Hubungan Usia Status Gizi Latihan Fisik

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA HUBUNGAN USIA, STATUS GIZI, LATIHAN FISIK, ASUPAN ZAT GIZI MIKRO (KALSIUM, ZAT BESI, VITAMIN C) DENGAN STATUS KEBUGARAN KARYAWAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA LIMAU JAKARTA TAHUN 2014. OLEH : SITI SORAYA

NIM: 1005025036

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI GIZI JAKARTA

ABSTRAK

HUBUNGAN USIA, STATUS GIZI, LATIHAN FISIK, ASUPAN ZAT GIZI MIKRO (KALSIUM, ZAT BESI, VITAMIN C) DENGAN STATUS KEBUGARAN KARYAWAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA LIMAU JAKARTA TAHUN 2014.

Oleh Siti Soraya, dibawah bimbingan Ahmad Faridi, SP., MKM Xiii + 99 halaman, 42 tabel, 2 gambar, 2 lampiran.

Tingkat kebugaran pada pekerja merupakan faktor penting dalam mendukung produktifitas kerja yang optimal dan terhindar dari berbagai resiko penyakit terkait gaya hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kebugaran pada pekerja. Desain penelitian ini menggunakan studi cross-sectional pada 55 karyawan tetap yang bekerja di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau, Jakarta Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan tetap dan menggunakan criteria inklusi dan eksklusi. Uji statistic yang digunakan adalah uji korelasi pearson, berdasarkan hasil uji korelasi pearson status gizi berhubungan sedang dan terdapat korelasi yang bermakna dengan status kebugaran (r = 0.382, P value = 0.004) dan latihan fisik berhubungan sedang dan terdapat korelasi yang bermakna dengan status kebugaran (r = 0.320, P value = 0.017). Sedangkan usia (r = 0.004, P value = 0.979) dan asupan zat gizi mikro kalsium (r = -0.171, P value = 0.212), zat besi (r = -0.034, P value = 0.805), vitamin C (r = -0.218, P value = 0.109) berdasarkan hasil uji korelasi pearson usia dan asupan zat gizi mikro (kalsium, zat besi, vitamin c) tidak terdapat kekuatan korelasi yang bermakna dan tidak berhubungan. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan status kebugaran yaitu status gizi dan latihan fisik. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar kelompok pekerja/karyawan dapat meningkatkan aktivitas fisik secara rutin dan menyeimbangkan asupan zat gizi sesuai dengan pedoman gizi seimbang.

Kata kunci : status gizi, latihan fisik, kebugaran.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA HUBUNGAN USIA, STATUS GIZI, LATIHAN FISIK, ASUPAN ZAT GIZI MIKRO (KALSIUM, ZAT BESI, VITAMIN C) DENGAN STATUS KEBUGARAN KARYAWAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA LIMAU JAKARTA TAHUN 2014.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA GIZI OLEH : SITI SORAYA

NIM: 1005025036

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI GIZI JAKARTA

RIWAYAT HIDUP

Nama

: Siti Soraya

NIM

Tempat/Tanggal Lahir

: Jakarta, 8 Juli 1992

Alamat : Komp. Permata Pamulang Blok C 30 No 89, Serpong Tangerang selatan 15315

Email

: tyasoray@yahoo.com

Riwayat Pendidikan 1998 – 2004

: SDN Pamulang IV

: SLTPN 2 Pamulang

2007 – 2010 : SMAN 6 Tangerang Selatan 2010 – 2014

: Program Strata Satu (S-1) Gizi Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka Jakarta

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah swt, karena atas rahmat dan hidayahnya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Hubungan Usia, Status Gizi, Latihan Fisik, Asupan Zat Gizi Mikro (Kalsium, Zat

Besi, Vitamin C) dengan Status Kebugaran Karyawan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau Jakarta Tahun 2014”. Terimakasih khususnya kepada Bapak

Ahmad Faridi, SP., M.KM sebagai Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan kepada penulis. Dan tidak lupa ucapan terimakasih kepada Ibu Ragil Marini, SKM sebagai Dosen Pendamping yang telah memberikan bimbingan serta pengarahannya kepada penulis. Dan Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S-1) pada Program Studi Gizi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Ahmad Faridi, SP., M.KM yang telah bersedia menjadi Dosen Pembimbing Utama dan telah memberikan saran serta pengarahannya kepada penulis.

2. Ragil Marini, SKM sebagai Dosen Pendamping yang telah memberikan bimbingan serta pengarahannya kepada penulis.

3. Rita Ramayulis, DCN., M.Kes dan Ningti Budiarti Ali, MCN sebagai penguji skripsi yang telah memberikan bimbingan dan sarannya kepada penulis dengan begitu sabar.

4. Defrizal Siregar, S.Or. sebagai Dosen Fisiologi Olahraga yang telah meluangkan waktunya untuk dapat membimbing dan memberikan begitu banyak saran dalam penelitian ini.

5. Isti Nurrohmah, S.Pd Kepala Bagian Kepegawaian UHAMKA yang telah mengizinkan penelitian ini dan memudahkan proses perizinan sampai dengan penelitian dilaksanakan.

6. Tiga orang Mahasiswa Semester Akhir UNJ yang telah membantu penelitian kebugaran ini.

7. Kedua Orangtua saya, Ayah Machmud Romli dan Ibu Rosmaliana yang telah melimpahkan kasih sayang serta bimbingannya tanpa henti.

8. Terimakasih untuk dukungan dari Tante Lastri yang sudah memberikan motivasi, dan doa yang tiada henti.

9. Kaka saya Ratna Maidah, SKM, dan Kedua adik saya Rizka Nurmala dan Ikhsanul Muttaqien yang tiada henti-hentinya memberikan semangat serta motivasi dalam penyusunan proposal skripsi ini.

10. Teman-teman Gizi Angkatan 2010 (Lusiah Isni, Ka Muflihah, Amelia, Amarilis, Anisa Wulandari, Astiani Aisyah, Norma Rukpianti yang telah membantu pada saat penelitian ini berlangsung dengan lancar dan senantiasa memberikan supportnya)

11. Dua orang sahabat saya Adinda Rachmawati dan Zaniar Rachmi Nuzulah, SE yang begitu banyak memberikan support dan doa.

