7
Beranjak dari penjelasan diatas oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pelaksanaan good governane dan efektivitas kerja
pegawai dan menyusunnya dalam bentuk karya ilmiah dengan judul : “Pengaruh Penerapan
Good Governance Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Studi Pada Kantor Camat Binjai Kabuaten Langkat ”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Adakah pengaruh
penerapan Good Governance terhadap efektivitas kerja pegawai pada Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban terhadap perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas yaitu untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh penerapan prinsip Good Governance terhadap efektivitas kerja pegawai pada Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan hasil penelitian yang dilakukan. Manfaat penelitian yang dimaksud mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Manfaat secara ilmiah Sebagai suatu sarana melatih dan mengembangkan kemampuan
berpikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian teori dan aplikasinya yang diperoleh
dari Ilmu Administrasi Negara.
8
2. Manfaat secara akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik secara umum dan Ilmu Administrasi Negara secara khusus dalam menambah bahan kajian perbandingan
bagi yang menggunakannya. 3. Manfaat secara praktis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran, informasi dan saranbagi Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat.
1.5 Kerangka Teori
Kerangka teori diperlukan dalam rangka memberikan landasan berpikir dalam menyoroti atau memecahkan masalah. Menurut Kerlinger dalam
Singarimbun 2008:37 teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis
dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Teori dapat digunakan sebagai bahan landasan atau dasar berfikir dalam
memecahkan atau menyelesaikan suatu masalah dimana teori dapat membantu peneliti sebagai bahan referensi atau pendukung. Oleh karena itu, kerangka teori
diharapkan dapat memberikan dukungan pemahaman untuk peneliti dalam memahami masalah yang sedang diteliti.
9
1.5.1 Good Governance
1.5.1.1 Pengertian Good Governance
Istilah good governance berasal dari induk bahasa Eropa, Latin, yaitu Gubernare yang diserap oleh bahasa inggris menjadi govern, yang berarti steer
menyetir, mengendalikan, direct mengarahkan, atau rule memerintah. Penggunaan utama istilah ini dalam bahasa inggris adalah to rule with authority,
atau memerintah dengan kewenangan. Menurut Bank Dunia yang dikutip Wahab 2002:34 good governance
adalah suatu konsep dalam penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dan investasi yang langka dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta
penciptaan legal framework bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan. Selain itu Bank Dunia juga mensinonimkan good governance sebagai hubungan sinergis
dan konsturktif diantara negara, sektor swasta dan masyarakat.
Berkaitan dengan good governance, Mardiasmo dalam Tangkilisan, 2005:114 mengemukakan bahwa orientasi pembangunan sektor publik adalah untuk
menciptakan Good Governance, dimana pengertian dasarnya adalah pemerintahan yang baik.Kondisi ini berupaya untuk menciptakan suatu penyelenggaraan
pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan prinsip demokrasi, efesiensi, pencegahan korupsi, baik secara politik maupun administrasi.Tuntutan
reformasi yang berkaitan dengan aparatur negara adalah perlunya mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran dan perpaduan pelaksanaan
10 tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
prinsip good governance. Sedangkan Lembaga Administrasi Negara LAN dalam Kurniawan
2005:16 mendefenisikan good governance sebagai penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisiensi dan efektif dengan menjaga
kesinergisan interaksi yang konstruktif di antara domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat.
Sementara UNDP United Nations Development Programme mendefenisikan governance sebagai “the exercise of political, economic, and
admistrative authority to manage a country’s affairs at all levels of society” pelaksanaan kewenangan politik, ekonomi, dan administrasi dalam mengelola
masalah bangsa. Karena itu menurut UNDP, ada tiga model good governance, yaitu:
a. Kepemerintahan politik Political Governance yang mengacu pada proses-proses pembuatan berbagai keputusan untuk perumusan kebijakan
politicalystrategy formulation. b. Kepemerintahan Ekonomi Economic Governance yang mengacu pada
proses pembuatan keputusan decision making processes yang memfasilitasi kegiatan ekonomi di dalam negeri dan berinteraksi diantara
penyelenggara ekonomi. Kepemerintahan ekonomi memiliki implikasi terhadap masalah pemerataan, penurunan kemiskinan, dan peningkatan
kualitas hidup. c. Kepemerintahan Administratif Administrative Governance yang
mengacu pada sistem implementasi kebijakan.
