HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1 Sejarah

Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA. Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA merupakan salah satu perguruan tinggi swasta milik persyarikatan Muhammadiyah yang berkedudukan di Jakarta. Sebagai salah satu amal usaha Muhammadiyah, UHAMKA adalah perguruan tinggi berakidah islam yang bersumber pada Al- Qur’an dan As-sunah serta berdasrakan pancasila dan UUD 1945 yang melaksanakan tugas caturdharma Perguruan Tinggi Muhammadiyah, yaitu menyelenggarakan pembinaan ketakwaan dan keimanan kepada Allah SWT., pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat menurut tuntunan Islam.

UHAMKA adalah perubahan bentuk dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Muhammadiyah Jakarta dengan nama awal Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG). PTPG ini diresmikan pada tanggal 12 Rabiul Awal 1377 H atau 18 November 1957 M, dengan para pendiri diantaranya adalah Arso Sosroatmodjo (Ketua) dan HS Prodjokusomo (sekretaris). Sejalan dengan kebiajakan pemerintah, pada tahun 1958 PTPG berubah menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang menginduk kepada Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Pada tahun itu juga, FKIP dipercaya oleh Jawatan Pendidikan Agama, Kementerian Agama, untutk mendidik pegawainya agar menjadi guru PGA yang bermutu. Pada tahun 1956, FKIP UMJ berdiri sendiri dengan nama IKIP Muhammadiyah Jakarta (IKIP-UMJ) dan pada tahun 1979 sampai dengan tahun 1990 mendapat kepercayaan dari pemerintah untuk mengelola program Diploma Proyek Pendidikan Tenaga Kependidikan. Selanjutnya UHAMKA adalah perubahan bentuk dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Muhammadiyah Jakarta dengan nama awal Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG). PTPG ini diresmikan pada tanggal 12 Rabiul Awal 1377 H atau 18 November 1957 M, dengan para pendiri diantaranya adalah Arso Sosroatmodjo (Ketua) dan HS Prodjokusomo (sekretaris). Sejalan dengan kebiajakan pemerintah, pada tahun 1958 PTPG berubah menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang menginduk kepada Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Pada tahun itu juga, FKIP dipercaya oleh Jawatan Pendidikan Agama, Kementerian Agama, untutk mendidik pegawainya agar menjadi guru PGA yang bermutu. Pada tahun 1956, FKIP UMJ berdiri sendiri dengan nama IKIP Muhammadiyah Jakarta (IKIP-UMJ) dan pada tahun 1979 sampai dengan tahun 1990 mendapat kepercayaan dari pemerintah untuk mengelola program Diploma Proyek Pendidikan Tenaga Kependidikan. Selanjutnya

Pada tanggal 30 Mei 1997 Dirjen DIKTI Depikbud memutuskan dan menetapkan

menjadi Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA dengan Keputusan Dirjen Dikti Depdikbud No. 138/DIKTI/Kep/1997, tanggal 30 Mei 1997. Ketika UHAMKA diresmikan memiliki lima Fakultas, yaitu:

perubahan

bentuk IKIP-MJ

1. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

2. Fakultas Ekonomi

3. Fakultas Teknik

4. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Pada tanggal 13 Maret 1998 dibuka Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 91/DIKTI/Kep/1998. Dalam perkembangan selanjutnya FKM diubah menjadi Fakuktas Ilmu-Ilmu Kesehatan (Fikes) berdasarkan keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA Nomor 046/e.02.04/2002, tanggal 12 Februari 2002. Pada tanggal 5 Juni 1998 dibuka Fakultas Ilmu Politik (FISIP) berdasrkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 163/DIKTI/Kep/1998. Pada tanggal 12 Maret 1999 dibuka Fakultas Agama Islam (FAI) berdasarkan Keputusan Kopertais Wilayah I DKI Jakarta Nomor 119 Tahun 1999. Pada tanggal 9 Juli 2003 dibuka Fakultas Psikologi berdasarkan Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas Nomor 1420/D/T/2003, perihal Ijin Penyelenggaraan Program Jenjang (S1). Dan Saat ini jumlah karyawan tetap di UHAMKA Limau adalah sebanyak 105 karyawan.