Jakarta, 2014

Penulis

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.4 Kerangka Teori ............................................................................. 52 Gambar 3.1 Kerangka Konsep ......................................................................... 53

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner, FFQ Semi Kuantitatif dan Formulir Tes Kebugaran Lampiran 2 : Surat Pemberian Izin Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data World Ecomic Forum (WEF) tahun 2012, Indonesia termasuk kedalam klasifikasi menengah ke bawah dalam hal pendapatan per kapita. Dalam klasifikasi ini pun Indonesia masih berada di tingkatan yang rendah. Hasil ini masih dibawah Negara-negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia yang sudah masuk dalam klasifikasi menengah keatas. Pendapatan per kapita yang rendah tersebut dapat berdampak pada derajat kesehatan penduduk yang kurang baik.

Kebugaran adalah kapasitas tubuh secara umum dalam menghadapi kerja fisik baik dalam posisi bergerak maupun duduk dengan aman, efektif, dan masih dapat memenuhi fungsinya dalam keluarga maupun masyarakat serta menikmati kegiatan pilihannya tanpa mengalami kelelahan (Siregar. 2010).

Kebugaran seseorang banyak dipengaruhi oleh beberapa hal, Menurut Departemen Kesehatan RI, tahun 2012 kemampuan kerja seseorang tenaga kerja berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya dan sangat tergantung kepada keadaan gizi (IMT atau Indeks Massa Tubuh), umur, jenis kelamin. Dan faktor lain yang mempengaruhi kebugaran adalah faktor gaya hidup (status merokok, aktivitas fisik dan kebiasaan olahraga). Hubungan konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kebugaran dapat dilihat melalui pengaturan makanan, konsumsi pangan yang kaitannya dengan kebiasaan makan yang nantinya akan berhubungan dengan status gizi para karyawan, konsumsi pangan berhubungan dengan tingkat kecukupan zat gizi dimana tingkat kecukupan zat gizi berhubungan dengan aktivitas fisik seseorang dan zat gizi sangat dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan sehingga tercapai kesehatan dan daya kerja yang optimal berkaitan dengan tingkat kebugaran.

Kebugaran berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik. Prevalensi ketidakbugaran disetiap Negara memiliki pola yang berbeda- beda, di Amerika Serikat ketidakbugaran jasmani berdampak pada munculnya penyakit jantung dan pembuluh darah yang merupakan penyebab kematian nomor satu. Hampir satu juta orang Amerika meninggal setiap tahunnya yang diakibatkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah (Maurice, 2006). Berdasarkan hasil analisis data kesegaran jasmani yang dikumpulkan pada kegiatan Sport Devoplement Index tahun 2006 menunjukkan bahwa kesegaran jasmani masyarakat Indonesia 1.08% memiliki tingkat kebugaran baik sekali, 4.07% tergolong baik, 13.55% termasuk kategori sedang, 43.90% tergolong kurang bugar dan 37.40% tergolong kurang sekali. Hal ini cukup memprihatinkan karena tingkat kesegaran jasmani yang sangat rendah di Indonesia (Kemenpora 2007). Hasil pengukuran kebugaran jasmani Kementerian Kesehatan tahun 2011 yang diikuti 524 orang ternyata tingkat kebugaran jasmani yang kurang dan kurang sekali 59%, cukup 40%, baik 1 %. Berdasarkan hasil penelitian mengenai kebugaran jasmani pada 98 orang karyawan di PT Wijaya Karya Jakarta Timur menunjukkan bahwa sebanyak 78% karyawan PT WIKA memiliki tingkat kebugaran kurang (Fauziah, Nanda. 2012). University of Toronto memonitor kondisi kesehatan dari dua perusahaan asuransi, satu perusahaan diberi program kebugaran jasmani , dan perusahaan yang satunya lagi tidak diberikan program kebugaran jasmani, setelah enam bulan terlihat bahwa pada perusahaan yang diberi program kebugaran jasmani jumlah karyawan yang tidak masuk kerja turun 22% , dan karyawan yang harus diganti karena sakit bekurang dari 15% menjadi 1,5%. Penelitian kebugaran jasmani Karyawan yang dilakukan oleh Komang Ayu (2011) di PT. Amoco Mitsui Indonesia menunjukkan bahwa dari 97 responden yang diteliti diketahui bahwa sebanyak 5 orang memiliki nilai kebugaran jasmani yang kurang sebanyak 5,2 %, sebanyak 11 orang responden memiliki kebugaran jasmani sedang 11,3 %, 22 orang (22,7 %) Kebugaran berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik. Prevalensi ketidakbugaran disetiap Negara memiliki pola yang berbeda- beda, di Amerika Serikat ketidakbugaran jasmani berdampak pada munculnya penyakit jantung dan pembuluh darah yang merupakan penyebab kematian nomor satu. Hampir satu juta orang Amerika meninggal setiap tahunnya yang diakibatkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah (Maurice, 2006). Berdasarkan hasil analisis data kesegaran jasmani yang dikumpulkan pada kegiatan Sport Devoplement Index tahun 2006 menunjukkan bahwa kesegaran jasmani masyarakat Indonesia 1.08% memiliki tingkat kebugaran baik sekali, 4.07% tergolong baik, 13.55% termasuk kategori sedang, 43.90% tergolong kurang bugar dan 37.40% tergolong kurang sekali. Hal ini cukup memprihatinkan karena tingkat kesegaran jasmani yang sangat rendah di Indonesia (Kemenpora 2007). Hasil pengukuran kebugaran jasmani Kementerian Kesehatan tahun 2011 yang diikuti 524 orang ternyata tingkat kebugaran jasmani yang kurang dan kurang sekali 59%, cukup 40%, baik 1 %. Berdasarkan hasil penelitian mengenai kebugaran jasmani pada 98 orang karyawan di PT Wijaya Karya Jakarta Timur menunjukkan bahwa sebanyak 78% karyawan PT WIKA memiliki tingkat kebugaran kurang (Fauziah, Nanda. 2012). University of Toronto memonitor kondisi kesehatan dari dua perusahaan asuransi, satu perusahaan diberi program kebugaran jasmani , dan perusahaan yang satunya lagi tidak diberikan program kebugaran jasmani, setelah enam bulan terlihat bahwa pada perusahaan yang diberi program kebugaran jasmani jumlah karyawan yang tidak masuk kerja turun 22% , dan karyawan yang harus diganti karena sakit bekurang dari 15% menjadi 1,5%. Penelitian kebugaran jasmani Karyawan yang dilakukan oleh Komang Ayu (2011) di PT. Amoco Mitsui Indonesia menunjukkan bahwa dari 97 responden yang diteliti diketahui bahwa sebanyak 5 orang memiliki nilai kebugaran jasmani yang kurang sebanyak 5,2 %, sebanyak 11 orang responden memiliki kebugaran jasmani sedang 11,3 %, 22 orang (22,7 %)

