Keterampilan Menganalisis Keterampilan Mensintesis Keterampilan Mengenal dan Memecahkan Masalah Keterampilan Menyimpulkan Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai

IPS SMP KK C 111 G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 1. Bagian mana dari kegiatan pembelajaran ini yang belum anda pahami? 2. Apa yang akan anda lakukan agar dapat memahami bagian yang belum anda pahami tersebut? 3. Berilah masukan dan saran agar kegiatan pembelajaran ini menjadi lebih baik, baik dari sisi muatan materi maupun aktivitas pembelajaran. 4. Jelaskan dan uraikan, nilai-nilai positif apa yang anda peroleh setelah mempelajarai kegiatan pembelajaran diatas 112 H. Pembahasan Latihan Tugas Kasus 1. A 2. A 3. D 4. B 5. C 6. B 7. D 8. A 9. A 10. D IPS SMP KK C 113 Kegiatan Pembelajaran 5 Pengembangan Kemampuan Metakognitif Melalui Pembelajaran IPS

A. Tujuan

Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini diharapkan peserta diklat dapat memahami kemampuan metakognitif dan menyusun langkah-langkah pengembangan kemampuan metakognitif melalui pembelajaran IPS.

B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini diharapkan peserta didik dapat: 1. Menjelaskan dua macam kemampuan metakognitif 2. Mengidentifikasi komponen dari pengetahuan kognisi 3. Mengidentifikasi komponen dari pengelolaan kognisi 4. Menyusun langkah-langkah pengajaran strategi belajar 5. Mengembangkan teknik mengajarkan strategi belajar yang efektif pada peserta didik.

C. Uraian Materi

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan nomor 104 tahun 2015 dinyatakan bahwa salah satu dimensi pengetahuan yang perlu dikuasai peserta didik adalah metakognisi. Metakognisi mengacu pada kemampuan seseorang untuk memahami dan menyadari akan proses berpikir dirinya, kekuatan dan kelemahan proses berpikir dirinya. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut, pertama, seorang guru yang sulit hafal nama para peserta didiknya, menyuruh peserta didiknya untuk menggunakan tanda pengenal selama beberapa hari menujukkan kemampuan metakognisinya dalam hal memori. Kedua, seorang peserta didik menunjukkan kemampuan metakognisinya ketika dia mendengarkan penjelasan 114 gurunya tentang bagaimana menyelesaikan masalah dan hanya mencatat beberapa hal yang menurutnya sulit saja tidak mencatat semua yang disampaikan. Ketiga, seorang peserta didik bertanya kepada gurunya apakah ujian yang akan datang berupa esai atau pilihan ganda, dengan maksud agar ia dapat menetapkan strategi belajar yang sesuai. Setiap contoh diatas menujukkan kesadaran orang akan kemampuankeadaan kognisi mereka kemudian menentukan strategi yang tepat untuk mengatur pembelajaran berdasarkan kesadaran mereka guru yang menyuruh peserta didiknya menggunakan tanda pengenal, peserta didik yang pertama mencatat beberapa poin yang sulit, peserta didik yang kedua kemungkinan belajar dengan cara yang berbeda berdasarkan jenis ujiannya. Ketika guru mengajarkan kemampuan metakognisi kepada peserta didik, maka peserta didik akan menjadi pribadi yang unggul, disiplin dan berprestasi. Hal ini karena peserta didik diajarkan untuk memahami kelebihan dan kekurangan yang ada dlam dirinya, yang kemudian dia menyusun sebuah strategi yang bersesuaian dengan dirinya. Dengan guru mengajarkan keterampilan metakognisi maka guru mengajarkan karakter teguh pendirian, percaya diri,unggul dan berprestasi,disiplin,kerja keras, tangguh, tanggung jawab, aktif dan konsisten. Semenjak istilah metakognisi dipopulerkan pada awal 1970, metakognisi telah dianggap sebagai komponen penting dari pembelajaran karena dengan metakognisi memungkinkan peserta didik untuk mengontrol bagian lain dari kognisi prose berpikir lainnya. Dengan kata lain, metakognisi seperti “pengendali” dari sistem kognisi proses berpikir. Metakognisi memungkinkan peserta didik untuk mengkoordinasikan penggunaan beragam pengetahuan dan strategi yang berbeda-beda agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Metakognisi bukan sesuatu yang memiliki tempat tertentu dalam otak manusia, namun lebih tepatnya adalah metakognisi merupakan sebuah bagian dari kognisi kita yang mengontrol fungsi kognisi tingkat bawah lainnya metakognisi disebut juga sebagai kognisi tingkat atas, seperti persepsi dan perhatian. Salah satu penjelasan metakognisi yang sangat jelas adalah penjelasan dari Ann Brown. Menurut Brown Schraw, dkk, 2010, metakognisi mencakup dua dimensi yang berkaitan: pengetahuan kognisi dan regulasi kognisi. Yang pertama IPS SMP KK C 115 mengacu pada apa yang kita ketahui tentang kognisi dan yang kedua mengacu pada bagaimana kita mengatur kognisi.

1. Pengetahuan kognisi

Pengetahuan kognisi mencakup tiga komponen. Yang pertama adalah pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan faktual berkaitan dengan mengetahui “apa”. Contohnya adalah pengetahuan mengenai beberapa jenis strategi belajar yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Komponen kedua adalah pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang “bagaimana” melakukan sesuatu. Contohnya, seseorang memahami bagaimana langkah- langkah menggunakan strategi membaca agar dapat memahami sebuah teks, seperti membuat catatan, memperlambat membaca saat informasi yang penting, skimming informasi yang kurang penting, menggunakan perumpamaan, merangkum ide pokok, dan menggunakan self-testing berkala. Komponen ketiga adalah pengetahuan kondisional, yaitu pengetahuan tentang “mengapa” dan “kapan”. Contohnya adalah mengetahui kapan atau mengapa menggunakan suatu strategi agar memberikan hasil maksimal. Satu contoh dari pengetahuan kondisional adalah dapat menentukan strategi belajar yang berbeda saat akan menghadapi ujian esai atau ujian pilihan ganda; mengulang-ulang poin utama yang akan dibicarakan, karena menyadari bahwa anda akan sedikit gugup dan terpecah konsentrasinya. Penelitian telah banyak membuktikan bahwa pengetahuan kognisi ini berkembang secara lambat pada manusia. Hal ini dapat diketahui dari penerapan strategi-strategi metakognitif hanya dilakukan oleh orang- orangpeserta didik dewasa, tidak oleh anak-anak dan remaja. Namun dengan pengajaran, peserta didik-peserta didik yang berusia muda dapat lebih cepat memahami dan pengetahuan kognisi ini.

2. Regulasi kognisi

Regulasi kognisi juga secara tipikal dilihat sebagai cakupan tiga komponen: perencanaan, pengelolaan dan evaluasi. Perencanaan meliputi penentuan strategi yang paling cocok dan menentukan apa saja yang dibutuhkan. Perencanaan seringkali mencakup penetapan tujuan, mengaktifkan pengetahuan awal yang sesuaiberkaitan dengan materi pembelajaran, dan