5.1.2 Kegiatan Olahraga Penunjang Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka menyediakan kegiatan olahraga penunjang kepada karyawan dan dosen, yang dilaksanakan satu minggu sekali setiap hari jumat. Kegiatan yang dilakukan ini ditujukan kepada para karyawan UHAMKA maupun para dosen Universitas. Ada perbedaan kegiatan olahraga yang dilakukan pada karyawan laki-laki dan karyawan perempuan. Pada karyawan dan dosen laki-laki olahraga yang dilakukan adalah futsal, sedangkan olahraga yang dilakukan pada karyawan dan dosen perempuan adalah bulu tangkis. Kegiatan ini dilakukan ditempat yang berbeda, olahraga futsal biasanya dilaksanakan di daerah Pondok Indah, sedangkan perempuan dilaksanakan di hall Radio Dalam. Namun kegiatan olahraga yang disediakan olah pihak kampus tidak berjalan dengan semestinya, pada olahraga futsal pada karyawan laki-laki hanya sedikit yang mengikuti kegiatan tersebut dan hampir tidak semuanya mengikuti olahraga futsal yang dilaksanakan setiap hari jumat. Sedangkan pada olahraga bulu tangkis pada karyawan perempuan sudah tidak lagi berjalan sejak satu tahun ini.

5.2 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Tabel 5.1 Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Laki-Laki 42 76.4 Perempuan

Total 55 100

Penelitian status kebugaran karyawan UHAMKA terdiri dari 55 karyawan tetap dengan jenis kelamin terbanyak laki-laki yaitu 42 responden (76.4%), dan

13 responden wanita dengan persentase 23.6%.

Tabel 5.2

Distribusi Responden menurut Kebiasaan Berolahraga Kebiasaan Olahraga

Ya 36 65.5 Tidak

Total 55 100

Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui bahwa Karyawan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau Jakarta yang sering melakukan kebiasaan berolahraga adalah 36 responden (65.5%) dan yang tidak melakukan kebiasaan berolahraga 19 responden (34.5%).

WHO (2002) menyatakan bahwa kurangnya aktivitas fisik dan gaya hidup sedentary dapat menyebabkan penurunan kesehatan dan kebugaran sehingga meningkatkan resiko penyakit tidak menular. Kekurangan gerak atau kurangnya keterlibatan secara aktif dalam berolahraga dapat menyebabkan derajat kesegaran jasmani yang rendah. Kondisi ini dapat terlihat, seperti cepat lelah saat melakukan tugas sehari-hari, kecepatan dan daya tahan yang rendah, serta penampilan yang tampak lemas dan gairah hidup yang kurang.

Tabel 5.3

Distribusi Responden menurut Frekuensi Berolahraga Frekuensi Olahraga

1 kali/minggu 22 40 2 kali/minggu

9 16.4 3 kali/minggu

1 1.8 4 kali/minggu

3 5.5 5 kali/minggu

1 1.8 Tidak pernah berolahraga

Total 55 100

Frekuensi latihan berhubungan erat dengan intensitas dan lamanya latihan. Olahraga dilakukan secara teratur setiap hari atau dilakukan 3-5 kali seminggu minimal 30 menit setiap kali berolahraga (Moelyono Ws, 1991). Dalam penelitian ini jumlah responden yang sering melakukan olahraga dengan frekuensi olahraga 1 kali/minggu yaitu sebanyak 22 orang (40%) dari 36 orang responden yang sering melakukan olahraga dengan rutin.

