UPT Balai Kesehatan Indera Masyarakat BKIM

“ada, tidak hanya masalah obat saja, tapi yang lain kan pasti ada..... UPT kami kan masih dibawah koordinasi dinas kesehatan propinsi Informan UPT 3 “kita tetap memberikan perhatian untuk UPT, semua keluhan kita akomodir... termasuk masalah kebutuhan obat...” Informan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara Berdasarkan hasil wawancara mendalam di atas tentang dukungan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, maka dapat disimpulkan bahwa secara utuh Dinas Kesehatan Propinsi Sumut memberikan perhatian dan dukungannya terhadap pemenuhan kebutuhan obat di masing-masing UPT, karena seluruh UPT tersebut secara organisasi adalah dibawah komando dan kewenangan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara.

4.4. Analisis Kebutuhan Obat setiap UPT

Analisis kebutuhan obat disetiap UPT dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik ABC-VEN. Berikut ini dapat dianalisis hasil perhitungan kebutuhan obat pada masing-masing UPT.

4.4.1. UPT Balai Kesehatan Indera Masyarakat BKIM

Perencanaan kebutuhan obat di BKIM dilakukan hanya menggunakan metode konsumsi saja, sehingga kurang dapat menggambarkan kebutuhan yang sesungguhnya. Metode morbiditas atau epidemiologi belum bisa diterapkan karena masih menggunakan prosedur yang manual dan menentukan beban penyakit menurut pengelompokkan jenis penyakit, anak atau dewasa, berat, sedang atau ringannya Universitas Sumatera Utara suatu penyakit. Hasil analisis teknik ABC VEN yang dilakukan peneliti dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Analisis ABC Analisis ABC pada jenis dan jumlah obat yang ada di BKIM selama tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Analisis Perhitungan Kebutuhan Obat dengan Teknik ABC di UPT BKIM Propinsi Sumatera Utara Kelompok Obat Jumlah Item Barang Nilai Investasi Jumlah n atas jumlah barang Biaya Rp atas Biaya A 11 19,6 12.845.000 141.295.000 B 17 30,4 4.710.000 80.070.000 C 28 50,0 3.462.500 96.950.000 Jumlah 56 100 318.315.000 Tabel 4.2. di atas menunjukkan bahwa proporsi persentase obat kategori A adalah sebesar 19,6, obat kategori B sebesar 30,4, dan obat kategori C sebesar 50,0. Universitas Sumatera Utara b. Analisis VEN Tabel 4.3. Analisis Perhitungan Kebutuhan Obat dengan Teknik VEN di UPT BKIM Propinsi Sumatera Utara Nama Obat V E N Harga Satuan Pemakaian Yang Lalu Kebutuhan Yang Akan Datang +10 Jumlah Dana Rp Lidocain HCl 2 2 ml V 164.000 18 20 3.247.200 Marcain 0,50 20 ml V 128.000 63 69 8.870.400 Mydriatil 1 tetes 5 ml V 16.000 42 46 739.200 Efricel 10 5 ml V 328000 12 13 4.329.600 Pantocain 2 tetes 5 ml V 310000 32 35,2 10912000 Fluorometholone E 4.250 119 131 556.325 Tobramycin E 47.200 72 79 3.738.240 Kloramfenikol E 1.641 129 142 232.858 Oxytetracicline E 80.000 12 13 1.056.000 Tetracycline E 85.000 15 17 1.402.500 Antalgin Tab 500 mg E 5.180 740 814 4.216.520 Ciprofloxacin N 40.000 15 17 660.000 Gentamycin Sulfat N 3.465 138 152 525.987 Levofloxacin 500 mg N 60.568 75 83 4.996.860 Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa ada kecenderungan kebutuhan obat vital, esensial dan non esensial di tahun berikutnya, dengan proporsi tertinggi adalah kebutuhan obat-obat kategori vital seperti lidocain, pantaain, dan mydriatil. c. Analisis Pemakaian Obat Berdasarkan Golongan Tabel 4.4. Analisis Alokasi Obat Berdasarkan Golongan di UPT BKIM Tahun 2013 Golongan Obat Pemberian Rp Obat Generik 132.200.000 41,5 Obat Non Generik 112.000.000 35,2 Obat Non Formularium 74.115.000 23,3 Jumlah 318.315.000 100 Tabel 4.4. di atas menunjukkan bahwa 41,5 alokasi obat tahun 2013 adalah obat generik, 35,2 obat non generik dan 23,3 obat non formularium. Universitas Sumatera Utara

4.4.2. UPT RS Kusta Lau Simomo