11
Sesuai dengan defenisi menurut UNDP bahwa good governance menyangkut tiga aspek yaitu pemerintah yang baik dalam bidang politik,
ekonomi, dan administrasi atau pembuatan kebijakan-kebijakan. Governance juga bisa diartikan sebagai mekanisme-mekanisme, proses-proses, dan institusi-
institusi melalui warga negara mengartikulasikan kepentingan-kepentingan mereka, memediasi perbedaan-perbedaan serta menggunakan hak dan kewajiban
legal mereka. Governance memiliki hakikat ensensial yaitu bebas dari penyalahgunaan wewenang dan korupsi dengan pengakuan hak berlandaskan pada
pemerintahan hukum. Menurut Salam 2005:226 kata baik good dalam istilah good
governance mengandung dua arti. Pertama, nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan
kemampuan rakyat dalam pencapai tujuan nasional, kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan sosial.Kedua, aspek-aspek fungsional dari
pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Menurut Kurniawan 2005:16 tujuan good governance diterapkan dalam pemerintahan adalah untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan negara
yang solid dan bertanggung jawab, serta efisiensi dan efektif dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif di antara domain-domain negara, sektor
swasta dan masyarakat. Munculnya konsep good governance untuk dilaksanakan di dalam
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara dilatarbelakangi oleh
12
banyak faktor.Namun demikian, salah satu faktor terbesar adalah ketidakberdayaan pemerintah negara-negara berkembang dalam menghadapi era
globalisasi yang penuh dengan hiperkompetisi. Pemerintah tidak lagi menjadi pemain tunggal, tetapi mengharapkan peran lebih besar dari sektor swasta dan
masyarakat sipil. Menurut Sinambel 2008:51 secara umum kualitas good governance
dapat tercapai apabila pemerintah dan instansi publik lainnya secara keseluruhan mampu bersikap terbuka terhadap idedan gagasan baru dan responsif terhadap
kepentingan masyarakat. Responsivitas akan meningkat jika masyarakat
memiliki informasi yang lengkap mengenai proses dan implementasi kebijakan pemerintahan
dan pembangunan.
1.5.1.2 Aspek-Aspek Good Governance
Berdasarkan pengertian good governance oleh Bank Dunia dalam wardiasmo 2002:23 yang disebutkan diatas dan sejalan dengan tuntutan
reformasi yang berkaitan dengan aparatur negara termasuk daerah adalah perlunya mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran dan
keterpaduan pelaksanaan tugas, dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, maka menuntut penggunaan konsep good governance sebagai
kepemerintahan yang baik, relevan dan berhubungan satu dengan yang lainnya. Ide dasarnya sebagaimana disebutkan Tangkilisan adalah bahwa Negara
merupakan institusi yang legal formal dan konstitusional yang menyelenggarakan pemerintahan dengan fungsi sebagai regulator maupun sebagai Agent of Change.
13
Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa good governance awalnya digunakan dalam dunia usaha corporate dan adanya desakan untuk menyusun
sebuah konsep dalam menciptakan pengendalian yang melekat pada korporasi dan manajemen professionalnya, maka ditetapkan Good Corporate Governance
GCG.Sehingga dikenal prinsip-prinsip utama dalam Governance Corporate adalah transparansi, akuntabilitas, fairness,responsibilitas, dan responsivitas.
Prinsip-prinsip good governance diatas cenderung kepada dunia usaha, sedangkan bagi suatu organisasi publik bahkan dalam skala negara prinsip-prinsip
tersebut lebih luas menurut UNDP melalui LAN yang dikutip
Tangkilisanmenyebutkan bahwa adanya hubungan sinergis konstruktif di antara Negara, sektor swasta atau privat dan masyarakat yang disusun dalam sembilan
pokok karakteristik good governance, yaitu: 1. Partisipasi Participation
Dalam pengertian sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang individu atau warga masyarakat dalam suatu
kegiatan tertentu.Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang
bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang di dalam suatu kelompok sosial untuk
mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri. Setiap warga negara mempunyai suara dalam formulasi
keputusan, baik secara langsung maupun intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya.Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar
14
kebebasan berasosiasi dan berbicara secara berpartisipasi secara konstruktif.