Tabel 5.4

Distribusi Responden menurut Durasi Berolahraga Durasi Olahraga

<30 menit 11 20 30 menit-1 jam

20 36.4 2-3 Jam

5 9.1 Tidak pernah berolahraga

Total 55 100

Lamanya latihan akan mendapatkan hasil latihan yang baik sehingga cukup bermanfaat bagi kesegaran jantung dan tidak berbahaya. Makin besar intensitas latihan maka makin besar pula efek latihan tersebut. Intensitas kesegaran jasmani sebaiknya antara 60-80% dari kapasitas aerobik yang maksimal. Berdasarkan hasil distribusi Durasi berolahraga karyawan, diketahui jumlah karyawan yang sering melakukan olahraga adalah 36 responden dan yang tidak melakukan olahraga yaitu 19 orang. Maka berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 36 responden yang sering berolahraga hanya 20 responden (36.4%) dengan durasi berolahraga 30 menit- 1 jam dan durasi terendah 2-3 jam terdiri dari 5 orang (9.1%)

Tabel 5.5

Distribusi Responden menurut Waktu Berolahraga Waktu Olahraga

Sebelum bekerja 7 12.7 Sesudah bekerja

9 16.4 Akhir pekan

20 36.4 Tidak pernah berolahraga

Total 55 100

Berdasarkan penelitian status kebugaran karyawan UHAMKA diketahui bahwa karyawan lebih sering melakukan olahraga pada akhir pekan yaitu 20 responden (36.4%) dan yang sering melakukan olahraga sebelum bekerja yaitu 7 responden (12.7%). Menurut Wendy Burngardner (2011) waktu yang tepat untuk melakukan olahraga adalah saat pagi hari. Beberapa alasan yang mendukung teori ini yaitu, olahraga pada pagi hari dapat meningkatkan denyut jantung dan membakar lebih banyak kalori, meningkatkan semangat dalam beraktifitas seharian.

Tabel 5.6

Distribusi Responden menurut Jenis Olahraga Jenis Olahraga

Senam aerobic 3 5.5 Jalan kaki

13 23.6 Jogging

13 23.6 Lain-lain

7 12.7 Tidak pernah berolahraga

Total 55 100

Dari 36 responden yang sering melakukan olahraga, diketahui 13 responden (26.6%) melakukan jenis olahraga jalan kaki, dan jenis olahraga jogging sebanyak 13 orang (23.6%), sedangkan paling sedikit responden melakukan jenis olahraga senam aerobik sebesar 3 responden (5.5%). Berjalan kaki merupakan latihan fisik yang sering dilakukan yang memiliki banyak keuntungan seperti tidak banyaknya biaya yang dikeluarkan, mudah, dan memiliki resiko cedera yang kecil. Jogging adalah lari perlahan secara kontinyu. Jogging bermanfaat untuk meningkatkan kebugaran jantung-paru dan otot. Pada saat selesai melakukan jogging sebaiknya disarankan untuk tidak berhenti secara mendadak melainkan tetap berlari atau berjalan secara perlahan hingga detak jantung kembali normal, dan Senam aerobik merupakan olahraga yang diiringi irama dinamis yang mendatangkan keceriaan, dengan intensitas yang dapat dipilih sesuai dengan irama musik.

Tabel 5.7

Distribusi Responden menurut Alasan Tidak Berolahraga Alasan tidak Olahraga

Tidak ada keterangan 43 78.2 Capek

1 1.8 Tidak ada waktu

6 10.9 Tidak sempat

Total 55 100

Dari 55 responden, diperolehnya alasan tidak melakukan olahraga yaitu tidak ada waktu sebanyak 6 responden (10.9%).

5.3 Hasil Analisis

a. Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi variabel-variabel yang diteliti. Analisis univariat yang dilakukan meliputi variabel bebas, meliputi usia, status gizi, latihan fisik dan asupan zat gizi mikro (kalsium, zat besi, vitamin C) dan variabel terkait dalam penelitian ini adalah status kebugaran dengan metode Bleep Test , Hand Grip , Back Leg Strength , Push Pull Strength , Tes Fleksibilitas dan IMT karyawan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau Jakarta.

1) Gambaran Usia

Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Usia Karyawan di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.