Universitas Muhamadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) merupakan salah satu perguruan tinggi swasta milik Persyarikatan Muhammadiyah yang berbasis di Jakarta. Perguruan berakidah UHAMKA adalah Islam yang di dasarkan pada Al-Quran dan As-Sunnah dan berasaskan Pancasila dan UUD 1945. Uhamka adalah perubahan bentuk dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Muhammadiyah Jakarta dengan nama awal Sekolah Tinggi Pendidikan Guru (PTPG). Saat ini Jumlah karyawan Tetap yang bekerja di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau Jakarta yaitu sebanyak 105 orang karyawan.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status kebugaran, penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau Jakarta Selatan. Dimana salah satu faktor yang diperhatikan adalah masalah kebugaran jasmani para tenaga kerja. Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau karena sebagian karyawan di Uhamka memiki intensitas waktu bekerja yang cukup padat namun tidak banyak aktivitas fisik yang dilakukan saat bekerja, oleh karena itu kelompok ini merupakan kelompok yang dituntut untuk memiliki tingkat kebugaran yang baik agar mampu bekerja secara produktiv dan terhindar dari resiko munculnya penyakit metabolik akibat gaya hidup yang sedentary . Selain itu Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau Jakarta Selatan belum pernah dijadikan sebagai tempat penelitan mengenai status kebugaran sebelumya.

1.2 Perumusan Masalah

Kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih produktivitas yang baik pula, sehingga produktivitas pada akhirnya akan mempengaruhi kemajuan suatu perusahaan. Program kebugaran Jasmani yang dilakukan di perusahaan-perusahan sangat jarang sekali padahal pada kenyataannya program kebugaran jasmani akan meningkatkan status kebugaran, menambah rasa percaya diri, membentuk jiwa sportif, mengajarkan sikap sabar, gembira, dan melatih konsentrasi. Salah satu yang menyebabkan program kebugaran jasmani di perusahaan tidak terbentuk yaitu karena adanya beberapa mitos yang terjadi diperusahaan berkaitan dengan masalah kebugaran itu sendiri dan sebagian karyawan memiliki tingkat intensitas waktu bekerja yang padat namun tidak banyak aktivitas fisik yang mereka lakukan saat bekerja sehingga prevalensi ketidakbugaran cukup tinggi pada karyawan seperti pada penelitian kebugaran jasmani Kementerian Kesehatan RI tahun 2011 yang diikuti 524 orang karyawan ternyata tingkat kebugaran jasmani yang kurang dan kurang sekali 59%, cukup 40%, baik 1 % Hal ini pula yang melatari mengapa penelitian di lakukan di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau.

Bagaimana faktor-faktor yang berhubungan dengan status kebugaran terhadap kerja karyawan belum banyak diketahui. Oleh karena itu, perlu untuk melakukan penelitian tentang status kebugaran karyawan.

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum Mengetahui Hubungan Usia, Status Gizi, Latihan Fisik, Asupan Zat Gizi Mikro (Kalsium, Zat Besi, Vitamin C) dengan Status Kebugaran Karyawan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau Jakarta Tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya Karakteristik (Usia) Karyawan Universitas Muhammadiah Prof Dr. Hamka Limau Jakarta Selatan.

b. Diketahuinya Karakteristik Status Gizi Karyawan Universitas Muhammadiah Prof Dr. Hamka Limau Jakarta Selatan.

c. Diketahuinya Latihan Fisik Karyawan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau Jakarta Selatan.

d. Diketahuinya Asupan Zat Gizi Mikro (kalsium, zat besi, vitamin

C) Karyawan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau Jakarta Selatan

e. Diketahuinya Status Kebugaran Karyawan Universitas Muhammadiyah Prof Dr. Hamka Limau Jakarta Selatan.

f. Menganalisis Hubungan Usia Terhadap Status Kebugaran.

g. Menganalisis Hubungan Status Gizi Terhadap Status Kebugaran

h. Menganalisis Hubungan Latihan Fisik Terhadap Status Kebugaran.

i. Menganalisis Hubungan Asupan Zat Gizi Mikro (kalsium, zat besi, vitamin c) Terhadap Status Kebugaran.

1.4 Manfaat

1. Karyawan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Memberikan informasi kepada karyawan tentang cara meningkatkan kebugaran jasmani sehingga dapat memaksimalkan produktivitas kerja.

2. Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Sebagai bahan masukan dan informasi bahwa adanya hubungan usia, status gizi, asupan zat gizi mikro (kalsium, zat besi, vitamin c), latihan fisik dengan status kebugaran karyawan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Limau Jakarta.

3. Peneliti

Untuk menambah wawasan mengenai ilmu gizi khususnya gizi olahraga, sehingga dapat mengaplikasikan ilmu gizi yang sudah didapatkan dengan ilmu olahraga salah satunya mengenai status kebugaran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebugaran

2.1.1 Pengertian Kebugaran

Istilah kebugaran jasmani meliputi kemampuan untuk dapat melakukan kegiatan atas pekerjaan sehari-hari dan adaptasi terhadap pembebanan fisik tanpa menimbulkan kelelahan berlebihan dan masih memiliki cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggang maupun pekerjaan yang mendadak serta bebas dari berbagai macam penyakit (Permaesih Y, Moeloek D, Herman S, 2001).

Kebugaran merupakan salah satu indicator dalam menentukan derajat kesehatan seseorang. Dengan memiliki fisik sehat dan bugar maka seseorang dapat menjalankan aktivitas harian secara optimal. Kebugaran yang terdiri dari daya tahan kardiorespiratori dan kekuatan tubuh bagian atas merupakan unsur penting dalam melakukan aktivitas fisik, olahraga, dan latihan. Kebugaran dapat disebut juga sebagai kesegaran jasmani. Kebugaran atau kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan mudah, tanpa merasa lelah yang berlebihan, dan masih memiliki sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan yang mendadak (Sumosardjuno, 1990).

