indera Masyarakat bisa memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan.

2) Advokasi

Advokasi yaitu melakukan pendekatan kepada para pengambil keputusan/ penyandang dana. Pendekatan terhadap para pengambil keputusan/ kebijakan sektor terkait di setiap tingkat pemerintahan untuk masing-masing tatanan dilakukan untuk memperoleh dukungan/kesepakatan baik berupa dukungan lisan maupun tertulis dalam bentuk surat edaran/ himbauan, dana maupun tindakan yang mendukung upaya kesehatan indera.

3) Melibatkan partisipasi masyarakat a) Mengidentifikasi masalahnya.

b) Mencari pertolongan secara tepat dan cepat

c) Bekerjasama dengan petugas kesehatan untuk menyelesaikan masalahnya.

d) Keterlibatan masyarakat/LSM untuk mendukung upaya-upaya UPT Kesehatan Indera Masyarakat,d dilakukan melalui advokasi surveillance epidemiologi secara terarah dan berkesinambungan.


(45)

4) Surveilans epidemiologi kesehatan indera masyarakat dan tindak lanjutnya Surveilans epidemiologi adalah kegiatan pengamatan berkelanjutan terhadap kecenderungan dan penyebaran kasus baru (insidens) melalui pengumpulan, pengolahan, dan evaluasi laporan kesakitan, kematian, dan data lainnya.

Kegiatan Surveilans Epidemiologi yang dapat dilaksanakan di UPT Kesehatan lndera Masyarakat berupa:

a) Pengumpulan data untuk mendapatkan angka insidensi penyakit mata seperti katarak, kelainan refraksi, glaukoma, xeroftalmia dan lain-lain serta penyakit telinga seperti OMSK, tuli bawaan, gangguan pendengaran akibat bising/NlHL, Presbikusis dan lain-lain menurut umur, wilayah, pendidikan, status ekonomi dan lain-lain.

b) Mengolah, menganalisis dan menginterpretasikan data.

c) Merekomendasikan hasil interpretasi data untuk membuat perencanaan selanjutnya.

5) Bimbingan teknis (pembinaan) kesehatan indera masyarakat

Bimbingan teknis kesehatan indera masyarakat meliputi kegiatan KlE, advokasi, surveilans kesehatan Indera dan tindak lanjutnya.

Kegiatan luar gedung (outreach services)

a) Eye camp

Kegiatan pemeriksaan kesehatan mata dan pelaksanaan operasi katarak serta pemeriksaan kesehatan telinga bekerja sama dengan sarana


(46)

kesehatan yang dekat dengan sasaran (RS Kabupaten, Puskesmas Tempat Perawatan, dan lain-lain)

b) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), bekerjasama dengan Puskesmas dan Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) dalam melaksanakan:

(1) Pemeriksaan visus, refraksi dan gangguan pendengaran anak sekolah.

(2) Memberikan rekomendasi untuk pembelian kacamata dan alat bantu dengar.

7) Pendidikan, merupakan tempat pendidikan, tempat alih teknologi dalam bidang kesehatan Indera masyarakat bagi:

a) Dokter spesialis mata dan THT b) Residen mata dan THT

c) Petugas-petugas UPT KIM d) Mahasiswa Fakultas Kedokteran e) Mahasiswa ARO

f) Mahasiswa Audiologi g) Mahasiswa Akper h) Perawat

8) Melaksanakan pelatihan kesehatan Indera Masyarakat, baik untuk tenaga kesehatan maupun non kesehatan (lintas sektor, LSM, Masyarakat/kader, dan lain-lain). Macam pelatihan yang dapat dilaksanakan.


(47)

a) Pelatihan Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (PGPK) dengan peserta: Dokter dan perawat Puskesmas dan bahan acuan: Modul pelatihan Kesehatan Indera Penglihatan bagi dokter dan perawat.

b) Pelatihan Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (PGP Ketulian) dengan peserta: Dokter dan perawat Puskesmas dan bahan acuan: Modul pelatihan Kesehatan Indera Pendengaran dan Ketulian bagi dokter dan perawat.

c) Pelatihan Penanggulangan Kebutaan Katarak Paripurna (PKKP), dengan peserta: perawat dari Puskesmas tempat perawatan dan bahan acuan: Modul pelatihan PKKP.

d) Pelatihan Kelainan Refraksi, dengan peserta: Guru UKS, murid SD, petugas kesehatan Puskesmas, dan bahan acuan: Modul pelatihan kelainan refraksi.

e) Pelatihan kader untuk penjaringan kasus dalam rangka penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan serta penanggulangan gangguan pendengaran dan ketulian dan bahan acuan: Modul pelatihan Kader. 9) Melaksanakan penelitian kesehatan Indera, yang dapat dilaksanakan

sendiri atau bekerjasama dengan unit lain, seperti Fakultas kedokteran setempat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Puslitbangkes), dan lain-lain.


