Kapasitas Perilaku Lalu Lintas

commit to user 28 Dimana: c : waktu hijau detik LTI : total waktu hilang per siklus detik : total waktu hijau detik Waktu siklus yang disesuaikan berdasarkan pada waktu hijau yang telah dibulatkan dan waktu hilang LTI.

2.4.4 Kapasitas

1. Kapasitas Penentuan kapasitas masing-masing pendekat dan pembahasan mengenai perubahan-perubahan yang harus dilakukan jika kapsitas tidak mencukupi. a. Kapasitas untuk tiap lengan dihitung dengan rumus: c g S C ´ = ……………………………………………………….......... 2.19 Dimana: C : kapasitas smpjam S : arus jenuh smpjam g : waktu hijau detik c : waktu siklus yang disesuaikan detik b. Derajat Kejenuhan DS dihitung dengan rumus: g S c Q C Q DS ´ ´ = = ………………………………………..…. 2.20 Dimana: DS : Derajat kejenuhan. Q : Arus Lalu lintas. C : Kapasitas. 2. Keperluan untuk Perubahan Jika waktu siklus yang telah dihitung memperoleh hasil lebih besar dari batasan, biasanya derajat kejenuhan juga mempunyai nilai lebih tinggi dari 0,85 Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997. Ini berarti bahwa simpang tersebut mendekati lewat jenuh, yang akan menyebabkan antrian panjang pada kondisi lalu lintas commit to user 29 puncak. Alternatif tindakan yang diambil untuk menambah kapasitas simpang antara lain dengan penambahan lebar pendekat, perubahan fase sinyal dan pelarangan gerakan-gerakan belok kanan.