2.1.2 Klasifikasi Kebugaran

Fatimah (2013) menyatakan bahwa kebugaran dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan ( Health Related Fitness ) dan kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan ( Skill Related Fitness ). Kebugaran didefinisikan secara umum sebagai rangkaian kemampuan seseorang untuk mengerjakan aktivitas fisik secara spesifik.

ahli profesi kesehatan. Komponen kebugaran dikelompokkan menjadi dua kategori. Secara umum, dua kategori tersebut adalah kebugaran berhubungan dengan kesehatan dan kebugaran berhubungan dengan olahraga/keterampilan (Williams, 2002). Berikut adalah pembahasan dari masing-masing kategori tersebut :

2.1.2.1 Kebugaran yang Berhubungan dengan Kesehatan

Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan ( health-related fitness ) didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan aktivitas harian yang membutuhkan energy serta kualitas dan kapasitas yang diasosiasikan dengan rendahnya resiko munculnya resiko penyakit hipokinetik dini yaitu penyakit yang berhubungan dengan aktivitas fisik. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, status kesehatan kita dipengaruhi kuat oleh hereditas, pola hidup sehat, aktivitas fisik yang cukup dan kualitas diet yang baik. Aktivitas fisik yang sesuai akan meningkatan status kesehatan manusia dengan cara mencegah kelebihan berat badan dan juga diperkuat dengan segi lain dari kebugaran yag berhubungan dengan kesehatan. Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan di dalamnya tidak hanya termasuk berat dan komposisi tubuh yang sehat, akan tetapi juga daya tahan kardiorespiratori, daya tahan otot yang cukup, dan fleksibilitas atau kelentukan yang memadai.

2.1.2.2 Kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan

Kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan atau skill-related fitness adalah kebugaran yang penting untuk melakukan gerakan-gerakan fisik dalam aktivitas atletik atau olahraga. Skill-related fitness yang baik dapat meningkatkan kualitas hidup secara umum dengan meningkatkan kemampuan seseorang untuk menghadapi kondisi-kondisi darurat yang terkadang membutuhkan ketangkasan. Namun kategori tersebut lebih banyak berperan pada keompok atlet dibandingkan masyarakat pada umumnya sehingga penggunaannya terbatas.

2.1.3 Komponen Kebugaran

Komponen kebugaran seringkali disebutkan dalam dua bagian, yaitu berhubungan dengan kesehatan dan yang lain berhubungan dengan keterampilan. Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan digambarkan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan kekuatan dan berhubungan dengan rendahnya resiko terhadap penyakit degenerative. Daya tahan kardiorespiratori, kebugaran musculoskeletal (kekuatan dan daya tahan otot, fleksibilitas), dan komposisi tubuh yang optimal diukur sebagai komponen kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan. Kebugaran yang berhubungan dengan tampilan di sisi lain memiliki nilai lebih yaitu ketangkasan, keseimangan, koordinasi, kecepatan, kekuatan, dan daya ledak serta memiliki sedikit hubungan terhadap kesehatan dan pencegahan penyakit. Individu yang menggunakan aktifitas fisik regular untuk meningkatan daya tahan kardiorespiratori, kebugaran musculoskeletal dan tingkat lemak tubuh yang optimal dapat memperbaiki tingkat energy dasar mereka dan menempatkn mereka pada resiko terhadap penyakit jantung, kanker, diabetes mellitus, osteoporosis, dan penyakit kronis lainnya. Individu yang bugar fisiknya dapat mengerjakan pekerjaan sehari-hari (misalnya, membawa bahan makanan, menaiki tangga, dan berkebun) dengan sedikit kelelahan dan menyisakan energy untuk latihan di waktu luang. Kebugaran adalah kebalikan dari kelelahan , dari usaha yang luar biasa, dimana dibutuhkan energy dalam memasuki aktivitas kehidupan yang penuh semangat dan untuk menghindari kelelahan yang tidak diharapkan saat melakukn aktivitas fisik (Nieman, 2001).

Berikut akan dibahas setiap komponen kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan, sebagai berikut:

a. Daya Tahan Kardiorespiratori Daya tahan kardiorespiratori atau kebugaran aerobic adalah peningkatan ketika sebagian besar massa otot dari tubuh terlibat dalam gerakan atau aktivitas yang berkesinambungan dan berirama paling sedikit tiga sampai

tahan kardiorespiratori mencapai 50-86%. Dan daya tahan kardiorespiratori adalah kemampuan jantung, paru-paru dan pembuluh darah untuk menyuplai oksigen ke dalam sel-sel sehingga memenuhi kebutuhan untuk memperpanjang aktivitas fisik. Memiliki daya tahan kardiorespiratori yang baik adalah dengan memberikan contoh seperti kemampuan dalam berlari, bersepeda atau berenang dalam periode waktu yang lama. Ketika sebagian besar massa otot dari tubuh terlibat dalam aktivitas fisik yang berirama dan terus menerus, system sirkulasi, dan respiratori meningkatkan system kerjanya untuk menyediakan suplai oksigen yang cukup untuk menyediakan bahan bakar dalam rangka penyediaan energy untuk kerja otot. Daya tahan kardiorespiratori ditentukan oleh kekuatan aerobik maksimal ( V02max ) yang didefinisikan sebagai rata-rata tertinggi oksigen yang dapat dihasilkan selama latihan dan diperlihatkan dalam jumlah milliliter oksigen yang dionsumsi per kilogram berat badan per menit. Perbedaan VO2max antar individu diturunkan oleh kerja tiga system dalam tubuh, yaitu : respirasi eksternal (fungsi paru-paru), transport udara system kardiovakuler seperti jantung, pembuluh darah dan darah, respirasi internal (penggunaan oksigen oleh sel tubuh untuk memproduksi energi).

b. Komposisi Tubuh Komposisi tubuh adalah rasio lemak dan berat bebas lemak yang seringkali ditampilkan dalam persen lemak tubuh (Nieman, 2001). Komposisi tubuh adalah komponen kebugaran yang berhubungan dengan jumlah total relative dari otot lemak, tulang, dan bagian-bagian vital dalam tubuh. Lemak tubuh yang sehat berkisar antara 15 % untuk laki-laki dan 23% untuk perempuan. Banyak metode yang digunakan untuk mengukur lemak tubuh seperti tes skinfold, Under Water Weighing (UWW) . Tes tersebut memberkan estimasi yang lebih baik untuk berat badan ideal dari pada table tinggi badan berat badan tetapi salah satu parameter untuk menilai b. Komposisi Tubuh Komposisi tubuh adalah rasio lemak dan berat bebas lemak yang seringkali ditampilkan dalam persen lemak tubuh (Nieman, 2001). Komposisi tubuh adalah komponen kebugaran yang berhubungan dengan jumlah total relative dari otot lemak, tulang, dan bagian-bagian vital dalam tubuh. Lemak tubuh yang sehat berkisar antara 15 % untuk laki-laki dan 23% untuk perempuan. Banyak metode yang digunakan untuk mengukur lemak tubuh seperti tes skinfold, Under Water Weighing (UWW) . Tes tersebut memberkan estimasi yang lebih baik untuk berat badan ideal dari pada table tinggi badan berat badan tetapi salah satu parameter untuk menilai