(48)

3. Kegiatan Tambahan a. Produksi kacamata

Memproduksi kacamata dengan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan dan harga yang terjangkau oleh semua golongan masyarakat, khususnya golongan masyarakat berpenghasilan rendah.

b. Produksi obat tetes mata lokal

Memproduksi obat tetes mata lokal untuk keperluan UPT KIM dengan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan dan harga terjangkau oleh semua golongan masyarakat, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah.

2.4. Rujukan

Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam Sistem kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan (Trisnantoro, 2005).

Rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik, terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam arti dari unit yang terkecil atau berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horisontal atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.


(49)

Rujukan secara konseptual terdiri dari 2 jenis yaitu:

1. Rujukan upaya kesehatan perorangan yang pada dasarnya menyangkut masalah medik perorangan yang antara lain meliputi:

a. Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operasional dan lain-lain.

b. Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang lebih lengkap.

c. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan, memberi pelayanan, ahli pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kualitas pelayanan.

2. Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang meluas meliputi:

a. Rujukan sarana berupa antara lain bantuan laboratorium dan teknologi kesehatan.

b. Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan sebab dan asal usul penyakit atau kejadian luar biasa suatu penyakit serta penanggulangannya pada bencana alam, gangguan kamtibmas, dan lain-lain.

c. Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan pada saat terjadi bencana, pemeriksaan bahan (spesimen) bila terjadi keracunan masal, pemeriksaan air minum penduduk, dan sebagainya.


(50)

Jalur rujukan terdiri dari dua jalur, yakni: 1. Rujukan upaya kesehatan perorangan

a. Antara masyarakat dengan puskesmas

b. Antara puskesmas pembantu atau bidan di desa dengan puskesmas c. Intern petugas puskesmas atau puskesmas rawat inap

d. Antar puskesmas atau puskesmas dengan rumah sakit atau fasilitas pelayanan lainnya.

2. Rujukan upaya kesehatan masyarakat yaitu:

a. Dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten atau kota

b. Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral maupun lintas sektoral

c. Bila rujukan di tingkat kabupaten atau kota masih belum mampu menanggulangi, bisa diteruskan ke provinsi atau pusat (Trihono, 2005).

Berdasarkan tingkat pelayanan kesehatan maka jenjang pelayanan kesehatan dibedakan atas lima, yaitu:

1. Tingkat rumah tangga

Pelayanan kesehatan oleh individu atau oleh keluarga sendiri. 2. Tingkat masyarakat

Kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka sendiri, misalnya: posyandu, polindes, POD, saka bakti husada, dan lain-lain.


(51)

3. Fasilitas pelayanan tingkat pertama

Upaya kesehatan tingkat pertama yang dilakukan puskesmas dan unit fungsional di bawahnya, praktek dokter swasta, bidan swasta, dokter keluarga dan lain-lain. 4. Fasilitas pelayanan tingkat kedua

Upaya kesehatan tingkat kedua (rujukan spesial) oleh balai: balai pengobatan penyakit paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat (BKMM), balai kesehatan kerja masyarakat (BKKM), balai kesehatan olah raga masyarakat (BKOM), sentra pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional (SP3T), rumah sakit kabupaten atau kota, rumah sakit swasta, klinik swasta, dinas kesehatan kabupaten atau kota, dan lain-lain.

5. Fasilitas pelayanan tingkat ketiga

Upaya kesehatan tingkat ketiga (rujukan spesialis lanjutan atau konsultan) oleh rumah sakit provinsi atau pusat atau pendidikan, dinas kesehatan provinsi dan departemen kesehatan.

Syarat rujukan adalah sebagai berikut:

1. Rujukan harus dibuat oleh orang yang mempunyai kompetensi dan wewenang untuk merujuk, mengetahui kompetensi sasaran/tujuan rujukan dan mengetahui kondisi serta kebutuhan objek yang dirujuk.