Hamka Limau Jakarta Tahun 2014

Usia

Remaja Akhir (17-25 tahun) 3 5.5 Dewasa Awal (26-35 tahun)

16 29.1 Dewasa Akhir (36-45 tahun)

23 41.8 Lansia awal (46-55 tahun)

Total 55 100

Pada usia pertumbuhan kebugaran jasmani seseorang sangat jauh lebih baik, ini dikarenakan fungsi organ tubuh akan tumbuh secara optimal. Pada Tabel 5.8 diatas diketahui bahwa responden yang paling banyak menjadi subjek penelitian yaitu berusia 36-45 tahun (41.8%) dan usia responden yang paling sedikit ikut melakukan penelitian kebugaran yaitu berusia 17-25 tahun (5.5%).

2) Gambaran Status Gizi

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Status Gizi Karyawan IMT

Sangat kurus 1 1.8 kurus

0 0 Gemuk

12 21.8 Obesitas

18 32.7 Normal

Total 55 100

Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 55 responden, diketahui karyawan yang sangat kurus berjumlah 1 responden (1.8%), kurus (0%), gemuk 12 responden (21.8%), obesitas 18 responden (32.7%) dan karyawan dengan status gizi normal berjumlah 24 responden (43.6%).

3) Gambaran Latihan Fisik

Tabel 5.10

Distribusi Frekuensi Latihan Fisik Karyawan Universitas Muhammadiyah Prof.

Dr. Hamka Limau Jakarta Tahun 2014

Latihan Fisik

Rendah 54 98.2 Baik

Total 55 100

Berdasarkan Tabel 5.10 diketahui bahwa Karyawan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau Jakarta memiliki distribusi frekuensi latihan fisik yang rendah yaitu sebanyak 54 responden (98.2%) dan frekuensi latihan fisik yang baik pada karyawan hanya 1 responden (1.8%). Jenis olahraga yang paling banyak dilakukan adalah jalan kaki dan jogging, sedangkan frekuensi berolahraga yang paling sering dilakukan yaitu 1 kali/minggu dengan durasi 30 menit-1 jam yang dilakukan pada akhir pekan. Menurut Wendy Burngardner (2011) waktu yang tepat untuk melakukan olahraga adalah saat pagi hari. Beberapa alasan yang mendukung teori ini yaitu, olahraga pada pagi hari dapat meningkatkan denyut jantung dan membakar lebih banyak kalori, meningkatkan semangat dalam beraktifitas seharian. WHO (2002) menyatakan bahwa kurangnya aktivitas fisik dan gaya hidup sedentary dapat menyebabkan penurunan kesehatan dan kebugaran sehingga meningkatkan resiko penyakit tidak menular. Kekurangan gerak atau kurangnya keterlibatan secara aktif dalam berolahraga dapat menyebabkan derajat kesegaran jasmani yang rendah. Kondisi ini dapat terlihat, seperti cepat lelah saat melakukan tugas sehari-hari, kecepatan Berdasarkan Tabel 5.10 diketahui bahwa Karyawan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau Jakarta memiliki distribusi frekuensi latihan fisik yang rendah yaitu sebanyak 54 responden (98.2%) dan frekuensi latihan fisik yang baik pada karyawan hanya 1 responden (1.8%). Jenis olahraga yang paling banyak dilakukan adalah jalan kaki dan jogging, sedangkan frekuensi berolahraga yang paling sering dilakukan yaitu 1 kali/minggu dengan durasi 30 menit-1 jam yang dilakukan pada akhir pekan. Menurut Wendy Burngardner (2011) waktu yang tepat untuk melakukan olahraga adalah saat pagi hari. Beberapa alasan yang mendukung teori ini yaitu, olahraga pada pagi hari dapat meningkatkan denyut jantung dan membakar lebih banyak kalori, meningkatkan semangat dalam beraktifitas seharian. WHO (2002) menyatakan bahwa kurangnya aktivitas fisik dan gaya hidup sedentary dapat menyebabkan penurunan kesehatan dan kebugaran sehingga meningkatkan resiko penyakit tidak menular. Kekurangan gerak atau kurangnya keterlibatan secara aktif dalam berolahraga dapat menyebabkan derajat kesegaran jasmani yang rendah. Kondisi ini dapat terlihat, seperti cepat lelah saat melakukan tugas sehari-hari, kecepatan