c. Kekuatan dan Daya Tahan Otot Kekuatan otot adalah kapasitas otot untuk mengatasi suatu beban. Sementara itu, daya tahan otot berkaitan dengan kemampuan dalam menghasilkan kekuatan dan kemampuan utuk mempertahankannya selama mungkin. Perkembangan dari kekuatan dan daya tahan otot mempunyai beberapa keuntungan terkait kesehatan, termasuk peningkatan kepadatan tulang, ukuran otot, dan kekuatan jaringan penghubung serta peningkatan harga diri. Diantara usis 30 hingga 70 tahun ukuran dan kekuatan otot menurun rata-rata 30%, dan mengakibatkan aktivitas yang kurang. Hal ini juga berkontribusi pada keadaan yang melemahkan di masa tua. Pada orang-orang tua yang melakukan latihan berat bisa mendapatkan kembali porsi kekuatan mereka yang hilang, memungkinkan mereka untuk kembali beraktivitas sehari-hari dengan lebih baik. Kekuatan otot dapat didefinisikan sebagai tenaga atau tegangan otot untuk melakukan kerja yang berulang-ulang melawan tahanan dalam suatu usaha yang maksimal (Battinelli T, 2000). Kebugaran jasmani seseorang berbanding lurus dengan kekuatan dan ketahanan otot , oleh karena itu kekuatan otot dapat dimaksimalkan dengan memberikan latihan fisik yang sesuai dengan aturan olahraga (Afriwardi. 2002).

d. Kelentukan Kelentukan adalah jangkauan area gerak, sendi-sendi tubuh. Komponen ini d. Kelentukan Kelentukan adalah jangkauan area gerak, sendi-sendi tubuh. Komponen ini

mereka terlihat kaku dan terbatas ruang geraknya. Kelentukan berhubungan dengan umur dan aktivitas fisik. Kelentukan akan berkurang seiring meningkatnya umur yang lebih dikarenakan kurang aktif dalam bergerak dibandingkan proses penuaan. Kelentukan memiliki banyak keuntungan dalam hal kesehatan, diantaranya pergerakan yang baik, meningkatkan resistensi cedera dan rasa sakit pada otot, mengurangi resiko sakit pinggang, meningkatkan postur tubuh, tubuh bergerak lebih gemulai, meningkatkan penampilan pribadi, perkembangan keterampilan berolahraga dan mengurangi tekanan darah dan stress (Nieman, 2001). Metode pengukuran kebugaran jasmani dilakukan dan dipilih sesuai dengan komponen kebugaran jasmani yang akan ditingkatkan untuk mendukung peningkatan kinerja bagi tenaga kerja. Setiap jenis pekerjaan membutuhkan komponen yang spesifik sesuai dengan posisi atau gerak yang dilakukan selama bekerja. Beberapa metode pemeriksaan komponen kebugaran jasmani bagi pekerja yang dapat dilakukan dengan fasilitas yang minimal adalah:

1. Komposisi Tubuh

a. Indeks Massa Tubuh (IMT) Pengukuran IMT dilakukan untuk mengetahui proporsi berat badan terhadap tinggi badan.

b. Lingkar Pinggang Pengukuran lingkar pinggang dilakukan untuk mengetahui faktor risiko terhadap Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti penyakit

jantung-pembuluh darah, DM tipe 2, Dislipidemia, Hipertensi.

Tabel 2.1 Klasifikasi Lingkar Pinggang Klasifikasi

≥ 80 cm Sumber: (Depkes, 2012)

≥ 90 cm

2. Daya Tahan Jantung-Paru Banyak metode pengukuran daya tahan jantung paru yang dapat dilakukan dilapangan. Salah satu pengukuran daya tahan jantung paru yaitu Bleep Test , tes ini dilakukan untuk mengukur kapasitas aerobic/kebugaran dan ketahanan kardiovaskuler. Tes ini meliputi berlari terus menerus diantara dua garis yang berjarak 20 m selama terdengar suara beep yang sudah direkam sebelumnya. Itulah sebabnya test ini disebut dengan bleep test. Kecepatan pada start sangat lambat, sesudah sekitar satu menit kecepatan suara beep akan terus bertambah dan tenggang suara beep menjadi lebih cepat. Tes ini dihentikan bila responden gagal mencapai garis (kurang dari dua meter) pada saat membalikan lari 2 kali berturut turut. Waktu antara beep memendek setiap menit (Level). Kelebihan dari bleep test yaitu, pada kelompok besar dapat melakukan test ini sekaligus sehingga biaya yang digunakan minimal. Selain itu, test ini juga merupakan upaya maksimal dari kapasitas daya tahan tubuh. Kelebihan bleep test juga merupakan tes untuk energy aerobic, sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh seseorang. Dan kelemahan pada tes ini yaitu, praktek dan tingkat motivasi dapat mempengaruhi nilai yang dicapai dan skor dapat subyektif. Tes ini sering dilakukan di luar ruangan, sehingga kondisi

lingkungan dapat mempengaruhi hasil.

Tabel 2.2 Norma Bleep Test Laki-laki

Average Below Poor

Average

Average

14-16

L12 S7

L11 S2

L8 S9

L7 S1 <L6 S6

17-20

L12 S12

L11 S6

L9 S2

L7 S6 <L7 S3

21-30

L12 S12

L11 S7

L9 S3

L7 S8 <L7 S5

31-40

L11 S7

L11 S4

L6 S10 L6 S7 <L6 S4

41-50

L10 S4

L9 S4

L6 S9

L5 S9 <L5 S2

Tabel 2.3 Norma Bleep Test Perempuan

Average Below Poor

Sumber : http://www.topendsports.com/index.htm ( )

3. Fleksibilitas Pengukuran fleksibilitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan ruang lingkup gerak sendi terutama sendi pinggul dan batang tubuh. Tes ini memerlukan alat khusus yang digunakan sesuai kebutuhan pekerjaan yang ditekuni dan dilakukan secara individual. Salah satu pengukuran fleksibilitas yang mudah dan murah untuk dilakukan adalah tes Fleksibility meter .