2. Rujukan dan rujukan balik mengacu pada standar rujukan pelayanan medis Daerah

3. Agar rujukan dapat diselenggarakan tepat dan memadai, maka suatu rujukan hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :


(52)

a. Adanya unit yang mempunyai tanggungjawab dalam rujukan, baik yang merujuk atau yang menerima rujukan.

b. Adanya Tenaga kesehatan yang kompeten dan mempunyai kewenangan melaksanakan pelayanan medis dan rujukan medis yang dibutuhkan.

c. Adanya pencatatan/kartu/dokumen tertentu berupa : 1) Formulir rujukan dan rujukan balik sesuai contoh. 2) Kartu Jamkesmas, Jamkesda dan kartu Asuransi lain. 3) Pencatatan dan dokumen hasil pemeriksaan penunjang

d. Adanya pengertian timbal balik antara pengirim dan penerima rujukan. e. Adanya pengertian petugas tentang sistem rujukan.

f. Rujukan dapat bersifat horizontal dan vertikal, dengan prinsip mengirim ke arah fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan lengkap.

4. Untuk menjamin keadaan umum pasien agar tetap dalam kondisi stabil selama perjalanan menuju ke tempat rujukan, maka :

a. sarana transportasi yang digunakan harus dilengkapi alat resusitasi, cairan infus, oksigen dan dapat menjamin pasien sampai ke tempat rujukan tepat waktu;

b. pasien didampingi oleh tenaga kesehatan yang mahir tindakan kegawat daruratan;

c. sarana transportasi/petugas kesehatan pendamping memiliki sistem komunikasi;


(53)

5. Rujukan pasien/specimen ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi dan atau lengkap hanya dapat dilakukan apabila :

a. berdasarkan hasil pemeriksaan medis, sudah terindikasi bahwa keadaan pasien tidak dapat diatasi;

b. pasien memerlukan pelayanan medis spesialis dan atau subspesialis yang tidak tersedia di fasilitas pelayanan semula;

c. pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih lengkap yang tidak tersedia di fasilitas pelayanan semula;

d. pasien atau keluarganya menyadari bahwa rujukan dilaksanakan karena alasan medis;

e. rujukan dilaksanakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang diketahui mempunyai tenaga dan sarana yang dibutuhkan menurut kebutuhan medis atau penunjang medis sesuai dengan rujukan kewilayahan;

f. rujukan tanpa alasan medis dapat dilakukan apabila suatu rumah sakit kelebihan pasien (jumlah tempat tidur tidak mencukupi);

g. rujukan sebagaimana dimaksud huruf f dirujuk ke rumah sakit yang setara atau sesuai dengan jaringan pelayanannya;

h. khusus untuk pasien Jamkesda dan pemegang Asuransi Kesehatan lainnya, harus ada kejelasan tentang pembiayaan rujukan dan pembiayaan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tujuan Rujukan


(54)

i. khusus untuk pasien Jamkesda hanya dapat dirujuk ke rumah sakit yang setara yaitu ke PPK1 atau PPK 2 lainnya yang mengadakan kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota;

6. Fasilitas Pelayanan Kesehatan/tenaga kesehatan dilarang merujuk dan menentukan tujuan rujukan atas dasar kompensasi/imbalan dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Adanya perbedaan dan persamaan klasifikasi, wilayah dan kemampuan tiap sarana kesehatan yang ada di Provinsi perlu disusun alur rujukan pasien secara umum, kecuali bagi rujukan kasus kegawatdaruratan atau rujukan khusus. Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam alur rujukan yaitu:

1. Klasifikasi Fasilitas Kesehatan

Rumah Sakit Umum Provinsi dengan klasifikasi B sebagai rujukan bagi Rumah Sakit Umum Kabupaten/Kota dengan klasifikasi C atau D atau sarana kesehatan lain, termasuk Rumah Sakit Angkatan Darat, Rumah Sakit Bhayangkara dan Swasta di Provinsi/Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten/Kota kelas C yang telah mempunyai 4 spesialis dasar dapat menjadi tujuan rujukan dari Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten /Kota kelas D terdekat yang belum mempunyai spesialisasi yang dituju dan Puskesmas. Puskesmas sebagai tujuan rujukan utama Puskesmas Pembantu, Polindes/ Poskesdes dan masyarakat di wilayahnya.

2. Lokasi / Wilayah Kabupaten/Kota

Berdasarkan hasil pemetaan wilayah rujukan masing-masing Kabupaten/Kota, tujuan rujukan bisa berdasarkan lokasi geografis sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan terdekat.


(55)

3. Koordinasi unsur-unsur pelaksana Teknis

Unsur-unsur pelaksana teknis rujukan lain sebagai sarana tujuan rujukan yang dapat dikoordinasikan di tingkat, antara lain: Balai Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BLKM), Rumah Sakit Jiwa (RS Jiwa), Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).

