Narkotika dan Tindak Pidana Narkotika

b mengenai elementen voor strafbaarheid van dedader, yang terletak dalam bidang subjektif karena pada dasarnya menyangkut keadaan sikap bathin orang yang melanggar hukum, yang kesemuanya itu merupakan elemen yang diperlukan untuk menentukan dijatuhkannya pidana sebagaimana diancamkan. 3 Pompe Pompe mengadakan pembagian elemen strafbaar feit atas : a Wederrechtelijkheid unsur melawan hukum; b Schuld unsur kesalahan; c Subsociale unsur bahayagangguanmerugikan.

6. Narkotika dan Tindak Pidana Narkotika

Kata narkotika berasal dari bahasa Yunani, yaitu “narcois” yang berarti “narkose” atau menidurkan, yaitu suatu zat atau obat-obatan yang membiuskan sehingga tidak merasakan apa-apa. Selain itu mencakup obat-obatan yang dapat menyebabkan seseorang tertidur, narkotika adalah zat yang bisa menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakannya, berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan. Dalam dunia medis, narkotika dimanfaatkan untuk pengobatan seperti di bidang pembedahan, menghilangkan rasa sakit. 28 Bila penggunaan narkotika tidak teratur, dapat menimbulkan efek yang negatif, yaitu kecanduan atau ketagihan kepada si pemakai. Akibat kecanduan 28 Maidin Gultom, Op.Cit, hlm. 122 Universitas Sumatera Utara atau ketagihan narkotika, pemakai tidak segan-segan melakukan tindak kriminal demi tercapainya hasrat untuk memakai narkotika, seperti tindak pidana pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, dan lai-lain. 29 Pasal 1 angka 12 Undang-undang Narkotika, dijelaskan bahwa Pecandu adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada narkotika, baik secara fisik maupun psikis. Sementara Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Narkotika, dijelaskan bahwa ketergantungan narkotika adalah gejala dorongan untuk menggunakan narkotika secara terus-menerus, toleransi dan gejala putus narkotika apabila penggunaan dihentikan. Sedangkan Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Narkotika, dijelaskan bahwa Penyalahgunaan adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa sepengetahuan dan pengawasan dokter. 30 Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang dimaksud narkotika adalah tanaman papever, opium mentah, opium masak, seperti candu, jicing, jicingko, opium obat, morfina, tanaman koka, daun koka, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, damar ganja, garam-garam atau turunannya dari morfin dan kokaina. 31 Menurut cara pembuatannya narkotika dibagi dalam 3 tiga golongan yaitu : a. Narkotika alam, adalah narkotika yang berasal dari olahan tanaman, yang dikelompokkan dari 3 tiga jenis tanaman yaitu : 29 Soedjono Dirdjo Siswono, 1990, Hukum Narkotika Indonesia, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 3, seperti dikutip oleh Maidin Gultom, Op.Cit, hlm. 122 30 Kusno Adi, Kebijakan Kriminal Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Oleh Anak, Malang, UMM Press, 2009, hlm. 18 31 Lubis,Tindak Pidana Narkotika, www.amiee43.blogspot.com201305tindak-pidana- narkotika.html akses pada 15 Juni 2015, 17.49 Universitas Sumatera Utara 1 Opium yaitu berasal dari olahan getah dari buah tanaman Paparef Somni Ferum. Termasuk dalam kelompok ini adalah opium mentah, opium masak, morfin, jenis tanaman yang menghasilkan opium tidak terdapat di Indonesia. 2 Kokaina, yaitu berasal dari olahan daun tanaman koka. Tanaman ini banyak terdapat dan diolah secara gelapdi Amerika Selatan seperti Peru, Bolivia, dan Columbia. 3 Conabis Sutira atau Mariyuana atau ganja termasuk hashish ataupun hashish oil minyak ganja. Tanaman ganja ini banyak ditanam secara ilegal khususnya di daerah Aceh sekitarnya. b. Narkotika Semi Sintetis yaitu narkotika yang dibuat dari Alkohol Opium dengan ini penanthem dan berkhasiat sebagai narkotika, contoh yang terkenal sering disalahgunakan adalah heroin. c. Narkotika Sintetis, narkotika ini diperoleh melalui proses kimia dengan menggunakan bahan kimia, sehingga diperoleh suatu hasil baru yang mempunyai efek narkotika seperti Pethidine, Metadon, dan lain-lain. 32 Mengenai tindak pidana narkotika, berarti merujuk pada suatu perbuatan atau peristiwa pidana dalam lingkup penyalahgunaan narkotika. Dalam UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dapat dijelaskan hal-hal tentang bentuk penyalahgunaan narkotika sebagai berikut : 33 1 Narkotika apabila dipergunakan secara proporsional, artinya sesuai menurut asas pemanfaatan, baik untuk kesehatan maupun untuk kepentingan 32 Jeane Mandagi, 1996, Penanggulangan Bahaya Narkotika, Pramuka Saka Bayangkara, Jakarta, hlm. 9 seperti dikutip oleh Maidin Gultom, Op.Cit, hlm. 122 33 Taufik Makarao, Suhasril, Moh. Zakky, Tindak Pidana Narkotika, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2003, hlm. 44-45 Universitas Sumatera Utara penelitian ilmu pengetahuan, maka hal tersebut tidak dapat dikwalisir sebagai tindak pidana narkotika. 2 Penyalahgunaan narkotika meliputi pengertian yang lebih luas, antara lain : a. Membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan berbahaya dan mempunyai resiko. Misalnya ngebut di jalanan, berkelahi, bergaul dengan wanita, dan lain-lain; b. Menentang suatu otoritas baik terhadap guru, orang tua, hukum, maupun instansi tertentu; c. Mempermudah penyaluran perbuatan seks; d. Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman- pengalaman emosional; e. Berusaha agar menemukan arti dari pada hidup; f. Mengisi kekosongan-kekosongan dan perasaan bosan karena tidak ada kegiatan; g. Menghilangkan rasa frustasi dan gelisah; h. Mengikuti kemauan teman dan tata pergaulan lingkungan; i. Hanya sekedar ingin tahu atau iseng. 3 Menurut ketentuan hukum pidana para pelaku tindak pidana itu pada dasarnya dapat dibedakan. a. Pelaku utama b. Pelaku peserta c. Pelaku pembantu 4 Bentuk tindak pidana narkotika yang umum dikenal antara lain berikut ini : a. Penyalahgunaanmelebihi dosis; Hal ini disebabkan oleh banyak hal, seperti yang telah diutarakan di atas Universitas Sumatera Utara b. Pengedaran narkotika; Karena ketertarikan dengan sesuatu mata rantai peredaran narkotika, baik nasional maupun internasional c. Jual beli narkotika; Ini pada umumnya dilatarbelakangi oleh motivasi untuk mencari keuntungan materil, namun ada juga karena motivasi untuk kepuasan.

