Sejarah Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat

36

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat

Nama Binjai diambil dari nama buah yaitu buah Binjai yang banyak tumbuh disekitar wilayah Kecamatan Binjai.Sejak Pemerintahan kolonial Belanda, Langkat masih berstatus Asisten Keresidenan dan Kesultanan yang berkedudukan di Binjai, khususnya menangani keberadaan orang asing.Kesultanan Langkat berkuasa penuh menangani segenap aspek kehidupan penduduk aslipribumi dan berkedudukan di Tanjung Pura.Pada masa itu tercatat ada 3 tiga Sultan yang pernah memegang kekuasaan yaitu: - Sultan Pertama adalah Sultan Mahmud Al Haj - Sultan Kedua adalah Sultan Abdul Azis - Sultan Ketiga adalah Sultan Mahmud Pada waktu abdul Azis berkuasa, kedudukan Ass.Res berada di Tanjung Pura, namun pada masa Sultan Mahmud kedudukan Ass.Res berada di Binjai.Adapun jenjang pemerintahan ketika itu adalah dibawah Kesultanan dan Ass. Res disebut “Luhak” dipimpin seorang “Pangeran” sedang dibawah Luhak disebut “Kejuruan” Raja Kecil dipimpin oleh seorang “Datok” selanjutnya 37 dibawah kejuruan disebut “Distrik” dipimpin oleh seorang “Kepala Distrik” dan dibawah distriksecara berjenjang disebut “Penghulu Balai” Raja Kecil Karodan penghulu biasa untuk tingkat desa. Kesultanan pada masa itu mempunyai 3 Tiga wilayah Luhak yaitu: 1. Luhak Langkat Hulu dipimpin oleh Pangeran Tengku Kammil berkedudukan diBinjai, yang membawahi 3 tiga kejuruan dan 2 dua Distrik, yaitu: a. Kejuruan Selesai dipimpin oleh Datok T. Sentol b. Kejuruan Bahorok dipimpin oleh Datok T. Bagi c. Kejuruan Sei Bingei dipimpin oleh Datok T. Ibrahim d. Distrik Kuala e. Distrik Salapian 2. Luhak Langkat Hilir dipimpin oleh Pangeran Tengku Jambak yang kemudian diganti oleh Pangeran Amir Hamzah, berkedudukan di Tanjung Pura, membawahi 2 dua kejuruan dan 4 empat Distrik. 3. Luhak Teluk Haru dipimpin oleh Tengku Temengging, berkedudukan di Pangkalan Berandan, membawahi 1 satu kejuruan dan 2 dua Distrik. - Zaman Jepang Pada tahun 1942, kekuasaan Pemerintah Kolonial Belanda beralih ketangan Pemerintah Jepang, walau hal ini terjadi baik secara Struktural maupun Administratif system pemerintahan tidak mengalami perubahan berarti hanya saja nama dan sebutan menggunakan istilah mereka seperti Ass. Res berubah sebutan 38 menjadi Guenseibu dipimpin oleh Boensutjo.Kekuasaan mereka pun tidak berlangsung lama disusul Kemerdekaan Indonesia. - Zaman Kemerdekaan. Awal Kemerdekaan Sumatera Utara dipimpin oleh seorang Gubernur yaitu Mr. Mohammad Hasan, dan Kabupaten Langkat masih berstatus Asisten Residen yang secara Administratif sebagai Kepala Pemerintahan saat itu ditunjuk Tengku Amir Hamzah, kemudian diganti oleh Adnan Nor Lubis dengan sebutan Bupati. Pada Tahun 1947 sd 1949 terjadi Agresi Militer I dan II, Kabupaten Langkat dari segi Pemerintahan terbagi 2 dua yaitu: - Pemerintah Negara Sumatera Timur berkedudukan di Binjai dengan Kepala Pemerintahannya Wan Umaruddin. - Negara Kesatuan RI untuk Langkat berkedudukan di Pangkalan Berandan dipimpin Tengku Abdullah hingga Tahun 1956. Dalam perkembangan selanjutnya, keluarlah UU darurat No. 7 tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonom kabupaten-kabupaten dalam lingkungan Provinsi Sumatera Utara, dengan demikian secara Administratif Kabupaten Dati II Langkat menjadi daerah otonom yang berhak :mengatur rumah tangganya sendiri. Pada saat itu Kabupaten Langkat dibagi dalam 3 tiga kewedanan yaitu: 1. Kewedanaan Langkat Hulu berkedudukan di Binjai. 2. Kewedanaan Langkat Hilir berkedudukan di Tanjung Pura 3. Kewedanaan Teluk Haru berkedudukan di Pangkalan Berandan Dibawah Kewedanaan secara berjenjang turun struktur Pemerintahannya disebut Asisten Wedana dan kampung desa.Pada Tahun 1963 wilayah 39 Kewedanaan dihapuskan, tugas dan kerjanya langsung dari Bupati, demikian pula Asisten Wedana sebutannya menjadi Camat.Kemudian dalam perkembangannya, daerah Kabupaten Langkat dibagi 3 tiga wilayah kerja pembangunan dipimpin oleh seorang pembantu Bupati. Kemudian dengan keluarnya UU. Darurat No. 7 Tahun 1956 yang disebut diatas, sekaligus Kecamatan Binjai Wilayah Asisten Wedanan terbentuk, salah satu Kecamatan dari 15 Kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat. Ketika itu Jumlah Desa Kecamatan Binjai terdiri dari 13 desa yaitu: 1. Desa Bandar Senembah 2. Desa P. Paya Roba 3. Desa Berengam 4. Desa Binjai Estate 5. Desa Pujudadi 6. Desa Tanah Merah 7. Desa Cengkeh Turi 8. Desa Tanjung Jati 9. Desa Sidomulyo 10.Desa Sendang Rejo 11.Desa Sambirejo 12.Desa Kwala Begumit 13.Desa Perdamaian Akan tetapi sejak keluarnya PP. No. 10 Tahun 1986 tentang batas wilayah Kotamadya Binjai, Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang, maka 7 Tujuh desa dari Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat masuk ke wilayah Kodya Binjai yaitu: 1.Desa Bandar Senembah 2. Desa P. Paya Roba 3. Desa Berengam 4. Desa Binjai Estate 5. Desa Pujudadi 40 6. Desa Tanah Merah 7. Desa Cengkeh Turi Dengan Perubahan Batas wilayah tersebut: 1. Desa Tanjung Jati 2. Desa Sidomulyo 3. Desa Sendang Rejo 4. Desa Sambirejo 5. Desa Kwala Begumit 6. Desa Perdamaian 7. Desa Suka Makmur merupakan pemekaran dari Desa Kwala Begumit tanggal 14 Agustus 1998 yang masih masuk wilayah Kecamatan Binjai. Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan pembenahanpenataan Ibu Kota Kecamatan Binjai Kwala Begumit memenuhi maksud dari Perda Kabupaten Langkat No. 60 Tahun 2000 tentang pembentukan, penghapusan dan penggabungan kelurahan maka kami telah mengusulkan Desa Kwala Begumit menjadi Kelurahan Kwala Begumit sesuai Surat kami terakhir tanggal 29 Agustus 2002 No. 141-569PEMVIII2002 ke Kantor PMD Kabupaten Langkat.

3.2 Letak Geografis Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat A. Letak Geografis