Alur rujukan kasus kegawatdaruratan: 1. Dari Kader

Dapat langsung merujuk ke: a. Puskesmas pembantu b. Bidan di desa

c. Puskesmas rawat inap

d. Rumah sakit swasta / RS pemerintah 2. Dari Posyandu

Dapat langsung merujuk ke: a. Puskesmas pembantu b. Bidan di desa

Alur sistem rujukan regional

1. Pelayanan kesehatan rujukan menerapkan

Pelayanan berjenjang yang dimulai dari Puskesmas, kemudian kelas C, kelas D selanjutnya RS kelas B dan akhirnya ke RS kelas A.

2. Pelayanan kesehatan rujukan dapat berupa rujukan rawat jalan dan rawat inap yang diberikan berdasarkan indikasi medis dari dokter disertai surat rujukan,


(56)

dilakukan atas pertimbangan tertentu atau kesepakatan antara rumah sakit dengan pasien atau keluarga pasien. yang telah ditetapkan Yang dimaksud dengan antar region yang telah ditetapkan. Sedangkan yang dimaksud dengan region yang telah ditetapkan. Misalnya, RS A merujuk pasiennya ke RS B karena pertimbangan waktu, jarak atau karena pertimbangan lainnya yang disepakati antara rumah sakit dengan pasien atau keluarga pasien.

Gambar 2.1. Bagan Alur Rujukan Sumber: Petunjuk Teknis Sistem Rujukan Pelayanan kesehatan


(57)

2.5 Landasan Teori

Dewasa ini, tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang lebih baik sangatlah tinggi. Hal ini mengharuskan Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya untuk lebih mengembangkan diri terhadap secara tahap demi tahap sehingga mutu pelayanan kesehatan dapat mengikuti tuntutan masyarakat (Azwar, 2006). Apabila puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, misalnya penyakit mata maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik horisontal maupun vertikal). Sebaliknya pasien paska rawat inap yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk ke puskesmas (Depkes RI, 2004).

Meningkatnya jumlah penderita gangguan mata saat ini di puskesmas tetapi menurunnya minat pasien gangguan mata berobat ke tempat rujukan seperti UPT Kesehatan Indra Masyarakat Propinsi Sumatera Utara disebabkan oleh berbagai kendala baik secara teknis maupun masalah organisasi. Kendala yang dihadapi seperti kurangnya pelatihan tenaga kesehatan khusus mata, kurangnya kerjasama dengan program lain dan kader, rendahnya frekuensi kunjungan petugas mata ke sekolah-sekolah, kurangnya perujukan pasien mata ke tempat yang telah ditentukan oleh Dinas Kesehatan, kurangnya minat pasien berobat ke tempat pelayanan yang telah ditentukan. Hal tersebut menunjukkan sistem manajemen di puskesmas tersebut belum optimal.

Unit Pelayanan Teknis Kesehatan Indera Mata (UPT KIM) memiliki peran melaksanakan pelayanan, pendidikan dan pelatihan teknis, penelitian dan


(58)

pengembangan, serta peningkatan kemitraan di bidang kesehatan indera masyarakat (Depkes RI, 2007). Berdasarkan Pedoman Kerja UPT Kesehatan Indera Masyarakat (UPT KIM) sesuai dengan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 37 tahun 2010, kegiatan UPT KIM dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu: kegiatan manajemen, kegiatan medis, dan kegiatan tambahan.

2.6. Kerangka Berfikir

Berdasarkan paparan pada teori kepustakaan di atas dapat dibuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

`

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Fungsi UPT KIM: 1. Pelayanan

2. Diklat Teknis 3. Litbang 4. Kemitraan

UPT KIM sebagai tempat rujukan kesehatan mata dan

THT Kegiatan pokok UPT:

1. Manajemen 2. Teknis 3. Tambahan


(59)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus. Kirk dan Miller mendefenisikan penelitian kualitatif sebagai suatu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Sedangkan studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu (Moleong, 2013).

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Dalam penelitian ini akan digali informasi sebanyak-banyaknya dan secara detail tentang fungsi dan kegiatan pokok UPT Kesehatan Indera Masyarakat sebagai tempat rujukan kesehatan mata dan THT.

Penelitian kualitatif terdiri dari 3 tahapan yaitu proses deskripsi, tahap reduksi/fokus, dan tahap seleksi. Tahap deskripsi yaitu mendeskripsinya apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan ditanyakan. Tahap reduksi/fokus yaitu peneliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu. Pada tahap ini peneliti menyortir data


(60)

dengan cara memilih mana data yang menarik, penting, berguna, dan baru sedangkan data yang dirasa tidak dipakai disingkirkan. Tahap seleksi yaitu peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci (Sugiyono, 2013)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Unit Pelayanan Teknis Kesehatan Indera Masyarakat (UPT KIM) Propinsi Sumatera Utara. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah :

1. Menurunnya jumlah kunjungan pasien rujukan dari puskesmas.

2. Belum pernah dilakukan penelitian sebelum dengan judul yang sama dengan penelitian ini.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus 2013 sampai dengan bulan Agustus 2014.

