Discrimination Against Women yang berarti Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap

Discrimination Against Women yang berarti Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap

Perempuan . Konvensi ini dibuat dan diatur oleh PBB untuk kemudian disepakati oleh negara-negara dalam naungan PBB dan di ratifikasi dalam peraturan maupun undangan-undang yang berlaku disetiap negara. Adapun isi dari konvensi ini secara substantif berisikan bahwa: 1). CEDAW merupakan satu-satunya Konvensi yang secara khusus/spesifik dibuat untuk mempromosikan dan melindungi hak asasi perempuan secara menyeluruh di bidang sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya baik di ruang publik maupun di ruang privat; 2). CEDAW menetapkan prinsip-prinsip dan ketentuan untuk menghapus kesenjangan, subordinasi, dan tindakan diskriminasi berdasarkan jenis kelamin yang merugikan perempuan dalam hukum, keluarga, dan masyarakat; 3). CEDAW tidak hanya menyentuh pelaku negara (state actor ) tetapi juga non negara (non state actor/private actor) termasuk individu dan pihak swasta.

Jika konvensi ini dipahami dan dipraktekkan dalam kehidupan para pelajar maupun kaum muda di keseharian dalam pergaulan baik itu di lingkungan sekolah, kerja, Jika konvensi ini dipahami dan dipraktekkan dalam kehidupan para pelajar maupun kaum muda di keseharian dalam pergaulan baik itu di lingkungan sekolah, kerja,

Negara Bermartabat dan Berdaulat dimulai dari Pelajar Menurut Prof. Sofyan Effendi, bangsa yang

bermartabat adalah bangsa yang memiliki kebebasan menentukan sikap dan tindakannya (self determination), memiliki kesadaran sosial tentang pemerataan (equity), dan kesamaan (equality), keduanya dalam totalita atau keutuhannya.

Sedangkan menurut Prof. Dr. Fashbir Noor Sidin, bangsa yang bermartabat (prestigeous nation) menandai tingkat keberadaban suatu bangsa (civilized nation) yang tergambar dalam sikap dan perilaku sebagai individu dan masyarakat yang beragama dan berbudaya. Bangsa yang beragama ditunjukkan oleh pengamalan ajaran agama sebagai umat yang bertaqwa dan beramal shaleh serta berakhlak mulia. Bangsa yang berbudaya tergambar dari karakter sebagai insan yang berbudi luhur, toleran, peduli, gotong royong, dinamis, disiplin dan patriotis.

Bangsa yang beragama dan berbudaya sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila yang diawali dari nilai ketuhanan seterusnya nilai kebudayaan dan diakhiri Bangsa yang beragama dan berbudaya sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila yang diawali dari nilai ketuhanan seterusnya nilai kebudayaan dan diakhiri

Upaya untuk menjadikan manusia Indonesia seutuhnya dilakukan melalui proses pendidikan dan pengajaran tentang karakter bangsa yang beradab sejak dari institusi keluarga dan sekolah serta komunitas sampai kepada institusi negara. Keempat pilar bagi pengembangan karakter bangsa secara komprehensif dan terintegrasi serta berkelanjutan dalam setiap langkah dan strategi serta program kerja untuk mewujudkan bangsa yang bermar- tabat.

Keyakinan (believe) sebagai bangsa yang terlahir suci harus dimulai dari pengajaran dan percontohan dari orangtua kepada anggota keluarga di rumah dan proses pendidikan yang menyangkut aspek afektif dan kognitif serta psikomotorik dari guru sebagai orangtua asuh. Seterusnya keteladanan dari tokoh masyarakat dan kenegarawan para pemimpin sebagai panutan bagi warga negara dalam rangka mewujudkan visi pembangunan bangsa yang bermartabat seperti tercantum dalam RPJP RI tahun 2006-2025.

Kenyataan menunjukkan bahwa proses pembentuk- an karakter bangsa yang bermartabat belum sepenuhnya Kenyataan menunjukkan bahwa proses pembentuk- an karakter bangsa yang bermartabat belum sepenuhnya

Pendapat serupa juga dinyatakan oleh tokoh motivasi seperti Mario Teguh dan pakar perubahan seperti Prof. Dr. Rhenald Khasali yang menekankan proses pembentukan karakter harus dimulai dari rumah tangga seterusnya di sekolah. Mekanisme kontrol oleh masyarakat selain wujud kesadaran dan kepeulian harus berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur dan mengendalikan serta menindak dan menghukum sebagai proses pembelajaran yang tidak pernah berhenti sepanjang hayat.