Tabel 2.4 Klasifikasi Penilaian Tes Fleksibilitas untuk Laki-Laki Laki-Laki

UMUR (tahun)

40-49 50-59 60-69 kurang Sekali

18-23 16-23 15-19 Cukup

24-48 24-27 20-24

29-34 28-34 25-32 Baik Sekali

Tabel 2.5 Klasifikasi Penilaian Tes Fleksibilitas untuk Perempuan Perempuan

UMUR (tahun)

40-49 50-59 60-69 kurang Sekali

25-29 25-29 23-26 Cukup

30-33 30-32 27-30

34-37 33-38 31-34 Baik Sekali

Sumber: Depkes (2012).

4. Daya Tahan dan Kekuatan Otot Pengukuran daya tahan otot dilakukan untuk mengetahui kemampuan otot atau sekelompok otot untuk berkontraksi secara submaksimal dan berulang-ulang, dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran kekuatan otot dilakukan untuk mengetahui kemampuan otot atau sekelompok otot untuk kontraksi secara maksimal sehingga menghasilkan sejumlah tenaga/gaya/tegangan. Tes ini digunakan sesuai kebutuhan pekerjaan yang ditekuni dan dilakukan secara individual. Salah satu tes pengukuran daya tahan dan kekuatan otot yang dapat dilakukan untuk mengetahui kekuatan otot, salah satunya adalah Tes Back Leg Strenght. Tujuan dari tes back leg strength ini adalah untuk mengukur komponen kekuatan otot punggung (KONI. 1999). Tes ini dapat dilakukan pada laki-laki dan perempuan, dengan alat Back Dynamometer . Pelaksanaan tes ini adalah dengan cara berdiri, panggul dirapatkan didinding dan badan dibungkukkan ke depan. Kedua tangan lurus memegang dynamometer dengan kedua tangan lurus, responden berusaha sekuat- kuatnya mengangkat badan ke atas, sehingga menuju pada sikap berdiri tegak. Dan pada alat tersebut menunjukkan angka yang menyatakan besarnya kekuatan kontraksi dari otot punggung tersebut.

Tabel 2.6 Norma Penilaian dan Klasifikasi Back Strength

KATEGORI PRESTASI (kg)

80-120 Kurang

( sumber : Dr. Arie. S 2006) Leg atau kekuatan otot extensor kaki (tungkai), biasanya pada tes ini alat

Alat yang digunakan dalam tes kekuatan otot mendorong adalah Back And Leg Dynamometer, satuan dari Back And Leg Dynamometer adalah kilogram (Kg). Prosedur pelaksanaan tes, yaitu Orang coba berdiri di atas tumpuan back leg dynamometer, kedua tangan memegang Alat yang digunakan dalam tes kekuatan otot mendorong adalah Back And Leg Dynamometer, satuan dari Back And Leg Dynamometer adalah kilogram (Kg). Prosedur pelaksanaan tes, yaitu Orang coba berdiri di atas tumpuan back leg dynamometer, kedua tangan memegang

Tabel 2.7 Norma Penilaian dan Klasifikasi Leg Strength KATEGORI PRESTASI (kg)

(sumber : Dr. Arie. S 2006)

Tes Hand Grip , tes hand grip bertujuan untuk mengukur kekuatan menggenggam dari otot-otot tangan. Untuk melakukan tes ini diperlukan sebuah alat yang dikenal dengan HandGrip Dynamometer . Pelaksanaan handgrip dynamometer adalah dengan menggenggam kuat handgrip, setiap usaha yang dilakukan akan dicatat skorenya dengan melihat penujukkan jarum alat tersebut.

Tabel 2.8 Norma Penilaian dan Klasifikasi Hand Grip Laki-Laki

Tabel 2.9 Norma Penilaian dan Klasifikasi Hand Grip Wanita

Tes Push Pull Strength yaitu, tes yang mengukur kekuatan otot tangan dalam menarik dan mendorong (otot bahu). Alat yang biasa digunakan pada tes ini adalah Expanding Dynamometer, satuan dari alat ini adalah Tes Push Pull Strength yaitu, tes yang mengukur kekuatan otot tangan dalam menarik dan mendorong (otot bahu). Alat yang biasa digunakan pada tes ini adalah Expanding Dynamometer, satuan dari alat ini adalah

Tabel 2.10 Norma Penilaian dan Klasifikasi Push Strength

Tabel 2.11 Norma Penilaian dan Klasifikasi Pull Strength

Setelah melakukan tes jantung-paru, kekuatan otot, Flexibilitas dan komposisi tubuh yang terdiri dari, Bleep Test , Hand Grip , Back Leg

Strength, Push Pull Strength , Fleksibilitas dan IMT. Maka setelah semua hasil sudah didapatkan berdasarkan masing-masing kekuatan responden maka dapat dinilai dengan perhitungan sebagai berikut:

Tabel 2.12 Nilai Pengukuran

Kategori

Nilai

Kurang Sekali

Baik Sekali

Pengukuran jantung-paru, kekuatan otot, Flexibilitas dan komposisi tubuh dapat dilakukan untuk mengetahui status kebugaran seseorang,

yaitu dengan melakukan perhitungan Bleep Test , Hand Grip, Back Leg Strength , Push Pull Strength , Fleksibilitas dan IMT dimana semua hasil yang sudah didapatkan dijumlahkan maka saat itu status kebugaran seseorang akan terlihat berdasarkan:

Tabel 2.13 Norma Tes Kebugaran Klasifikasi

Norma Tes Kebugaran

Baik Sekali 22-25

10-13 Kurang Sekali

Kurang

05-09 Sumber: Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. Depdikbud. 1997

2.1.4 Pengukuran Kebugaran

Skor atau tingkat kebugaran sesorang dapat diketahui melalui serangkaian pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan komponen- komponen kebugaran melalui tahapan dengan menggunakan peralatan tertentu (Permaesih, et.al., 2001). Tes kebugaran merupakan indikator kuantitatif yang menggambarkan sejauh mana kualitas fisik seseorang saat ini dan setelah beraktivitas fisik. Cara penentuan tingkat kebugaran dipilih berdasarkan tujuan pengukuran, jenis kemampuan yang akan diukur terutama yang berhubungan dengan jenis pekerjaan yang biasa dilakukan. Pengukuran kebugaran terbagi kedalam dua kategori berdasarkan metabolisme energy, yaitu pengukuran aerobik dan pengukuran anaerobik.