7. Lembaga Pemasyarakatan LAPAS

Dokumen yang terkait

Pemenuhan Hak atas Kesehatan Anak Didik Pemasyarakatan (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II A Tanjung Gusta Medan)

5 126 138

Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Wanita Tanjung Gusta Medan

5 92 134

Aspek Hukum Perlindungan Terhadap Anak Didik Pemasyarakatan Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika (Studi Kasus Lemabaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan)

1 45 92

Aspek Hukum Perlindungan Terhadap Anak Didik Pemasyarakatan Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika (Studi Kasus Lemabaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan)

1 1 26

Aspek Hukum Perlindungan Terhadap Anak Didik Pemasyarakatan Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika (Studi Kasus Lemabaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan)

0 0 2

Pemenuhan Hak atas Kesehatan Anak Didik Pemasyarakatan (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II A Tanjung Gusta Medan)

0 0 11

Pemenuhan Hak atas Kesehatan Anak Didik Pemasyarakatan (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II A Tanjung Gusta Medan)

0 0 1

Pemenuhan Hak atas Kesehatan Anak Didik Pemasyarakatan (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II A Tanjung Gusta Medan)

0 0 43

Aspek Hukum Perlindungan Terhadap Anak Didik Pemasyarakatan Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika (Studi Kasus Lemabaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan)

0 0 9

Aspek Hukum Perlindungan Terhadap Anak Didik Pemasyarakatan Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika (Studi Kasus Lemabaga Pemasyarakatan Klas II A Tanjung Gusta Medan)

0 0 1