3.3. Informan Penelitian

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tenang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2013). Dalam penelitian ini, penentuan informan dilakukan secara snowball sampling. Menurut Sugiyono (2013)

snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada


(61)

jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian, jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar.

Informan dalam penelitian ini sebanyak 8 orang, yaitu Kepala Dinas Kesehatan Provsu, Kepala UPT Kesehatan Indera Masyarakat, Kepala Subbag Tata Usaha, Penanggung Jawab Urusan Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi Diklat serta pelayanan Masyarakat, Penanggung Jawab Pelayanan Mata, Penanggung Jawab Pelayanan Mata THT, Kepala Puskesmas Sei Agul, dan Kepala Puskesmas Rantang Medan.

Dalam penelitian ini yang penting bagi peneliti bukan banyak dan sedikitnya jumlah informan, melainkan peneliti lebih mengutamakan kualitas informan. Dalam arti, lebih menguasai informasi yang ingin diperoleh dari daerah penelitian. Oleh sebab itu peneliti memungkinkan untuk mengambil informan dengan jumlah banyak berdasarkan asas kedalaman penggalian informan tentang fungsi dan kegiatan pokok unit pelayanan teknis (UPT) Kesehatan Indera Masyarakat Provinsi Sumatera Utara sebagai tempat rujukan kesehatan mata dan THT.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan penting dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Oleh karena itu, tahap ini tidak boleh salah dan


(62)

harus dilakukan dengan cermat sesuai prosedur dan ciri-ciri penelitian kualitatif. Sebab, kesalahan atau ketidaksempurnaan dalam metode pengumpulan data akan berakibat fatal, yakni berupa data yang tidak credible, sehingga hasil penelitiannya tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam secara terstruktur dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Kepala UPT Kesehatan Indera Masyarakat, Kepala Subbag Tata Usaha, Penanggung Jawab Urusan Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi Diklat serta pelayanan Masyarakat, Penanggung Jawab Pelayanan Mata, Penanggung Jawab Pelayanan Mata THT, Kepala Puskesmas Sei Agul, dan Kepala Puskesmas Rantang Medan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data-data dan laporan-laporan yang terkait di UPT Kesehatan Indera Masyarakat.

Standar khusus pengumpulan data yang perlu dipenuhi sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif sesuai pendapat Moleong (2013), yakni melakukan setidak-tidaknya triangulasi metode dan triangulasi sumber data. Triangulasi metode dilakukan dengan cara wawancara mendalam yang terstruktur, telah dokumen dan observasi sehingga kebenaran data yang diperoleh melalui suatu metode dapat dicek dengan data yang diperoleh melalui metode lain. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Sedangkan triangulasi sumber data dilakukan dengan cara wawancara beberapa informan sehingga didapat data yang relevan.


(63)

Triangulasi dengan metode menurut Patton (1987) dalam Moleong (2013) terdapat dua strategi yaitu: 1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data, dan 2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Sedangkan triangulasi dengan sumber data dapat dicapai dengan 1)Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, 2)Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, 3)Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, 4)membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, 5)membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Adapun teknis atau cara dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Wawancara mendalam

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada informan. Wawancara mendalam dilakukan secara bebas terkontrol artinya wawancara dilakukan secara bebas sehingga data yang diperoleh adalah data yang luas dan mendalam, tetapi masih memperhatikan unsur terpimpin yang memungkinkan masih terpenuhinya prinsip-prinsip komparabilitas dan reliabilitas secara


(64)

langsung dapat diarahkan dan memihak pada persoalan-persoalan yang diteliti. Walaupun draft wawancara digunakan dalam wawancara ini, akan tetapi dalam pelaksanaannya wawancara dibuat bervariasi dan disesuaikan dengan situasi yang ada, sehingga tidak kaku.

Dalam teknik pengumpulan data dengan observasi, maka dalam wawancara ini pun hasilnya dicatat dan direkam untuk menghindari terjadinya kesesatan

‘recording’. Di samping itu peneliti juga menggunakan teknik ulangan (recall)

yaitu menggunakan pertanyaan yang sama tentang suatu hal. Ini dimaksudkan untuk memperoleh kepastian jawaban dari responden. Apabila hasil jawaban pertama dan selanjutnya sama, maka data dapat disebut sudah final.