a. Uji Kebugaran Aerobik Aerobik adalah olahraga yang dilakukan secara terus menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh, misalnya : jogging, senam, renang, bersepeda (Buku Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan, 2002). Kebugaran aerobik adalah kapasitas maksimal untuk menghirup, menyalurkan, dan menggunakan oksigen. Sebaiknya diukur

( V02max ). Uji kebugaran aerobik menggunakan dua metode yaitu langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan pengukuran kapasitas aerobik ( VO2max) yang dapat dilakukan menggunakan alat Douglas Bag (dua kantung udara yang disambung dengan selang pada mulut dan hidung dengan cara dipanggul) selama melakukan aktivitas fisik. Metode tidak langsung dilakukan dengan metode prediksi melalui detak jantung. Pada individu yang bugar, detak jantung atau denyut nadi lebih sedikit jumlahnya karena system kardiorespiratori bekerja secara lebih efisien, yaitu setiap detak oksigen yang terpompa dalam darah lebih banyak sehingga kebutuhan oksigen dapat langsung terpenuhi. Tujuan yang ingin dicapai dalam olahraga pada dasarnya adalah kapasitas aerobik yang menunjukkan derajat kebugaran seseorang dan cara umum yang sering dilakukan untuk mengukur kebugaran seseorang sebagai berikut :

1) Tes Ketahanan Kardiorespiratori

Tes lari 12 menit Cooper

Penilaian yang dilakukan dengan melihat jarak yang dapat dicapai selama berlari 12 menit berlari.

Tes lari 2,4 km

Penilaian yang dilakukan dengan melihat waktu yang diperlukan untuk lari 2,4 km.

Tes dengan Ergocycle

Tes ini dilakukan dengan menggunakan suatu sepeda ergometer yang diam/statis dipergunakan untuk melihat kebugaran berdasarkan kemampuan aerobic (kemampuan menghirup oksigen).

Tes Turun Naik Bangku

Harvard Step Test menggunakan bangku setinggi 20 inci (70 cm). Penelitian ini dilakukan di Universitas Harvard , USA. Pertama kali nama tes ini dimulai dengan nama Harvard. Tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur kemampuan tubuh seseorang untuk menyesuaikan Harvard Step Test menggunakan bangku setinggi 20 inci (70 cm). Penelitian ini dilakukan di Universitas Harvard , USA. Pertama kali nama tes ini dimulai dengan nama Harvard. Tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur kemampuan tubuh seseorang untuk menyesuaikan

2) Tes Kekuatan Otot Tes kekuatan otot bertujuan unuk mengetahui kekuatan otot seseorang secara spesifik. Tes ini bisa dilakukan dengan melakukan angkat beban satu kali secara maksmal. Tes kekuatan otot dapat dilakukan dengan tes Handgrip Dynamometer, Pull and Push Dynamometer, Leg Dynamometer, Back Dynamometer, One-Repetition Maximum .

3) Tes Daya Tahan Otot Pegukuran daya tahan otot meliputi pull up, sit up, push up , handgrip, back leg strength, push pull strength.

4) Tes Kelentukan Pengukuran dilakukan dengan sit and reach test menggunakan flexometer atau dapat dilakukan dengan fleksibiliy meter .

5) Tes Komposisi Tubuh Tes ini dilakukan dengan menggunakan alat yang bernama skinfold atau Biolectrical Impedance Analysis atau dapat juga diukur dengan menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh) pegukuran Tinggi badan dan Berat Badan.

b. Uji Kebugaran An-aerobik An-aerobik adalah olahraga dimana kebutuhan oksigen tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh tubuh. Di Indonesia, kebugaran jasmani yang dibutuhkan oleh karyawan berbeda dengan kebugaran yang dibutuhkan oleh anggota ABRI, berbeda pula dengan pelajar dan sebagainya. Kesegaran jasmani yang dibutuhkan manusia untuk bergerak dan melakukan pekerjaan bagi setiap individu tidaklah sama, disesuaikan dengan gerak atau pekerjaan yang dilakukan (Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi, Depdikbud, 1995).

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebugaran

Kebugaran individu ditentukan oleh :

2.1.5.1 Usia

Pada usia pertumbuhan kebugaran jasmani seseorang biasanya jauh lebih baik, hal ini dikarenakan fungsi organ tubuh akan akan tumbuh secara optimal. Sedangkan pada orang tua terjadinya penurunan kebugaran jasmani dikarenakan banyaknya jaringan-jaringan dalam tubuh yang mengalami kerusakan (Muslichatun, 2005). Tingkat kebugaran jasmani akan meningkat sampai dengan mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8- 1% per tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Astrand, dinyatakan bahwa sebelum memasuki masa pubertas laki-laki dan perempuan pada usia yang sama tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal kekuatan aerobic maksimal. Puncaknya adalah pada usia 18-25 tahun yang diikuti dengan menurunnya maximal oxygen uptake secara berangsung-angsur (Astrand dan Rodahl, 1986). Usia sangat memiliki pengaruh besar terhadap kebugaran jasmani, yaitu:

a. Daya tahan jantung dan pembuluh darah Pada usia anak-anak daya tahan jantung dan pembuluh darah meningkat hingga usia sekitar 20 tahun dan akan mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun, sehingga menurun sesuai dengan perubahan usia. Sehingga pada usia

70 tahun hanya memiliki daya tahan jantung dan pembuluh darah sekitar 50% saja.

b. Kekuatan otot Pada usia 25 tahun kekuatan otot mencapai optimal, dan setelah itu kekuatan otot akan mengalami penurunan , hingga pada usia 65 tahun kekuatannya hanya sekitar 65-70% dari kekuatan yang dimiliki pada usia 25 tahun, pada usia 65 tahun penurunannya akan lebih cepat lagi. Selain itu seluruh nilai komponen kebugaran jasmani juga akan mengalami penurunan setelah

2.1.5.2 Jenis Kelamin

Perbedaan kebugaran antara laki-laki dan perempuan berkaitan dengan kekuatan maksimal otot yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh, komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah hemoglobin, hormone, kapasitas paru- paru, dan sebagainya. Sampai usia pubertas biasanya nilai kebugaran jasmani pada laki-laki dan perempuan hampir sama, tetapi setelah usia tersebut laki-laki memiliki nilai yang jauh lebih besar dibandingkan dengan perempuan. Hal ini antara lain disebabkan oleh:

a. Laki-laki memiliki serat otot yang lebih tebal, besar, dan kuat bahkan tanpa melakukan latihan beban, ini disebabkan karena efek hormone testoteron yang mendorong sintesis dan penyusunan aktin dan miosin yang menyebabkan massa otot laki-laki secara alamiah lebih besar.

b. Perempuan memiliki jaringan lemak yang lebih banyak, adanya perbedaan

hormone testosteron dan estrogen dan kadar hemoglobin yang lebih rendah.

