Pola Pengembangan Kapasitas Pendamping

G. Pola Pengembangan Kapasitas Pendamping

Penyelenggaraan program pelatihan dan pengembangan bagi pendamping sifatnya sangat situasional. Artinya dirumuskan sesuai perhitungan kepentingan organisasi dan

374 | Modul Pelatihan Pratugas Pendamping Desa 374 | Modul Pelatihan Pratugas Pendamping Desa

Melaksanakan program pelatihan dan pengembangan pada prinsipnya melaksanakan proses pembelajaran, artinya ada pelatih yang mengajarkan suatu topik atau mata latih. Oleh karena itu, tepat tidaknya suatu teknik fasilitasi tergantung pada pertimbangan yang ingin ditonjolkan, seperti penghematan dalam pembiayaan, materi dan fasilitas yang tersedia, kemampuan peserta, kemampuan pelatih dan prinsip belajar yang digunakan.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan program pelatihan dan pengembangan antara lain :

(a) On the job atau pelatihan dalam jabatan, merupakan teknik pelatihan di mana para peserta dilatih langsung di tempat dia bekerja. Sasarannya adalah

meningkatkan kemampuan peserta latihan mengerjakan tugasnya yang sekarang. Yang bertindak sebagai pelatih bisa seorang pelatih formal, atasan langsung, atau rekan sekerja yang lebih senior dan berpengalaman. Pelatihan dalam jabatan ini meliputi empat tahap yaitu :

x peserta pelatihan memperoleh informasi tentang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dan hasil yang diharapkan, kesemuanya dikaitkan dengan

relevansi pelatihan dengan peningkatan kemampuan peserta pelatihan yang bersangkutan.

x pelatih mendemonstrasikan cara yang baik melaksanakan pekerjaan tertentu untuk dicontoh oleh pegawai yang sedang dilatih.

x peserta pelatihan disuruh mempraktekkannya sendiri apa yang telah didemonstrasikan pelatih.

x pendamping menunjukkan kemampuan bekerja menurut cara yang telah dipelajarinya secara mandiri.

(b) Vestibule merupakan metode pelatihan untuk meningkatkan keterampilan terutama yang bersifat teknikal, di tempat pekerjaan, akan tetapi tanpa menggangu kegiatan organisasi sehari-hari. Hal ini berarti organisasi harus menyediakan lokasi dan fasilitas khusus untuk berlatih, sehingga tidak mengganggu pekerjaan yang sebenarnya. Vestibule merupakan bentuk pengembangan kapasitas yang dilakukan dalam situasi tugas atau kerja. Misalnya di kantor, agar pelatihan tidak mengganggu kegiatan administrasi sehari-hari, maka disediakan satu ruang khusus yang digunakan berlatih, seperti menata ruang pelayanan atau pengaduan, menerima pengaduan dari masyarakat langsung, kegiatan konsutasi, dan lain-lain.

(c) Apprenticeship (magang), biasa dipergunakan untuk pekerjaan yang membutuh- kan keterampilan (skill) yang relatif tinggi. Program ini biasanya mengkombinasi- kan on the job training dengan pengalaman sistem magang ini dapat mengambil empat macam kegiatan yaitu:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 375 Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 375

yang benar kepada bawahannya di tempat pekerjaan dan cara-cara yang diajarkan atasan tersebut ditini oleh pegawai yang sedang mengikuti latihan.

x menjadikan pegawai yang dilatih sebagai ”asisten”. x menugaskan pegawai tertentu untuk duduk dalam berbagai panitia, sehingga

yang bersangkutan mendapat pengalaman lebih banyak. (d) Classroom methods. Dirancang dalam bentuk pembelajaran di dalam kelas

dengan menggunakan metode ceramah diskusi. Aktivitas pembelajaran pada umumnya berjalan sepihak yang instruktur aktif memberikan informasi atau pengetahuan kepada peserta. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan metode ini, diantaranya adalah faktor peserta, bahan belajar, pelatih. Semakin banyak jumlah peserta dalam suatu ruang belajar biasanya semakin kurang efektif (satu kelas lebih dari lima puluh orang). Demikian juga dengan bahan belajar, bila pelatih tidak menyediakan bahan belajar (hand out) menyebabkan peserta kesulitan mengikuti jalannya pembelajaran. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah instruktur, untuk model kuliah diperlukan pelatih yang benar-benar mampu menguasai kelas dengan berbagai keahliannya.