Menurut Singarimbun (1989), interview atau wawancara adalah suatu proses tanya jawab antara dua orang atau lebih secara langsung baik terstruktur maupun tidak terstruktur atau dilakukan dengan persiapan maupun tanpa persiapan terlebih dahulu sehingga antara pertanyaan dengan jawaban dapat diperoleh secara langsung dalam suatu konteks kejadian secara timbal balik. Dengan demikian wawancara dalam penelitian merupakan proses interaksi komunikasi antara peneliti dengan subjek penelitian, informan, maupun informan kunci (key informan) dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung untuk memperoleh data atau informasi.

2. Observasi

Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya


(65)

merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Bungin (2007) mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu; a)Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan dimana peneliti terlihat dalam keseharian informan; b)observasi tidak berstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan; c)Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian.

Berdasarkan teori menurut Bungin di atas, maka bentuk observasi yang diterapkan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi (participant

observation) yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan hasil pencatatan dan penginderaan fungsi dan kegiatan pokok Unit Pelayanan Teknis Kesehatan Indera Masyarakat sebagai tepat rujukan kesehatan mata dan THT.


(66)

3. Analisis dokumen

Pengumpulan data melalui teknik ini dimaksudkan untuk melengkapi hasil data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi. Dengan analisis dokumen ini diharapkan data yang diperlukan menjadi benar-benar valid. Dokumen yang dapat dijadikan sumber antara lain foto, laporan penelitian, buku-buku yang sesuai dengan penelitian, dan data tertulis lainnya.

3.5. Metode Analisis Data

Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2013) menyatakan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Metode analisis data dalam penelitian kualitatif jenis studi kasus ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian secara teoritis, kemudian teori tersebut dianalisis sesuai dengan temuan di lapangan dan data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara. Dengan teknik analisa kualitatif, peneliti akan menjabarkan hasil penelitian dan melakukan pembahasan hanya dengan menguraikannya dalam kalimat-kalimat. Adapun langkah-langkah analisis data pada studi kasus, yaitu:


(67)

1. Mengorganisir informasi

2. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode

3. Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya.


(68)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Singkat Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesehatan Indra Masyarakat Propinsi Sumatera Utara

Pada awalnya UPT Kesehatan Indera Masyarakat (UPT KIM) Propinsi Sumatera Utara bernama pra Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) yang dibentuk pada tahun 1995 oleh Kanwil Depkes RI propinsi Sumatera Utara dengan dukungan pemerintah daerah serta LSM Helen Keller International (HKI). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 442/Menkes/SK/VI/1999 menjadi Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Propinsi Sumatera Utara menjadi Unit Pelaksana Teknis/UPT kesehatan Mata Departemen Kesehatan RI yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Ditjen Binkesmas Departemen Kesehatan.

Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang diikuti dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 909/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pengalihan Kelembagaan beberapa Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Departemen Kesehatan menjadi perangkat daerah. Sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 tahun 2001 dan diikuti dengan Peraturan Gubsu No. 061-437.K/tahun 2002 tentang tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Kesehatan serta organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang kesehatan mata Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara dan dipimpin oleh seorang kepala.


(69)

Unit Pelayanan Teknis Badan Kesehatan Mata Masyarakat (UPT BKMM) berubah nama menjadi Unit Pelayanan Teknis Kesehatan Indera Masyarakat berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 37 tahun 2010 pada tahun 2011. Unit Pelayanan Teknis Kesehatan Indera Masyarakat (UPT KIM) Propinsi Sumatera Utara terletak di Jalan Kapten Sumarsono Nomor 1 Medan. Kepemilikan UPT KIM adalah Pemerintah Propinsi Sumatera Utara. UPT KIM berada di atas tanah seluas 4.999 m2 dan luas lantai bangunan 1610 m2. Wilayah kerja meliputi seluruh Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari 33 kabupaten/kota atau sesuai dengan kewenangan dan kedudukan yang diberikan oleh organisasi induknya. Unit Pelaksana Teknis merupakan satuan organisasi yang bersifat mandiri (fungsional), yang melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau tugas teknis penunjang dari organisasi induknya. Pelayanan kesehatan indera strata dua yaitu upaya kesehatan tingkat lanjutan yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik di bidang kesehatan indera penglihatan dan pendengaran.

Visi UPT Kesehatan Indera Masyarakat (UPT KIM) Propinsi Sumatera Utara yaitu sebagai pusat pelayanan dan rujukan kesehatan indera masyarakat di propinsi Sumatera Utara. Sedangkan misinya yaitu memberikan pelayanan prima kesehatan indera masyarakat secara profesional, memberikan pelayanan bermutu, merata, efektif, dan efisien, meningkatkan kualitas sumber daya, memberikan KIE kesehatan indera masyarakat.