2. Penerapan Hukum Fairness Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu,
terutama hukum untuk hak azasi manusia.Sebagai stakeholder dalam penerapan hukum, masyarakat selalu dituntut partisipasi aktifnya dalam
menghidupkan cahaya hukum, agar hukum tetap memberikan pencerahan dalam realita kehidupan masyarakat dan memberikan arah bagi perjalanan
peradaban bangsa.Masyarakat yang sehat dituntut untuk selalu menyediakan bahan bakar keadilan yaitu kejujuran dan keberanian agar
perjalanan masyarakat dan negara tidak menyimpang dari tujuan bersama.Dalam pemahaman terhadap good governance maka aparat
hukum tidak mungkin bekerja sendiri di dalam penegakan hukum tersebut, peran serta masyarakat mutlak diperlukan atau kita harus memilih
tenggelam dalam keterpurukan akibat pesatnya arus globalisasi. 3. TransparansiTransparancey
Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan
pemerintahan dan kegiatan lainnya, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaan serta hasil-hasil yang dicapai.
Transparansi merupakan upaya menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan
menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan
15
memadai. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi
secara langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan.Informasi harus dapat dipahami dan dapat dimonitor.
4. ResponsivitasResponsiveness Responsivitas adalah daya tanggap birokrasi pemerintah untuk mengenali
kebutuhan masyarakat,
menyusun prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat sehingga tidak terdapat keluhan dari masyarakat pengguna jasa. Responsivitas juga menunjuk pada keselarasan
antar program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Lembaga-lembaga dan proses-proses kelembagaan harus
mencoba untuk melayani setiap stakeholders. 5.
Orientasi Consensus Oreintation
Setiap karyawan yang tergabung dalam suatu organisasi memiliki orientasi kerja masing-masing dan kemungkinan besar karyawan satu dengan
lainnya mempunyai orientasi kerja yang berbeda pula, dan apabila orientasi yang dipersepsikannya ini dapat tercapai maka karyawan akan
merasakan kepuasan kerja dan bekerja dengan maksimal. Good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk
memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur.
6.
KeadilanEquity
16
Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntuk hak dan
menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang
memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama. Semua warga Negara, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan untuk
meningkatkan ataupun menjaga kesejahteraan mereka dan terlibat di dalam pemerintahan.
7. Efektivitas Effectivness Efektivitas merupakan penilaian hasil pengukuran dalam arti tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas perlu diperhatikan sebab mempunyai efek yang besar terhadap kepentingan orang banyak.
Dalam artian setiap organisasi dan lembaga-lembaga harus memberikan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat luas dengan menggunakan sumber
daya yang ada semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan berdasarkan visi dan misi yang sudah diterapkan.
8. Akuntabilitas Accountability Pengambil keputusan decision maker dalam organisasi sektor pelayanan
dan warga negara madani memiliki pertanggungjawaban akuntabilitas kepada publik sebagaimana halnya kepada para pemilik stakeholders.
Pertanggungjawaban tersebut berbeda-beda, bergantung kepada jenis keputusan organisasi itu bersifat internal atau bersifat eksternal. Seluruh
pembuat kebijakan pada semua tingkatan harus memahami bahwa mereka
17
harus mempertanggungjawabkan hasil kerja kepada masyarakat. Untuk mengukur kinerja mereka secara obyektif perlu adanya indikator yang
jelas. Sistem pengawasan perlu diperkuat dan hasil audit harus dipublikasikan, dan apabila terdapat kesalahan harus diberi sanksi.
9. Strategi visi Strategic vision Para pimpinan dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jangka
panjang tentang penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, bersamaan dengan dirasakannya kebutuhan untuk
pembangunan tersebut. Prinsip-prinsip diatas merupakan suatu karakteristik yang harus dipenuhi
dalam hal pelaksanaan good governance yang berkaitan dengan kontrol dan pengendalian, yakni pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar cara dan
penggunaan sungguh-sugguh mencapai hasil yang dikehendaki stakeholders. Penerapan good governance kepada pemerintah adalah ibarat masyarakat
memastikan mandat, wewenanang, hak dan kewajibannya telah dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Disini dapat dilihat bahwa arah ke-sembilan dari good
governance adalah membangun the professional government, bukan dalam arti pemerintah yang dikelola para teknokrat, namun oleh siapa saja yang mempunyai
kualifikasi professional, yaitu mereka yang mempunyai ilmu dan pengetahuan yang mampu mentransfer ilmu dan pengetahuan menjadi skill dan dalam
melaksanakannya berlandaskan etika dan moralitas yang tinggi.
