Pembangunan Desa dalam Sistem Pembangunan Nasional

D. Pembangunan Desa dalam Sistem Pembangunan Nasional

Terbitnya Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa memberikan momentum dan peluang besar kepada Desa untuk menjadi Desa yang Mandiri tanpa meninggalkan jati dirinya. Undang-Undang ini mengatur Desa dan Desa Adat atau sebutan lain sesuai dengan Pasal 1 serta mengatur penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Undang-Undang Desa mendapat perhatian yang luar biasa karena dipandang sebagai horizon baru pembangunan. Desa diletakkan sebagai pusat arena pembangunan, bukan lagi semata lokasi keberadaan sumber daya (ekonomi) yang dengan mudah dieksploitasi oleh wilayah lain (kota) untuk beragam kepentingan. Dengan demikian hal ini diharapkan dapat memperkecil kesenjangan antara desa-kota.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2015, tugas Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pembangunan desa dan kawasan perdesaan, pemberdayaan masyarakat desa, percepatan pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas itu, salah satu fungsi yang dijalankan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi adalah perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan desa dan kawasan perdesaan, serta pemberdayaan masyarakat desa.

Tugas dan fungsi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi salah satunya dimaksudkan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa yang diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ketiga periode 2015-2019 yang merupakan penjabaran dari Visi dan Misi Presiden serta agenda Nawacita. Keselarasan agenda pembangunan nasional dengan pembangunan desa memberi kepastian bagi tercapainya tujuan pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945.

172 | Modul Pelatihan Pratugas Pendamping Desa

Pendekatan umum Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, yaitu Tri-Matra Pembangunan Desa dimaksudkan untuk memperkuat tugas dan fungsi Sekretariat dan seluruh Direktorat Jenderal. Program unggulan ini didesain untuk mendorong integrasi, sinergi, dan harmonisasi program di Pemerintahan (pusat hingga desa) dan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan pemberdayaan masyarakat desa. Adapun Tri-Matra Pembangunan dan Pemberdayaan Desa adalah sebagai berikut:

1. Jaring Komunitas Wiradesa. Pilar ini bertujuan untuk memperkuat kualitas manusia dengan memperbanyak kesempatan dan pilihan dalam upaya untuk

menegakkan hak dan martabatnya, memajukan kesejahteraan, baik sebagai individu, keluarga maupun kolektif warga Desa.

2. Lumbung Ekonomi Desa. Pilar ini merupakan pengejawantahan amanat konstitusi sebagaimana yang tertuang dalam pasal 33 UUD 1945 yaitu amanat untuk melakukan pengorganisasian kegiatan ekonomi berdasar atas asas kekeluargaan, penguasaan negara atas cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak, serta penggunaan kekayaan alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Lumbung Ekonomi Desa diarahkan untuk melakukan segala tindakan yang diperlukan untuk mewujudkan kedaulatan pangan, ketahanan energi dan kemandirian ekonomi Desa.

3. Lingkar Budaya Desa. Pilar ini merupakan suatu proses pembangunan desa sebagai bagian dari kerja budaya (kolektivisme) yang memiliki semangat kebersamaan, persaudaraan dan kesadaran untuk melakukan perubahan bersama dengan pondasi nilai, norma dan spirit yang tertanam di desa. Pilar ketiga ini mensyaratkan adanya promosi pembangunan yang meletakkan partisipasi warga dan komunitas sebagai akar gerakan sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain. Gerakan pembangunan Desa tidaklah tergantung pada inisiatif orang perorang, tidak juga tergantung pada insentif material (ekonomi), tetapi lebih dari itu semua adalah soal panggilan kultural.

Tiga Pilar pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa di atas memiliki keterkaitan satu sama lain. Komitmen untuk menjalankan program dan kegiatan dengan menggunakan pendekatan (metode) ini, diharapkan dapat melipatgandakan kemampuan mencapai target dan menghasilkan dampak yang bisa dipertahankan (sustained impact) untuk kemajuan dan kesejahteraan Desa.

E. Sinergi Pembangunan Pusat, Daerah dan Desa Desa sekarang telah memiliki kewenang yang cukup besar, Pasal 1 ayat 1 peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014, Desa adalah Desa dan Desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 173 Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 173

1. Pembangunan nasional (makro) semata-mata agregasi (gabungan) atas pembangunan daerah/wilayah atau bahkan sekedar gabungan pembangunan antar sektor semata.

2. Pembangunan nasional adalah hasil sinergi berbagai bentuk keterkaitan (linkages), baik keterkaitan spasial (spatial linkages atau regional linkages), keterkaitan sektoral (sectoral linkages) dan keterkaitan institusional (institutional linkages).

3. Perubahan lingkungan strategis nasional dan internasional yang perlu diperhatikan antara lain:

x Demokratisasi, proses pembangunan dituntut untuk disusun secara terbuka dan melibatkan semakin banyak unsur masyarakat

x Otonomi Daerah, proses pembangunan dituntut untuk selalu sinkron dan sinergis antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten

x Kewenangan Desa, proses pembangunan harus memberikan kepercayaan bagi Desa secara mandiri untuk memenuhi kebutuhannya dengan tetap memper- timbangkan keselarasan dan sinergi antara Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota.

x Globalisasi, proses pembangunan dituntut untuk mampu mengantisipasi kepentingan nasional dalam kancah persaingan global

x Perkembangan Teknologi, proses pembangunan dituntut untuk selalu beradaptasi dengan perubahan teknologi yang cepat