2.1.5.3 Genetik

Tingkat kemampuan fisik seseorang dipengaruhi oleh gen yang ada dalam tubuh. Genetik atau keturunan yaitu sifat-sifat spesifik yang ada dalam tubuh seseorang dari sejak lahir. Sifat genetik mempengaruhi perbedaan dalam kekuatan, pergerakan anggota tubuh, kecepatan lari, fleksibilitas, dan keseimbangan pada setiap orang. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa terdapat hubungan antara faktor genetik dan kebugaran seseorang. Meurut hasil studi yang dilakukan tim peneliti President Council On Physical Fitness and Sport (1993) dinyatakan bahwa faktor genetik seseorang dapat berpengaruh terhadap kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan ( health related fitness ). Pengaruh genetik terhadap kebugaran terlihat pada komponen- komponen morfologis, muscular, kardiorespiratori, dan metabolic. Masing- masing komponen tersebut dipengaruhi oleh kode genetic yang akan terlihat pada fenotip tubuh individu.

2.1.5.4 Aktivitas Fisik

Kegiatan fisik sangat mempengaruhi semua komponen kesegaran jasmani, latihan fisik yang bersifat aerobik dilakukan secara teratur yang akan mempengaruhi atau meningkatkan daya tahan kardiovaskular dan dapat mengurangi lemak tubuh. Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh akibat aktivitas otot-otot skelet yang mengakibatkan pengeluaran energi. Latihan fisik adalah aktivitas fisik yang terencana, terstruktur yang dilakukan berulang-ulang dan bertujuan untuk memperbaiki dan mempertahankan kebugaran. Latihan fisik merupakan bagian dari aktivitas fisik, sedangkan olahraga adalah aktivitas fisik yang mempergunakan otot-otot besar yang bersifat kompetitif maupun non kompetitif. Para ahli epidemiologi membagi aktivitas fisik ke dalam dua kategori, yaitu aktivitas fisik terstruktur (kegiatan olahraga), dan aktivitas fisik tidak terstruktur (kegiatan sehari-hari seperti berjalan, bersepeda, dan bekerja). Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat mengurangi resiko terhadap penyakit seperti cardiovaskuler disease (CVD), stroke, diabetes mellitus dan kanker kolon. Selain itu juga memberikan efek positif terhadap berbagai macam penyakit serta juga dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja. Aktivitas fisik yang rutin dilakukan dapat memberikan dampak positif bagi kebugaran seseorang, diantaranya yaitu peningkatan kemampuan pemakaian oksigen dan curah jantung, penurunan detak jantung, penurunan tekanan darah, peningkatan efisiensi kerja otot jantung, mencegah mortalitas dan morbiditas akibat gangguan jantung, peningkatan ketahanan saat melakukan latihan fisik, peningkatan metabolisme tubuh, meningkatkan kemampuan otot, dan mencegah obesitas. Kualitas olahraga adalah penilaian terhadap aktivitas olahraga berdasarkan frekuensi dan lamanya olahraga setiap kegiatan dalam seminggu. Olahraga dapat meningkatkan kebugaran seseorang apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Intensitas latihan Makin besar intensitas latihan, makin besar pula efek latihan tersebut.

yang maksimal. Intensitas latihan yang dianjurkan untuk olahraga kesehatan antara 72% dan 78% dari denyut nadi maksimal.

b. Lamanya latihan Hasil latihan yang baik cukup bermanfaat bagi kesegaran jantung dan tidak berbahaya. Waktu berlatih sampai mencapai training zone yaitu selama 15-

25 menit.

c. Frekuensi latihan Frekuensi latihan berhubungan erat dengan intensitas dan lamanya latihan. Olahraga dilakukan secara teratur setiap hari atau dilakukan 3-5 kali seminggu minimal 30 menit setiap kali berolahraga (Moelyono Ws, 1991). Berdasarkan riset yang dilakukan, terdapatnya 3 aspek yang secara bermakna dapat menggambarkan tingkat aktivitas fisik seseorang, yaitu pekerjaannya, olahraga dan kegiatan di waktu luang. Oleh karena itu kuisioner dapat meninjau aktivitas fisik pada tiga aspek tersebut yang mencakup kategori terstruktur dan tidak terstruktur, yaitu aktivitas fisik saat bekerja, berolahraga, dan aktivitas fisik pada waktu luang sehingga dapat diperolehnya gambaran keseluruhan aktivitas fisik seseorang individu.

2.1.5.5 Kebiasaan Merokok

Kebiasaan merokok terutama berpengaruh pada daya tahan kardiovaskuler, karena didalam rokok terdapat berbagai macam zat-zat yang merusak tubuh , yaitu karbon monoksida, nikotin, tar, dan beberapa zat lainnya. Dampak merokok pada tubuh manusia menurut Conrad and Miller (1986) dalam sitepoe (2000), seseorang menjadi perokok melalui dorongan psikologis dan fisiologis.

2.1.5.6 Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu (Supariasa, dkk, 2002). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat- zat gizi. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu (Supariasa, dkk, 2002). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat- zat gizi. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh

Rumus Perhitungan IMT adalah:

IMT =

Tabel 2.14 Status Gizi Depkes RI

Classification 2) Body Mass Index (kg/m

Sangat Kurus

2 <17,0 kg/m Kurus

17,0

2 – 18,4 kg/m 2

Normal 18,5 – 25,0 kg/m Gemuk

– 27,0 kg/m 2 Obesitas

25,1

>27,0

Sumber: Depkes RI (2003)

Tebal lemak bawah kulit merupakan salah satu indeks antropometri yang digunakan dalam pengukuran status indeks antropometri untuk mengukur status gizi. Pengukuran tebal lemak bawah kulit biasanya digunakan untuk memperkirakan jumlah lemak dalam tubuh. Jumlah lemak dalam tubuh dari seseorang tergantung dari berat badan, jenis kelamin, umur dan aktivitas.