Umpan Balik dan Tindak Lanjut

IPS SMP KK C 37 Kegiatan Pembelajaran 2 Pengembangan Ketrampilan Berpikir Pada Pembelajaran IPS

A. Tujuan

Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini peserta diklat diharapkan memahami model pembelajaran yang merangsang pengembangan keterampilan berpikir dan menyusun langkah-langkahnya dalam pembelajaran IPS.

B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Setelah mempelajari materi ini peserta diharapan dapat 1. Menjelaskan keterampilan berpikir 2. Menjelaskan pembelajaran studi kasus 3. Menyusun langkah-langkah pegajaran studi kasus. 4. Menjelaskan pengajaran isu kontroversial

C. Uraian Materi

Materi dalam bagian ini membahas mengenai ketrampilan berpikir dalam pendidikan ilmu pengetahuan sosial.Keterampilan berpikir merupakan salah satu kecakapan hidup life skill yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan Depdiknas, 2003. Kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupan antara lain ditentukan oleh ketrampilan berpikir dalam upaya memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Guru yang melatih keterampilan berpikir dalam pengajarannya akan membantu peserta didik memiliki karakter sebagai pribadi yang mandiri, pribadi yang tidak bergantung kepada orang lain,memiliki etos kerja, tangguh dan tahan banting, memiliki daya juang, kreatif, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat. 38 Pertanyaan pokok dalam bab ini ialah proses belajar bagaimana yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Untuk menjawab pertanyaan ini akan dibahas mengenai studi kasus dan pengajaran isu kontroversial. Bentuk-bentuk pengajaran ini dipilih karena banyak digunakan dalam pendidikan ilmu pengetahuan sosial yang berorientasi pada pengembangan tujuan berfikir tingkat tinggi. Dalam pengajaran, pengembangan kemampuan berpikir ini merupakan kelanjutan dari proses pengajaran pengetahuan dan pemahaman. Dalam kenyataan di kelas memang tidak ada pemisahan, yang nyata dan terputus antara pengajaran yang menekankan pemahaman dengan yang mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kegiatan belajar yang bermaksud mengembangkan berpikir tingkat tinggi dimulai dari kegiatan belajar yang mengembangkan kemampuan pemahaman. Kemampuan berpikir tingkat tinggi tidak mungkin dapat dikembangkan tanpa pemahaman, tetapi sayangnya kegiatan yang hanya menekankan pemahaman tidak dapat langsung akan mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik, proses belajar dan kegiatan mengajar tertentu perlu dilakukan. Suatu hal yang belum dapat dikatakan secara pasti adalah kapan suatu proses pengembangan pengetahuan dan pemahaman dikatakan cukup untuk dapat dilanjutkan dengan pendidikan berpikir dan kapan dikatakan belum cukup. Pada saat sekarang belum tersedia informasi baik yang sifatnya prinsip maupun teoretik mengenai batas minim pemahaman yang harus dimiliki agar proses pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilakukan. Untungnya, proses pemahaman adalah proses yang berkelanjutan terus dan oleh karena itu guru pendidikan ilmu pengetahuan sosial tidak perlu khawatir mengenai ketiadaan dasar teoretik yang dikatakan tadi. Pada saat peserta didik dianggap sudah memiliki sifat kognitif yang berhubungan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi,maka guru sudah dapat mengembangkan kegiatan belajar untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. IPS SMP KK C 39

1. Pengertian Berpikir

Menurut Dewey 1933, berfikir dimulai apabila seseorang dihadapkan pada sesuatu masalah perplexio. la menghadapi sesuatu yang menghendaki adanya jalan keluar. Situasi yang menghendaki adanya jalan ke luar tersebut, mengundang yang bersangkutan untuk memanfaatkan pengetahuan, pemahaman, atau keterampilan yang sudah dimilikinya. Untuk memanfaatkan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan yang sudah dimilikinya, terjadi suatu proses tertentu diotaknya sehingga ia mampu menemukan sesuatu yang tepat dan sesuai untuk digunakan mencari jalan keluar terhadap masalah yang dihadapinya. Dengan demikian yang bersangkutan melakukan proses yang dinamakan dengan berpikir. Charles S. Pierce mengemukakan bahwa dalam berpikir ada dinamika gerak dari adanya gangguan suatu keraguan irritation of doubt atas kepercayaan atau keyakinan yang selama ini dipegang, lalu terangsang untuk melakukan penyelidikan inquiry kemudian diakhiri dengan pencapaian suatu keyakinan baru.Jadi dapat dikatakan tidak ada suatu proses berfikir yang tidak diawali dengan adanya suatu masalah yang dipertanyakan. Seseorang guru ketika melihat peserta didik yang mengobrol ketika proses pembelajaran tidak akan berpikir jika, ia tidak mempersoalkan mengapa peserta didik mengobrol. Sebaliknya bagi guru yang mempersoalkan peserta didik mengobrol ketika pembelajaran maka terjadilah proses berpikir. Atas pertanyaan yang diajukannya mungkin saja mengemukakan berbagai alterhatif jawaban: mungkin pengajaran yang dilakukan guru membosankan,peserta didik tidak mengerti dengan apa yang di jelaskan guru, dan sebagainya. Alternatif jawaban yang dihasilkan setiap orang akan berbeda karena didasari pada pengetahuan, pemahaman dan keterampilan berpikir orang yang berbeda. Pemanfaatan Studi Kasus untuk Pengembangan Keterampilan Berpikir Pengajaran dengan studi kasus menghendaki partisipasi aktif peserta didik dalam proses berpikir. Kasus bisa bersumber dari guru, bisa juga dari peserta didik. Ketika kasus di paparkan peserta didik dapat diminta untuk mengemukakan buah pikirannya. Buah pikiran itu bukanlah sesuatu yang sudah