Pendidikan yang memberdayakan dalam kerangka pembentukan wawasan kebangsaan sebagai bangsa yang senasib dan setujuan serta seperuntungan dalam suka dan Pendidikan yang memberdayakan dalam kerangka pembentukan wawasan kebangsaan sebagai bangsa yang senasib dan setujuan serta seperuntungan dalam suka dan

Karakter bangsa sebagai bagian pokok dari wawasan kebangsaan dibentuk melalui proses pembelajaran secara inklusif dan berkelanjutan dimulai dari institusi keluarga dan sekolah sampai kepada komunitas dan masyarakat. Proses tersebut melibatkan keseluruhan warga negara dengan falsafah saling asah, saling asih, saling asuh sehingga terbangun suatu kesadaran tentang hakikat berbangsa dan bernegara. Konsepsi tentang pembelajaran sepanjang hayat (life long education) adalah dasar bagi pembentukan karakter bangsa karena nilai-nilai luhur tersebut harus wujud sepanjang hayat sebab menjadi identitas atau jatidiri bangsa.

Konsekuensi dari kesadaran tersebut maka peratur- an dan perundangan-undangan harus disertai penegakan hukum melalui lembaga peradilan yang bebas dari berbagai intervensi. Selain itu dukungan masyarakat untuk membentuk rasa bangga sebagai bangsa yang bermartabat sebaliknya rasa malu sebagai bangsa yang kurang beradab dalam rangka mewujudkan bangsa yang sejahtera dalam negeri yang makmur.

Proses pembelajaran tersebut melibatkan kanak- kanak dan remaja serta pemuda dalam usia sekolah antara 5-30 tahun melalui proses pencerahan (enlightment) tentang hakikat hidup dan kehidupan. Pencerahan itu menyang- kut hak dan kewajiban sebagai individu dan anggota masyarakat serta tanggungjawabnya sebagai warga negara. Proses pencerahan diupayakan melalui pengajaran tentang konsep dan teori serta metodologi seterusnya praktik sosial untuk mengaplikasikannya melalui pola keterlibatkan (involvement) dalam berbagai kegiatan sosial dan kemasya- rakatan. Mekanisme tentang keterlibatan ini menjadikan setiap individu akan dihargai karena diakui keberadaan dan karyanya dalam rangka pemberdayaan (empowerment).

Pembangunan sosial yang memberdayakan dalam konsepsi gotong royong melibatkan peran sosial dan fungsi ekonomi yaitu individu memberi sumbangan berupa tenaga, uang, material, makanan dan pemikiran sesuai kemampuannya dalam membangun lingkungan kehidupan yang lebih baik.

Pembelajaran dengan metode interaktif untuk mengembangkan kapasitas sekaligus kepedulian sosial dapat diselenggarakan di luar kelas dengan media masyarakat bertujuan meningkatkan pemahaman tentang hakikat kebersamaan.

Upaya untuk menegakkan bangsa yang bermartabat atau membangun bangsa bermartabat adalah tugas pokok pemerintah dan pemimpin tapi perlu diingat bahwa kewajiban menjaganya terletak pada setiap warga negara, semua komponen masyarakat harus terlibat dan mengam- bil peran masing masing.

Pelajar memiliki peran penting dalam upaya untuk menjaga martabat dan kedaulatan Bangsa ini dalam bidang keadilan dan kesetaraan dalam pergaulan sehari- hari kepada teman sebaya, tidak melakukan diskriminasi, tidak melakukan kekerasan terhadap teman/pacar, tidak tawuran, dan mulai dengan memulai dari diri sendiri dan rekan sebaya karna dengan tercipta kesadatan bersama untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, masyarakat akan sadar, pemerintah akan sadar, bangsa ini pun akan bangkit. Dimulai dari pelajar untuk negeriku Indonesia yang adil, setara, bermartabat, dan berdaulat.