6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid TT bila diperlukan
7. Beri tablet tambah darah tablet besi 8. Periksa laboratorium rutin dan khusus
9. Tatalaksana penanganan kasus 10. Temu wicara konseling Direktorat Bina Kesehatan Ibu, 2010
Berdasarkan penelitian Nurlaela 2003 terdapat hubungan antara pemeriksaan kehamilan antenatal care dengan kejadian komplikasi persalinan
dengan OR sebesar 4,52.
2.3.2. Status Paritas
Kata paritas berasal dari bahasa latin, pario, yang berarti menghasilkan. Secara umum, paritas didefinisikan sebagai keadaan melahirkan anak baik hidup
ataupun mati, tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Dengan demikian, kelahiran kembar hanya dihitung sebagai satu kali paritas
Stedman,1998 dalam Pradana,2010 Jumlah paritas merupakan salah satu komponen dari status paritas yang
sering dituliskan dengan notasi G-P-Ab, dimana G menyatakan jumlah kehamilan gestasi, P menyatakan jumlah paritas, dan Ab menyatakan jumlah abortus.
Sebagai contoh, seorang wanita dengan status paritas G3P1Ab1, berarti wanita tersebut telah pernah mengandung sebanyak dua kali, dengan satu kali paritas dan
satu kali abortus, dan saat ini tengah mengandung untuk yang ketiga kalinya Pradana, 2010.
Klasifikasi paritas dapat dibagi menjadi tiga yaitu : 1. Nullipara, yaitu wanita yang tidak pernah hamil diluar usia kehamila 20
minggu. Wanita tersebut dapat pernah atau tidak pernah hamil atau pernah mendapat aborsi spontan atau elektif atau kehamilan ektopik
2. Primipara, yaitu wanita yang pernah melahirkan hanya satu kali dengan fetus yang lahir hidup atau mati dengan estimasi waktu kehamilan lebih dari 20
minggu.
Universitas Sumatera Utara
3. Multipara, yaitu wanita yang telah hamil lebih dari 2 kali dengan waktu kehamilan lebih dari 20 minggu. Paritas ditentukan oleh jumlah kehamilan yang
mencapai usia 20 minggu dan bukan oleh jumlah fetus yang dilahirkan Cunningham et al,2010.
2.3.3. Usia
Menurut Mochtar 1995 dalam Irmayanti 2011, usia mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Usia ibu kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 35 tahun memiliki risiko tinggi yang kemungkinan akan memberikan ancaman kesehatan dan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya selama
kehamilan, persalinan, dan nifas. Ibu dengan usia dibawah 20 tahun organ reproduksinya yang belum
sempurna secara keseluruhan dan kejiwaan yang belum bersedia menjadi ibu yang dapat mengakibatkan peningkatan risiko mengalami persalinan komplikasi atau
komplikasi obstetrik seperti : toxemia, eklampsia, solutio plasenta, inertia uteri, perdarahan postpartum, persalinan macet, BBLR, kematian neonatus dan perinatal
Fantina, 2001 dan Tambun, 1999 dalam Simarmata,2002. Ibu hamil pada usia lebih dari 35 tahun lebih berisiko tinggi untuk hamil
dibandingkan bila hamil pada usia normal, yang biasanya terjadi sekitar 21-30 tahun. Faktor usia tua menyebabkan risiko timbulnya penyakit – penyakit yang
menyertai umur juga semakin meningkat. Akibatnya timbul kombinasi antara penyakit usia tua dan kehamilan yang menyebabkan risiko meninggal atau cacat
pada bayi atau ibu hamil menjadi bertambah tinggi. Selain itu usia tua juga dapat menyebabkan kemampuan untuk melahirkan fertilitas menurun. Hal tersebut
ditunjukkan dengan berkurangnya frekuensi ovulasi yang berpengaruh pada menurunnya frekuensi haid Sinsin,2008.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4. Penyakit Penyerta Ibu