4) Gambaran Asupan Zat Gizi Mikro (Kalisum, Zat Besi, Vitamin C)

Tabel 5.11

Deskripsi Asupan Zat Gizi Mikro (Klasium, Zat Besi, Vitamin C) Karyawan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau Jakarta

Tahun 2014

Pola Makan

Asupan Kalsium

Asupan Fe

Vitamin C

(mg/hr)

(Zat Besi) mg/hr

(mg/hr)

Rata-Rata Asupan

25.25 131 Asupan terendah

2.46 2.16 Asupan tertinggi

Dalam Penelitian ini diketahui rata-rata asupan kalsium dari 55 responden yaitu, 1038.7 mg/hari dengan asupan terendah 131.97 mg/hari dan asupan kalsium tertinggi 3941 mg/hari. Sedangkan pada Asupan Fe (Zat Besi) rata-rata asupan karyawan yaitu 25.25 mg/hr dengan asupan Fe (Zat Besi) terendah 2.46 mg/hari dan asupan Fe (Zat Besi) tertinggi 87 mg/hari. Pada vitamin C rata-rata asupan 131 mg/hari, dengan asupan Fe (Zat Besi) terendah

2.16 mg/hari dan asupan Fe (Zat Besi) tertinggi 53.0 mg/hari.

Tabel 5.12

Deskripsi Asupan Kalsium (mg/hari) Karyawan Universitas Muhammadiyah

Prof Dr. Hamka Limau Jakarta Tahun 2014 Asupan Kalsium (mg/hr)

Pada penelitian ini di lakukan penelitian asupan zat gizi mikro yaitu kalsium, Fe, Zat besi dengan menggunakan Food Frequency Questionnaire Semi Kuantitataif. Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat Pada penelitian ini di lakukan penelitian asupan zat gizi mikro yaitu kalsium, Fe, Zat besi dengan menggunakan Food Frequency Questionnaire Semi Kuantitataif. Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat

Berdasarkan tabel 5.12 diketahui bahwa asupan kalsium (mg/hari) karyawan UHAMKA yaitu 37 responden (67.3%) memiliki asupan kalsium kurang, sedangkan 18 responden (32.7%) memiliki asupan kalsium yang cukup.

Tabel 5.13

Deskripsi Asupan Zat Besi (mg/hari) Karyawan Universitas Muhammadiyah

Prof Dr. Hamka Limau Jakarta Tahun 2014 Asupan Zat Besi (mg/hr)

Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia, yaitu sebanyak 3-5 gram didalam tubuh manusia dewasa. Pada penelitian ini asupan zat besi dilakukan dengan menggunakan FFQ Semi Kuantitatif sebanyak 55 responden. Berdasarkan tabel 5.13 diketahui bahwa asupan Zat Besi (mg/hari) karyawan UHAMKA yaitu sebanyak 30 responden (54.5%) asupan kalsium (mg/hr), sedangkan 25 responden (45.5%) dinyatakan memiliki asupan zat besi yang cukup.

Tabel 5.14

Deskripsi Asupan Vitamin C (mg/hari) Karyawan Universitas Muhammadiyah

Prof Dr. Hamka Limau Jakarta Tahun 2014 Asupan Vitamin C (mg/hr)

Vitamin C merupakan vitamin yang memiliki proses metabolisme sel hidup yang diperlukan didalam tubuh manusia. Berdasarkan penelitian dengan jumlah sampel 55 orang karyawan diketahui bahwa karyawan yang memiliki asupan vitamin c yang kurang mengkonsumsi makan-makanan yang tinggi Vitamin C merupakan vitamin yang memiliki proses metabolisme sel hidup yang diperlukan didalam tubuh manusia. Berdasarkan penelitian dengan jumlah sampel 55 orang karyawan diketahui bahwa karyawan yang memiliki asupan vitamin c yang kurang mengkonsumsi makan-makanan yang tinggi

5) Status Kebugaran

Tabel 5.15

Deskripsi Status Kebugaran Karyawan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.

