g. dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Karena definisi anak yang bermacam-macam, kebijakan perlindungan anak menjadi karut-marut. Bila misinya satu, melindungi anak, harusnyalah
mengenal satu definisi, definisi universal yang telah mengikat karena ratifikasi negara, yaitu undang-undang yang secara khusus menyangkut perlindungan anak :
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
4. Pengertian Perlindungan Anak
Anak sebagai generasi penerus bangsa dan penerus pembangunan, sedini mungkin harus dipersiapkan juga sebagai subjek pelaksana pembangunan yang
berkelanjutan dan pemegang kendali masa depan suatu negara. Perlindungan anak berarti melindungi potensi sumber daya insani dan membangun manusia
seutuhnya, menuju masyarakat yang adil dan makmur, materil spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Selain itu, perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya
demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar baik fisik, mental dan sosial. Perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu
masyarakat, dengan demikian perlindungan anak diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
17
Kepastian hukum perlu diusahakan demi kegiatan kelangsungan perlindungan anak dan mencegah penyelewengan yang membawa akibat negatif
17
Maidin Gultom, Op.Cit, hlm. 40
Universitas Sumatera Utara
yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan kegiatan perlindungan anak.
18
Untuk itu, kegiatan perlindungan anak setidaknya memiliki dua aspek. Aspek pertama
berkaitan dengan kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perlindungan hak-hak anak. Aspek kedua, menyangkut pelaksanaan
kebijakan dan peraturan-peraturan tersebut.
19
Dalam Pasal 20 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah
menentukan bahwa : “Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat, Keluarga, dan
Orang Tua atau Wali berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan Perlindungan Anak”
Dasar pelaksana perlindungan anak adalah :
20
a. Dasar filosofis, Pancasila dasar kegiatan dalam berbagai bidang kehidupan
keluarga, bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa, dan dasar filosofis pelaksanaan perlindungan anak.
b. Dasar Etis, pelaksanaan perlindungan anak harus sesuai dengan profesi
yang berkaitan, untuk mencegah perilaku menyimpang dalam pelaksanaan kewenangan, kekuasaan dan kekuatan dalam pelaksanaan perlindungan
anak. c.
Dasar yuridis, pelaksanaan perlindungan anak harus didasarkan pada UUD 1945 dan berbagai peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku.
Penerapan dasar yuridis ini harus secara integratif, yaitu penerapan terpadu menyangkut peraturan perundang-undangan dari berbagai bidang hukum
yang berkaitan.
18
Arief Gosita, Masalah Korban Kejahatan, Jakarta : Akademika Pressindo 1993, hlm. 22, seperti dikutip oleh Nashriana, Ibid, hlm. 3
19
Nashriana, Op.Cit, hlm. 3
20
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum terhadap Anak dan Perampuan, Bandung, PT Refika Aditama, 2012, hlm. 70
Universitas Sumatera Utara
Arif Gosita mengatakan bahwa Hukum Perlindungan Anak adalah hukum tertulis maupun tidak tertulis yang menjamin anak benar-benar dapat
melaksanakan hak dan kewajibannya.
21
Perlindungan hukum yang didapat anak adalah perlindungan yang diberi sejak anak masih dalam kandungan hingga ia
melepas status sebagai seorang anak. Baik dalam kehidupannya sehari-hari dalam asuhan orang tua wali, ataupun saat anak harus berhadapan dengan hukum.
Prinsip-prinsip perlindungan hukum pidana terhadap anak tercermin dalam Pasal 37 dan Pasal 40 Konvensi Hak-Hak Anak Convention on the Rights of the
Child yang disahkan dengan Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990, tanggal 25 Agustus 1990. Pasal 37 memuat prinsip-prinsip sebagai berikut :
22
1 Seorang anak tidak dikenai penyiksaan atau pidana dan tindakan lainnya
yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat; 2
Pidana mati maupun pidana seumur hidup tanpa memperoleh kemungkinan memperoleh pelepasan pembebasan without possibility of
release tidak akan dikenakan kepada anak yang berusia di bawah 18 delapan belas tahun;
3 Tidak seorang anak pun dapat dirampas kemerdekaannya secara melawan
hukum atau sewenang-wenang; 4
Penangkapan, penahanan dan pidana penjara hanya akan digunakan sebagai tindakan dalam upaya akhir dan untuk jangka waktu yang sangat
singkat pendek; 5
Setiap anak yang dirampas kemerdekaannya akan diperlakukan secara manusiawi dan dengan menghormati martabatnya sebagai manusia;
21
Maidin Gutom, Op.Cit, hlm. 52
22
Lilik Mulyadi, Op.Cit, hlm, 48
Universitas Sumatera Utara
6 Anak yang dirampas kemerdekaannya akan dipisah dari orang dewasa dan
berhak melakukan hubungankontak dengan keluarganya; 7
Setiap anak yang dirampas kemerdekaannya berhak memperoleh bantuan hukum,
berhak melawanmenentang
dasar hukum
perampasan kemerdekaan atas dirinya di muka pengadilan atau pejabat lain yang
berwenang dan tidak memihak serta berhak untuk mendapat keputusan yang cepattepat atas tindakan terhadap dirinya.
Berkaitan dengan anak yang berhadapan atau berkonflik dengan hukum, UU Nomor 35 Tahun 2014 memuat beberapa pasal, yakni :
1. Pasal 15
Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari : a.
Penyalahgunaan dalam kegiatan politik; b.
Pelibatan dalam sengketa bersenjata; c.
Pelibatan dalam kerusuhan sosial; d.
Pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur Kekerasan; e.
Pelibatan dalam peperangan; dan f.
Kejahatan seksual. 2.
Pasal 16 yang menyatakan : 1
Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak
manusiawi. 2
Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum. 3
Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara bagi anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat
dilakukan sebagai upaya terakhir. 3.
Pasal 17 1
Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk : a.
Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa;
b. Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif
dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku; dan c.
Membela dari dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk
umum. 2
Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan.
Universitas Sumatera Utara
4. Pasal 18
Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya.
Perlindungan anak berhubungan dengan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu :
I. Luas lingkup perlindungan :
a. Perlindungan yang pokok meliputi antara lain: sandang, pangan,
pemukiman, pendidikan, kesehatan, hukum. b.
Meliputi hal-hal yang jasmaniah dan rohaniah. c.
Mengenai pula penggolongan keperluan yang primer dan sekunder yang berakibat pada prioritas pemenuhannya.
II. Jaminan pelaksanaan perlindungan:
a. Sewajarnya untuk mencapai hasil yang maksimal perlu ada jaminan
terhadap pelaksanaan kegiatan perlindungan ini, yang dapat diketahui, dirasakan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan perlindungan.
b. Sebaiknya jaminan ini dituangkan dalam suatu peraturan tertulis baik
dalam bentuk undang-undang atau peraturan
daerah yang
perumusannya sederhana tetapi dapat dipertanggung jawabkan serta disebarluaskan secara merata dalam masyarakat.
c. Pengaturan harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi di Indonesia
tanpa mengabaikan cara-cara perlindungan yang dilakukan di negara lain, yang patut dipertimbangkan dan ditiru peniruan yang kritis.
23
5. Tindak Pidana dan Unsur-Unsur Tindak Pidana