7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Hakekat Belajar
Pendidikan sekolah tradisional belajar diartikan sebagai upaya seseorang untuk menambah pengetahuan. Sering belajar disamakan
dengan menghafal, yang diutamakan adalah penumpukan ilmu. Oleh karena itu maka pendidikan sekolah tradisional dicap sebagai pendidikan
yang sifatnya intelektualistik. Pendidikan modern lebih memperhatikan perkembangan seluruh pribadi anak. Pengetahuan tetap penting, akan
tetapi pengetahuan harus berfungsi dalam kehidupan anak. Selain segi intelektual dipentingkan juga segi sosial, emosional, etik dan sebagainya
Nasution, 1977: 32-33. Pendidikan modern menganut pengertian belajar sebagai
perubahan tingkah laku pada diri anak berkat pengalaman dan latihan. Perolehan belajarnya tidak hanya sekedar pengetahuan saja melainkan
bermacam-macam, antara lain dapat berupa fakta, konsep, nilai atau norma, keterampilan intelektual, keterampilan motorik dan sebagainya.
Hasil belajar yang bermacam-macam tersebut oleh Benyamin S. Bloom diklasifikasikan ke dalam tiga domain kawasan;ranah, yaitu ranah
kognitif yang mengarahkan siswa untuk mengembangkan kemampuan intelektual siswa dan abilitas, ranah afektif yang mengarahkan siswa
mengembangkan kepekaan, emosi atau sikap, dan ranah psikomotor yang mengarahkan siswa mengembangkan keterampilan fisikmotorik.
Ranah kognitif antara lain hasil belajar yang berupa fakta, konsep, keterampilan intelektual. Ranah afektif antara lain perolehan sikap, nilai,
kepercayaan. Ranah psikomotor adalah keterampilan menggunakan alat sampai pada keterampilan bermain bola, keterampilan mempermainkan
alat-alat musik. Uraian tersebut dapat disepakati bahwa belajar pada
8 hakekatnya mengandung makna terjadinya perubahan tingkah laku pada
diri anak berkat pengalaman dan latihan. Untuk memperoleh gambaran tentang pengertian belajar, berikut
ini dikemukakan pendapat beberapa ahli tentang arti belajar: Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya Surya, 2003: 11.
Hilgard Ernest dkk 1983: 68 mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan aktivitas akibat prosedur-prosedur latihan di
dalam laboratorium atau dalam lingkungan ilmiah yang dibedakan dari perubahan yang tidak disebabkan oleh latihan. Menurut pengertian ini,
belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari
itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan.
Menurut H. Carl Witherington yang dikutip Tim MKDK IKIP Semarang 1990:27, belajar adalah suatu proses perolehan gaya-gaya
atau pola-pola baru tingkah laku. Sebagaimana yang disampaikan oleh Siskandar yang dikutip Amin Suyitno 2004:5, pembelajaran adalah
upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi
interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.
Definisi-definisi belajar menurut para ahli tersebut mengacu pada definisi belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku individu
melalui interaksi dengan lingkungannya. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar. Pengalaman tersebut
menghasilkan suatu perubahan perilaku di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas
dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, dan daya pikir. Sehingga,