Hamka Limau Jakarta Tahun 2014

Status Kebugaran

Baik 1 1.8 Kurang

18 32.7 Kurang Sekali

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kebugaran karyawan di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr Hamka Limau Jakarta Tahun 2014, dengan jumlah karyawan tetap yang menjadi responden sebesar 55 orang. Kebugaran merupakan salah satu indicator dalam menentukan derajat kesehatan seseorang. Dengan memiliki fisik sehat dan bugar maka seseorang dapat menjalankan aktivitas harian secara optimal. Berdasarkan tabel 5.15, diketahui bahwa sebanyak 30 responden (54.5%) memiliki status kebugaran yang kurang sekali, 18 responden (32.7%) memiliki status kebugaran kurang,

6 responden (10.9%) memiliki status kebugaran sedang, dan 1 responden (1.8%) memiliki status kebugaran baik.

6) Rekapitulasi Hasil Analisis Univariat

Tabel 5.16 Rekapitulasi Analisis Univariat

No Variabel

Kategori

1 Usia

Remaja Akhir (17-25

Dewasa Awal (26-35

Dewasa Akhir (36-45 thn) Lansia awal (46-55 thn)

2 Status Gizi

Sangat kurus

2 Latihan Fisik

4 Asupan Zat

35 63.6 Vitamin C

Kurang Sekali

Sedang

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel untuk membuktikan hipotesis penelitian. Dalam hal ini untuk melihat hubungan usia, status gizi, latihan fisik, dan asupan zat gizi mikro (kalsium, zat besi, vitamin c), yang mempengaruhi status kebugaran karyawan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau Jakarta, maka dilakukan analisis bivariat dengan uji statistic korelasi.

1) Hubungan antara Usia dengan Status Kebugaran

Tabel 5.17

Distribusi Hubungan Usia dengan Status Kebugaran Karyawan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau Jakarta Tahun 2014 Variabel

Status Kebugaran

P value Usia

Dalam Penelitian status kebugaran variabel usia juga merupakan salah satu variabel yang diteliti. Pada usia pertumbuhan kebugaran jasmani seseorang biasanya jauh lebih baik dikarenakan fungsi organ tubuh tumbuh secara optimal. Dari hasil statistik diatas nilai r adalah 0.004, dalam kekuatan korelasi (r) 0.004 tidak adanya hubungan/hubungan yang lemah. P ( value) adalah 0.979 lebih besar dari 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara usia terhadap status kebugaran.

Daya tahan kardiorespiratori akan semakin menurun sejalan dengan bertambahnya usia, namun penurunan ini akan berkurang bila seseorang berolahraga secara teratur sejak dini (Moeloek, 1984). Kebugaran akan meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0.8-

2) Hubungan antara Status Gizi dengan Status Kebugaran

Tabel 5.18

Distribusi Hubungan Status Gizi dengan Status Kebugaran Karyawan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau Jakarta Tahun 2014 Variabel

Status Kebugaran

P value Status Gizi

Analisis hubungan antara status gizi diukur dengan indikator IMT (Indeks Massa Tubuh) dan status kebugaran diukur berdasarkan tes kardiorespiratori, daya tahan dan kekuatan otot, fleksibilitas, dan komposisi tubuh. Status gizi diukur dengan menggunakan uji korelasi. Hasil analisis hubungan kedua variabel dipaparkan dalam tabel 5.18. berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas diketahui bahwa antara IMT dengan status kebugaran memiliki hubungan yang signifikan yaitu nilai r 0.320 memiliki interprestasi hubungan yang sedang dan P value 0.004 terdapat korelasi yang bermakna.