1.5.2 Efektivitas Kerja
18
1.5.2.1Pengertian Efektivitas Kerja
Pendapat Emerson yang dikutip Handayaningrat 1985:16 mengemukakan bahwa efektivitas adalah suatu pengukuran dalam arti tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas merupakan tercapainya sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama Chester, Bernard, 1992:27.
Sondang P. Siagian 1981:35 mengemukakan bahwa efektivitas adalah suatu penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya,
artinya apakah pekerjaan itu diselesaikan, dan tidak menjawab pertanyaan bagaimanakah cara melaksanakan dan berupa biaya yang dikeluarkan untuk itu.
Pendapat Katz dan Kahn yang dikutip oleh Richard M. Streers 1980:51 mengemukakan bahwa efektivitas sebagai suatu usaha mencapai keuntungan
maksimal bagi organisasi dengan berbagai cara. Efektivitas merupakan ukuran yang menggambarkan sejauh mana sasaran
dapat dicapai, sedangkan efisiensi menggambarkan bagaimana sumber daya dikelola secara tepat dan benar. Produktivitas adalah ukuran mengenai apa yang
diperoleh dari apa yang diberikan seberapa jauh masukan input dapat menghasilkan keluaran output, baik kuantitatif maupun kualitatif sesuai dengan
standart baku yang telah ditetapkan. Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan
mencintai pekerjaannya.Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja dan kedisiplinan dan prestasi kerja.Kepuasan ini dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan
kombinasi dalam dan luar pekerjaan.
19
Amin Tunggul Widjaya 1993:32 mengemukakan efektivitas adalah hasil membuat keputusan yang mengarahkan, melakukan sesuatu dengan benar, yang
membantu memenuhi misi suatu perusahaan atau pencapaian tujuan.Selanjutnya Permata Wesha 1992:148 mengatakan efektivitas adalah keadaan atau
kemampuan berhasilnya suatu kerja yang dilakukan oleh manusia untuk memberikan hasil yang diharapkan. Untuk melihat efektivitas kerja, pada
umumnya dipakai empat macam pertimbangan, yaitu pertimbangan ekonomi, pertimbangan fisiologi, pertimbangan psikologi dan pertimbangan sosial.
Efektivitas kerja dalam organisasi merupakan usaha untuk mencapai prestasi yang maksimal dengan menggunakan sumber daya yang masih tersedia
dalam waktu yang relatif singkat tanpa menunggu keseimbangan tujuan alat dan tenaga serta waktu. Apa yang dimaksud efektivitas kerja dipertegas Siagian
1981:35 yaitu penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang ditentukan, artinya apabila pelaksanaan tugas dinilai baik atau tidak adalah sangat tergantung pada
bilamana tugas tersebut diselesaikan dan bukan terutama menjawab tetang bagaimana melaksanakan serta berapa biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan
tersebut. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa efektivitas kerja berhubungan dengan hasil yang telah ditentukan sebelumnya.Satu hal yang perlu digaris bawahi adalah efektivitas kerja
tidak dapat dipisahkan dengan efisiensi kerja. Efisiensi kerja berhubungan dengan biaya, tenaga, mutu dan pemikiran. Jadi efektivitas kerja adalah kemampuan
untuk memilih tujuan yang tepat dalam mencapai suatu tujuan tertentu atau
20
efektivitas kerja juga dapat diartikan dengan hasil guna penekannya pada efeknya, atau hasil tanpa perlu memperdulikan pengorbanan yang perlu diberikan oleh
hasil tersebut.
1.5.2.2 Pengukuran Efektivitas Kerja
Pada dasarnya efektivitas kerja dimaksudkan untuk mengukur hasil pekerjaan yang dicapai sesuai dengan rencana, sesuai dengan kebijaksanaan atau
dengan kata lain mencapai tujuan, maka hal itu dikatakan efektif. Nilai efektivitas pada dasarnya ditentukan oleh tercapainya tujuan organisasi serta faktor
kesesuaian dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Jadi Efektivitas kerja pada tiap-tiap organisasi akan berbeda-beda antara organisasi satu dengan
organisasi yang lainnya, tergantung pada jenis dan sifat dari organisasi yang bersangkutan.
Menurut Campbel yang dikutip Richard M, Steers 1985:87 untuk mengukur Efektivitas kerja, ada beberapa variabel yang biasa dipergunakan, yaitu:
1. Kesiagaan Penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan bahwa organisasi
mampu menyelesaikan sebuah tugas khusus jika diminta. 2. Kemangkiran
Yaitu frekuensi kejadian-kejadian pekerja bolos dari pekerjaan pada saat jam kerja.