(1)

PEDOMAN WAWANCARA

DENGAN KEPALA SUB TATA USAHA UPT KIM

ANALISIS FUNGSI DAN KEGIATAN POKOK UNIT PELAYANAN TEKNIS (UPT) KESEHATAN INDRA MASYARAKAT PROVSU

SEBAGAI TEMPAT RUJUKAN KESEHATAN MATA DAN THT (TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN)

TAHUN 2014

Nama : ... Umur : ... Golongan : ... Pendidikan Terakhir : ... Tempat Tugas : ... Lama Bekerja : ... Pertanyaan:

1. Apa saja fungsi bapak sebagai Kepala Sub Tata Usaha di UPT KIM? 2. Apa saja kegiatan pokok UPT KIM?

3. Apa dasar pelaksanaan fungsi dan kegiatan pokok UPT KIM?

4. Apa dasar pelaksanaan pelayanan kesehatan mata dan THT di UPT KIM? 5. Bagaimana pelaksanaan pendidikan dan pelatihan teknis di UPT KIM? 6. Bagaimana pelaksanaan penelitian dan pengembangan di UPT KIM?

7. Bagaimana tata hubungan kerja UPT KIM dengan unit pelayanan kesehatan lainnya?

8. Bagaimana penanganan kasus rujukan dari puskesmas ke UPT KIM? 9. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pokok manajemen di UPT KIM? 10.Bagaimana pelaksanaan kegiatan pokok medis (pelayanan) di UPT KIM? 11.Bagaimana pelaksanaan kegiatan pokok tambahan di UPT KIM?

12.Bagaimana sosialisasi dan promosi UPT KIM kepada puskesmas yang ada di wilayah kerjanya?

13.Bagaimana kelanjutan wacana yang berkembang saat ini bahwa instansi UPT KIM akan menjadi rumah sakit type C?


(2)

PEDOMAN WAWANCARA

DENGAN PENANGGUNG JAWAB URUSAN PERENCANAAN, MONITORING DAN EVALUASI DIKLAT SERTA PELAYANAN

MASYARAKAT UPT KESEHATAN INDERA MASYARAKAT

ANALISIS FUNGSI DAN KEGIATAN POKOK UNIT PELAYANAN TEKNIS (UPT) KESEHATAN INDRA MASYARAKAT PROVSU

SEBAGAI TEMPAT RUJUKAN KESEHATAN MATA DAN THT (TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN)

TAHUN 2014

Nama : ... Umur : ... Golongan : ... Pendidikan Terakhir : ... Tempat Tugas : ... Lama Bekerja : ... Pertanyaan:

1. Apa saja fungsi bapak sebagai Penanggung Jawab Urusan Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi Diklat serta pelayanan Masyarakat?

2. Apa saja kegiatan pokok UPT KIM?

3. Apa dasar pelaksanaan fungsi dan kegiatan pokok UPT KIM?

4. Apa dasar pelaksanaan pelayanan kesehatan mata dan THT di UPT KIM? 5. Bagaimana pelaksanaan pendidikan dan pelatihan teknis di UPT KIM? 6. Bagaimana pelaksanaan penelitian dan pengembangan di UPT KIM?

7. Bagaimana tata hubungan kerja UPT KIM dengan unit pelayanan kesehatan lainnya?

8. Bagaimana penanganan kasus rujukan dari puskesmas ke UPT KIM? 9. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pokok manajemen di UPT KIM? 10.Bagaimana pelaksanaan kegiatan pokok medis (pelayanan) di UPT KIM? 11.Bagaimana pelaksanaan kegiatan pokok tambahan di UPT KIM?


(3)

PEDOMAN WAWANCARA

DENGAN PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN MATA UPT KESEHATAN INDRA MASYARAKAT

ANALISIS FUNGSI DAN KEGIATAN POKOK UNIT PELAYANAN TEKNIS (UPT) KESEHATAN INDRA MASYARAKAT PROVSU

SEBAGAI TEMPAT RUJUKAN KESEHATAN MATA DAN THT (TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN)

TAHUN 2014

Nama : ... Umur : ... Golongan : ... Pendidikan Terakhir : ... Tempat Tugas : ... Lama Bekerja : ... Pertanyaan:

1. Apa saja fungsi ibu sebagai Penanggung Jawab pelayanan mata? 2. Apa saja kegiatan pokok kesehatan mata di UPT KIM?

3. Apa dasar pelaksanaan fungsi dan kegiatan pokok kesehatan mata di UPT KIM? 4. Apa dasar pelaksanaan pelayanan kesehatan mata di UPT KIM?