3) Hubungan antara Latihan Fisik dengan Status Kebugaran

Tabel 5.19

Distribusi Hubungan Latihan Fisik dengan Status Kebugaran Karyawan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau Jakarta

Tahun 2014

Variabel Status Kebugaran

P value Latihan Fisik

Dari hasil analisis statistik dengan uji korelasi didapatkan r adalah 0.320 yaitu adanya hubungan yang sedang, sedangkan P value adalah 0.017 Dari hasil analisis statistik dengan uji korelasi didapatkan r adalah 0.320 yaitu adanya hubungan yang sedang, sedangkan P value adalah 0.017

4) Hubungan Asupan Zat Gizi Mikro (Kalsium, Zat Besi, Vitamin C)

Tabel 5.20

Distribusi Hubungan Asupan Kalsium (mg/hr) dengan Status Kebugaran Karyawan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau Jakarta

Tahun 2014

Variabel Status Kebugaran

P value Asupan Kalsium

(mg/hr)

Total

Kebugaran adalah dasar untuk membangun tubuh yang sehat dan tubuh yang sehat akan lebih produktif dan dapat terhindar dari berbagai macam penyakit salah satunya adalah Penyakit Tidak Menular. Tingkat kebugaran dan kesehatan individu dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu pengaturan asupan makanan/zat gizi, istirahat dan olahraga. Dalam penelitian ini dilakukan penelitian mengenai peran penting asupan zat gizi mikro kasium, berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji korelasi didapatkan r -0.171 yaitu arah korelasi dengan nilai – (negatif) berlawanan arah, semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya dan r -0.171 tidak ada hubungan /hubungan lemah. Sedangkan pada P value didapatkan 0.212 lebih besar dari 0.05 maka diketahui tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji sehingga dapat dikatakan tidak ada hubungan bermakna antara asupan kalsium terhadap status kebugaran.

Tabel 5.21

Distribusi Hubungan Asupan Zat Besi (mg/hr) dengan Status Kebugaran Karyawan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau Jakarta

Tahun 2014

Variabel Status Kebugaran

P value Asupan Zat Besi

(mg/hr)

Total

Dalam penelitian kebugaran ini salah satu asupan zat gizi mikro yang dijadikan variabel penelitian adalah zat besi. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa r -.0.034 yaitu tidak adanya hubungan/hubungan lemah dan berlawanan arah, semakin besar nilai satu variabel maka semakin kecil nilai variabel yang lainnya. Diperolehnya nilai P ( value ) 0.805 > 0.05 dapat dikatakan tidak ada hubungan bermakna antara asupan zat besi dengan status kebugaran.

Tabel 5.22

Distribusi Hubungan Asupan Vitamin C (mg/hr) dengan Status Kebugaran Karyawan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau

Jakarta Tahun 2014

Variabel Status Kebugaran

P value Asupan Vitamin C

(mg/hr)

Total

Tingkat kebugaran dan kesehatan individu dipengaruhi oleh beberapa faktor utama salah satunya adalah pengaturan asupan makanan/zat gizi,. Dalam penelitian ini dilakukan penelitian mengenai peran penting asupan zat gizi mikro Vitamin C. berdasarkan hasil statistik diatas nilai r adalah -0.218 yaitu tidak adanya hubungan/hubungan lemah. Sedangkan nilai P ( value ) 0.109 lebih besar dari 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna

5) Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat

Tabel 5.23 Rekapitulasi Analisis Bivariat Status Kebugaran

Variabel

P value Keterangan

Tidak ada Hubungan Status Gizi

Hubungan sedang dan terdapat korelasi yang bermakna

Latihan Fisik

Hubungan sedang dan terdapat korelasi yang bermakna

Kalsium (mg/hr)

Hubungan lemah dan tidak Asupan Zat

terdapat korelasi yang Besi (mg/hr)

Vitamin C (mg/hr)