3. Semangat kerja Yaitu kecenderungan anggota kerja organisasi berusaha lebih keras
mencapai sasaran organisasi termasuk perasaan terikat. Semangat kerja
21
adalah gejala kelompok yang melibatkan kerja sama dan perasaan memiliki.
4. Motivasi Yaitu kecenderungan seseorang individu melibatkan diri dalam kegiatan
berarahkan sasaran dalam pekerjaan. Ini bukanlah perasaan senang yang relatif terhadap hasil berbagai pekerjaan sebagaimana halnya kepuasan,
tetapi lebih merupakan perasaan sedia atau rela bekerja untuk mencapai tujuan pekerjaan.
5. Kepuasan kerja Yaitu tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peran
pekerjaannya dalam organisasi. Tingkat rasa puas individu bahwa mereka merasa dihargai karena pekerjaan mereka.
6. Keahlian dan fasilitas yang tersedia Yaitu kemampuan pegawai untuk menyelesaikan pekerjaannya, dan
fasilitas yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaannya. 7. Waktu menyelesaikan tugas
Yaitu merupakan salah satu pengukuran efektivitas kerja yang sangat penting sebab dapat dilihat apakah waktu yang digunakan suatu organisasi
sudah dijalankan dengan sebaik-baiknya oleh setiap anggota berorganisasi. Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya tidak dapat
melepaskan diri dari perlunya pembagian kerja yang tepat supaya setiap pegawai bisa melaksanakan tugas-tugasnya secara efektif. Pengukuran Efektivitas kerja
yang penulis lakukan didasarkan atas banyaknya tugas yang dipikul dan jumlah
22
pegawai yang melaksanakan tugas tersebut, sehingga dari kedua hal tersebut dapat disusun sesuai dengan kebutuhan perusahaanorganisasi sehingga menghasilkan
efektivitas kerja sebagaimana diharapkan. Pengukuran efektivitas kerja berdasarkan banyaknya tugas yang dipikul
dan jumlah pegawai yang melaksanakan tugas tersebut dapat berarti bahwa bila tugas yang dibebankan kepada pegawai sedikit, sementara jumlah pegawai yang
melaksanakan tugas tersebut lebih banyak, maka akan terjadi banyak pegawai yang menganggur sehingga menjadi tidak efektif. Sebaliknya jika tugas yang di
bebankan banyak sedangkan banyak pegawai yang melaksanakannya terbatas, maka akan terjadi penumpukan pekerjaan dimana hal ini akan mengakibatkan
banyaknya pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan atau tertunda, sehinggaterjadi ketidakefektifan.
1.5.3 Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap
Efektivitas Kerja Pegawai
Pengelolaan dan pengendalian yang baik dari suatu organisasi publik menyangkut pencapaian tujuan organisasi secara bersama-sama, yaitu untuk
menciptakan suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan prinsip demokrasi, efisiensi, pencegahan
korupsi baik secara politik maupun secara administratif. Dengan pengertian laingood governance adalah proses penyelenggaraan pemerintahan yang bersih,
transparan, akuntabel oleh organisasi-organisasi pemerintah seperti organisasi publik yang mencakup kepemimpinan, struktur organisasi dan sumber daya
manusianya.
23
Berdasarkan kajian teoritis, diindikasikan bahwa apabila pemimpin organisasi publik, struktur organisasi dan sumber daya manusianya memahami
dan menerapkan good governance dalam melaksanakan tugasnya, maka akan tercipta prinsip good governance yang berpengaruh terhadap efektivitas kerja
pegawai dari organisasi itu sendiri. Dengan demikian jelaslah pelaksanaan prinsip-prinsip good governance akan berpengaruh terhadap efektivitas kerja
pegawai.
1.6 Hipotesis
Menurut Sugiyono 2008:96 hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data dan harus diuji kebenarannya melalui pengujian hipotesis.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Hipotesis Nihil Ho
“Tidak ada pengaruh antara penerapan prinsip-prinsip good governance dan efektivitas kerja pegawai di Kantor Camat Binjai, Kabupaten
Langkat.” 2. Hipotesis Alternatif Ha
“Ada pengaruh penerapan prinsip-prinsip good governance dan efektivitas kerja pegawai diKantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat.”
1.7 Definisi Konsep