5. Bagaimana pelaksanaan pendidikan dan pelatihan teknis di UPT KIM? 6. Bagaimana pelaksanaan penelitian dan pengembangan di UPT KIM?

7. Bagaimana tata hubungan kerja UPT KIM dengan unit pelayanan kesehatan lainnya?

8. Bagaimana penanganan kasus rujukan dari puskesmas ke UPT KIM? 9. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pokok manajemen di UPT KIM? 10.Bagaimana pelaksanaan kegiatan pokok medis (pelayanan) di UPT KIM? 11.Bagaimana pelaksanaan kegiatan pokok tambahan di UPT KIM?

12.Bagaimana sosialisasi dan promosi UPT KIM kepada puskesmas yang ada di wilayah kerjanya?


(4)

PEDOMAN WAWANCARA

DENGAN PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN THT UPT KESEHATAN INDRA MASYARAKAT

ANALISIS FUNGSI DAN KEGIATAN POKOK UNIT PELAYANAN TEKNIS (UPT) KESEHATAN INDRA MASYARAKAT PROVSU

SEBAGAI TEMPAT RUJUKAN KESEHATAN MATA DAN THT (TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN)

TAHUN 2014

Nama : ... Umur : ... Golongan : ... Pendidikan Terakhir : ... Tempat Tugas : ... Lama Bekerja : ... Pertanyaan:

1. Apa saja fungsi bapak sebagai Penanggung Jawab pelayanan THT? 2. Apa saja kegiatan pokok pelayanan THT di UPT KIM?

3. Apa dasar pelaksanaan fungsi dan kegiatan pokok pelayanan THT di UPT KIM? 4. Apa dasar pelaksanaan pelayanan kesehatan THT di UPT KIM?

5. Bagaimana pelaksanaan pendidikan dan pelatihan teknis di UPT KIM? 6. Bagaimana pelaksanaan penelitian dan pengembangan di UPT KIM?

7. Bagaimana tata hubungan kerja UPT KIM dengan unit pelayanan kesehatan lainnya?

8. Bagaimana penanganan kasus rujukan dari puskesmas ke UPT KIM? 9. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pokok manajemen di UPT KIM? 10.Bagaimana pelaksanaan kegiatan pokok medis (pelayanan) di UPT KIM? 11.Bagaimana pelaksanaan kegiatan pokok tambahan di UPT KIM?

12.Bagaimana sosialisasi dan promosi UPT KIM kepada puskesmas yang ada di wilayah kerjanya?


(5)

HASIL WAWANCARA

DENGAN KEPALA PUSKESMAS SEI AGUL

ANALISIS FUNGSI DAN KEGIATAN POKOK UNIT PELAYANAN TEKNIS (UPT) KESEHATAN INDRA MASYARAKAT PROVSU

SEBAGAI TEMPAT RUJUKAN KESEHATAN MATA DAN THT (TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN)

TAHUN 2014

Nama : ... Umur : ... Golongan : ... Pendidikan Terakhir : ... Tempat Tugas : ... Lama Bekerja : ... Pertanyaan:

1. Apakah ibu mengetahui keberadaan UPT KIM?

2. Apakah ibu mengetahui UPT KIM sebagai rujukan penyakit mata dan THT? 3. Apakah pernah ada sosialisasi dari UPT KIM ke Puskesmas Sei Agul?

4. Bila ada pasien berobat mata atau THT kemana ibu merujuk jika tidak bisa ditangani Puskesmas Sei Agul?


(6)

HASIL WAWANCARA

DENGAN KEPALA PUSKESMAS SEI AGUL

ANALISIS FUNGSI DAN KEGIATAN POKOK UNIT PELAYANAN TEKNIS (UPT) KESEHATAN INDRA MASYARAKAT PROVSU

SEBAGAI TEMPAT RUJUKAN KESEHATAN MATA DAN THT (TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN)

TAHUN 2014

Nama : ... Umur : ... Golongan : ... Pendidikan Terakhir : ... Tempat Tugas : ... Lama Bekerja : ... Pertanyaan:

1. Apakah ibu mengetahui keberadaan UPT KIM? 2. Berapa lama ibu sudah tahu keberadaan UPT KIM?

3. Apakah ibu mengetahui UPT KIM sebagai rujukan penyakit mata dan THT? 4. Apakah pernah ada sosialisasi dari UPT KIM ke Puskesmas Rantang.

5. Bila ada pasien berobat mata dan THT kemana ibu rujuk jika tidak bisa ditangani di Puskesmas Rantang?

6. Kira-kira paling banyak kemana pasien dirujuk?

7. Apakah kira-kira yang ibu harapkan setelah UPT KIM itu dikenal di Puskesmas Rantang?