Kedudukan Antara Perempuan dan Laki-Laki

Kedudukan Antara Perempuan dan Laki-Laki

Surat Ali Imran ayat 195, surat An-nisa ayat 124, surat An-nahl ayat 97, surat Ataubah ayat 71-72, surat Al- ahzab ayat 35. Ayat-ayat tersebut memuat bahwa Allah Swt secara khusus menunjuk baik kepada perempuan maupun lelaki untuk menegakkan nilai-nilai islam dengan beriman, bertaqwa dan beramal. Allah Swt juga memberikan peran dan tanggung jawab yang sama antara lelaki dan perem- puan dalam menjalankan kehidupan spiritualnya. Dan Allah pun memberikan sanksi yang sama terhadap perempuan dan lelaki untuk semua kesalahan yang dilakukannya.

Jadi pada intinya kedudukan dan derajat antara lelaki dan perempuan dimata Allah Swt adalah sama, dan yang membuatnya tidak sama hanyalah keimanan dan ketaqwaannya.

Selain itu, Al- Qur’an juga memberikan prinsip- prinsip kesetaran antara perempuan dan laki, menurut Prof. Dr. Nasaruddin Umar dalam “Jurnal Pemikiran Islam tentang Pemberdayaan Perempuan ” (2000) ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa prinsip-prinsip kesetaraan gender ada di dalam Al- Qur’an, yakni:

Pertama, perempuan dan laki-laki sama-sama

sebagai hamba . Menurut QS. Al-Zariyat: 56 Dalam kapasitas sebagai hamba tidak ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan. Keduanya mempunyai potensi dan peluang yangsama untuk menjadi hamba ideal. Hamba ideal dalam Al- Qur’an biasa diistilahkan sebagai orang- orang yang bertaqwa (mutaqqun), dan untuk mencapai derajat mutaqqun ini tidak dikenal adanya perbedaan jenis kelamin, suku bangsa ataukelompok etnis tertentu, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Hujurat: 13.

Kedua, perempuan dan laki-laki sebagai khalifah

di bumi. Kapasitas manusia sebagai khalifah di muka bumi ( khalifah fi al’ard) ditegaskan dalam QS. Al-An’am: 165, dan dalam QS. Al-Baqarah: 30. Dalam kedua ayat tersebut, kata “khalifah” tidak menunjuk pada salah satu jenis kelamin tertentu, artinya, baik perempuan maupun laki-laki mempunyai fungsi yang sama sebagai khalifah, yang akan mempertanggungjawabkan tugas-tugas kekhali- fahannya di bumi.

Ketiga, perempuan dan laki-laki menerima perjan-

jian awal dengan tuhan . Perempuan dan laki-laki sama- sama mengemban amanah dan menerima perjanjian awal dengan Tuhan, seperti dalam QS. Al- A’raf: 172, yakni ikrar akan keberadaan Tuhan yang disaksikan oleh para malaikat. Sejak awal sejarah manusia dalam Islam tidak dikenal adanya diskriminasi jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan sama-sama menyatakan ikrar ketuhanan yang jian awal dengan tuhan . Perempuan dan laki-laki sama- sama mengemban amanah dan menerima perjanjian awal dengan Tuhan, seperti dalam QS. Al- A’raf: 172, yakni ikrar akan keberadaan Tuhan yang disaksikan oleh para malaikat. Sejak awal sejarah manusia dalam Islam tidak dikenal adanya diskriminasi jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan sama-sama menyatakan ikrar ketuhanan yang

Keempat, Adam dan Hawa Terlibat secara Aktif

Dalam Drama Kosmis . Semua ayat yang menceritakan tentang drama kosmis, yakni cerita tentang keadaan Adam dan Hawa di surga sampai keluar ke bumi, selalu mene- kankan keterlibatan keduanya secara aktif, dengan penggunaan kata ganti untuk dua orang (huma), yakni kata ganti untuk Adam dan Hawa, yang terlihat dalam beberapa kasus berikut: 1) Keduanya diciptakan di surga dan memanfaatkan fasilitas surga (QS. Al-Baqarah: 35); 2) Keduanya mendapat kualitas godaan yang sama dari setan (QS. Al- A’raf: 20; 3) Sama-sama memohon ampun dan sama-sama diampuni Tuhan (QS. Al- A’raf: 23); 4). Setelah di bumi keduanya mengembangkan keturunan dan saling melengkapi dan saling membutuhkan (QS. Al-Baqarah: 187.

Kelima, perempuan dan laki-laki sama-sama

berpotensi meraih prestasi . Peluang untuk meraih prestasi maksimum tidak ada pembedaan antara perempuan dan laki-laki ditegaskan secara khusus dalam 3 (tiga) ayat, yakni: QS. Ali Imran: 195; QS. An-Nisa: 124; QS. An- Nahl: 97. Ketiganya mengisyaratkan konsep kesetaraan gender yang ideal dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang spiritual maupun berpotensi meraih prestasi . Peluang untuk meraih prestasi maksimum tidak ada pembedaan antara perempuan dan laki-laki ditegaskan secara khusus dalam 3 (tiga) ayat, yakni: QS. Ali Imran: 195; QS. An-Nisa: 124; QS. An- Nahl: 97. Ketiganya mengisyaratkan konsep kesetaraan gender yang ideal dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang spiritual maupun

Jika Islam sudah sedemikian gamblang menjelaskan, dalam kitab suci pun jelas tertera maknanya, maka selan- jutnya sungguh sangat disayangkan jika umat Islam hari ini masih terhanyut dalam tradisi yang tidak memihak kepada salah satu identitas makhluk yang sama di ciptakatan oleh Allah Swt , ini menjadi “PR” bagi pelajar maupun kaum muda yang katanya berfikir maju dan memiliki visi “reformis”.

Indonesia yang hadir sebagai bangsa yang berdaulat dan kaya akan budaya sampai dengan sumberdaya tentu memiliki peran penting dalam menentukan tradisi dan aktifitas setiap individu didalamnya, sebagai Negara, Indonesia telah menandatangani Konvensi CEDAW pada tahun 1979, dan kemudian baru pada tahun 1984 meratifikasinya dan mengadopsinya menjadi hukum nasional melalui UU No.7 tahun 1984 dengan mereservasi Pasal 29 ayat (1)33. Salah satu alasan mengapa pemerintah Indonesia meratifikasi Konvensi CEDAW adalah bahwa ketentuan dalam Konvensi CEDAW tidak bertentangan dengan Pancasila, UUD’45, dan peraturan perundang-undangan RI (Mukadimah UU No.7 tahun 1984).

Tindakan ini dilakukan pemerintah sebagai perwujudan dari tanggung jawab negara dalam usaha penghormatan, pemajuan, pemenuhan dan perlindungan

Hak Asasi Perempuan, sesuai dengan amanat Undang- Undang Dasar 1945 dan UU No 39 tahun 1999 tentang HAM.

Apa itu CEDAW? CEDAW merupakan singkatan dari Convention on the Elimination of All Forms of