2.4.4. Perilaku Lalu Lintas

Perilaku lalu lintas pada simpang dipengaruhi oleh panjang antrian, jumlah kendaraan terhenti dan tundaan. Panjang antrian adalah jumlah kendaraan yang antri dalam satu pendekat. 1. Jumlah antrian NQ dan Panjang Antrian QL Jumlah antrian dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Untuk DS0,5: úû ù êë é - ´ + - + - ´ ´ = C DS DS DS C NQ 5 , 8 1 1 25 , 2 1 ………………… 2.21 Untuk DS 1 = NQ ……………………………………..……………………………… 2.22 Dimana: NQ : Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya. DS : Derajat kejenuhan. GR : Rasio hijau. C : Kapasitas smpjam. commit to user 30 Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 Grafik 2.9. Jumlah kendaraan antrian smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya NQ 1 Sedangkan jumlah antrian smp yang datang selama fase merah NQ 2 , dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 3600 1 1 2 Q DS GR GR c NQ ´ ´ - - ´ = …………………………………………..… 2.23 Dimana: NQ2 : Jumlah smp yang dating selama fase merah. DS : Derajat kejenuhan. GR : Rasio Hijau. c : Waktu siklus det. Q masuk : Arus lalu lintas pada tempat masuk diluar LTOR smpjam. Dapat dijabarkan Jumlah kendaraan antri dari rumus persamaan 2.21 dan 2.22. Dengan rumus persamaan: 2 1 NQ NQ NQ + = …………………………………………………..……….. 2.24 commit to user 31 Panjang antrian dirumuskan sebagai berikut: MASUK MAX W NQ QL 20 ´ = ……………………………………………………...…… 2.25 Dimana: QL : Panjang Antrian NQ MAX : Jumlah kendaraan antri max 20 : Luas rata-rata yang dipergunakan per smp 20 m 2 W masuk : Lebar Masuk Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 Grafik 2.10. Perhitungan jumlah antrian NQ MAX dalam smp 2. Kendaraan Terhenti Jumlah kendaraan terhenti adalah jumlah kendaraan dari arus lalu lintas yang terpaksa berhenti sebelum melewati garis henti akibat pengendalian sinyal. Angka henti NS merupakan jumlah rata-rata berhenti per smp termasuk berhenti berulang dalam antrian, dengan rumus sebagai berikut: 3600 9 , ´ ´ ´ = c Q NQ NS ……………………………………….……………. 2.26 10 20 30 40 50 60 70 80 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 1 5 10 15 Pol Jumlah antrian Rata-rata, NQ Jum lah Antrian M aksim um, N Q M A X commit to user 32 Dimana: c : Waktu siklus det. Q : Arus lalu lintas smpjam. Kendaraan terhenti dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: NS Q N SV ´ = smpjsm ………………………………………………...…. 2.27 Dimana: Q : Arus lalu lintas. NS : Angka henti rata-rata. Rasio kendaraan terhenti P SV merupakan rasio kendaraan yang harus berhenti akibat sinyal merah sebelum melewati suatu simpang. Rasio kendaraan terhenti dapat dihitung dengan rumus: 1 , min NS P SV = …………………………………………………………….. 2.28 Sedangkan untuk menghitung angka henti seluruh simpang dengan rumus sebagai berikut: TOT SV TOT Q N NS å = ……………………………………………………………. 2.29 3. Tundaan Tundaan adalah waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melalui simpang apabila dibandingkan lintasan tanpa melalui suatu simpang Tundaan pada suatu simpang terdapat 2 hal: a. Tundaan lalu lintas DT adalah waktu menunggu yang disebabkan interaksi lalu lintas dengan gerakan lalu lintas yang bertentangan. Tundaan lalu lintas rata-rata tiap pendekat dihitung dengan menggunakan formula: Tundaan rata-rata suatu pendekat j dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: j j j DG DT D + = ……………………………………………..……….. 2.30 commit to user 33 Dimana: D j : Tundaan rata-rata untuk pendekat j. DT j : Tundaan lalu lintas rata-rata untuk pendekat j. DG j : Tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j. Tabel 2.7. Perilaku Lalu Lintas Tundaan Rata-rata Keadaan Tundaan Rata-rata detsmp LTRT QC Tipe Simpang Kapasitas smpjam Faktor-SMP F SMP 1010 411 412 422 422L 423 433 433L 434 444 444L 445L 455L 2700 3500 4200 4500 4300 4400 5100 5400 6100 5100 6000 6800 9 9 9 9 13 25 23 25 24 23 23 24 0,25 9 10 10 9 13 26 24 27 26 24 24 25 0,50 10 13 12 11 17 34 31 33 31 31 30 29 0,75 18 19 17 17 25 43 38 42 42 38 40 40 1 59 61 47 42 70 84 93 94 87 93 84 88 2525 2300 2900 3400 4400 3900 4100 5400 4800 5400 5400 6800 8200 0,7645 0,7645 0,7645 0,7645 0,7098 0,6825 0,6825 0,6825 0,6825 0,6825 0,6825 0,6825 10 10 10 9 17 25 20 25 26 20 20 21 0,25 10 10 10 9 18 26 21 26 27 21 21 22 0,50 11 12 12 10 22 30 24 33 32 24 25 26 0,75 15 19 18 11 34 49 38 52 51 38 40 37 1 43 43 39 60 88 124 82 133 128 82 83 83 1010 311 312 322 323 333 33L 2200 3200 3600 4100 5100 5100 0,7325 0,7325 0,7325 0,6825 0,6825 0,6825 9 10 10 15 17 15 0,25 10 10 10 19 19 16 0,50 11 12 13 19 23 18 0,75 18 20 20 28 33 26 1 48 63 62 65 83 66 2525 1900 2500 2800 3900 4400 4900 0,7325 0,7325 0,7325 0,6825 0,6825 0,6825 10 10 10 14 18 14 0,25 10 10 11 15 18 15 0,50 12 12 11 18 22 18 0,75 16 16 17 27 34 26 1 48 38 38 62 78 68 Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 commit to user 34 Tundaan lalu lintas setiap pendekatan DT dapat dihitung dengan rumus: C NQ A c DT 3600 1 ´ + ´ = ……………………………..……………………. 2.31 Dimana: DT : Tundaan lalu lintas rat-rata detsmp. c : Waktu siklus yang disesuaikan det. A : DS GR GR ´ - - ´ 1 1 5 , 2 GR : Rasio hijau. DS : Derajat kejenuhan. NQ 1 : Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya. C : Kapasitas smpjam. Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 Grafik 2.11. Penetapan Tundaan Lalu Lintas Rata-Rata DT b. Tundaan geometri DG merupakan perlambatan dan percepatan kendaraan yang membelok di simpang atau yang terhenti oleh lampu merah. commit to user 35 Tundaan rata-rata suatu pendekat j dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 4 6 1 1 ´ + ´ ´ - = SV T SV P P P DG ………………………………………2.32 Dimana: DG 1 : Tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j detsmp. P SV : Rasio kendaraan terhenti pada pendekat = Min NA,1. P T : Rasio kendaraan berbelok pada pendekat. Sedangkan tundaan rata-rata untuk menghitung seluruh simpang, dengan rumus sebagai berikut: TOT I Q D Q D ´ å = ………………… ……………………………………… 2.33 commit to user 36

BAB 3 METODOLOGI

3.1. Metode Pengamatan

Tujuan dari suatu pengamtan adalah untuk mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Agar pengamatan ini menghasilkan data yang akurat dan tidak meragukan, penelitian harus dilakukan secara teratur dan sistematis untuk itu dilaksanakan suatu metodelogi. Evaluasi terhadap suatu kasus, yakni merencanakan sinyal lalu lintas pada simpang-simpang yang diseleksi dan mengevaluasi kinerja simpang tersebut baik sebelum, maupun sesudah direncanakan.metode ini bertujuan untuk menunjukan kinerja simpang-simpang yang diteliti, apakah akan terjadi lebih baik ataukah lebih buruk setelah diberi perlakuan, yaitu dikoordinasi. Moehamad fandi,2007 Metode yang digunakan dalam metode ini menggunakan metode MKJI 1997 terdiri dari: 1. Geometrik, Pengaturan Lalu Lintas, Lingkungan. Terdiri dari: · kode pendekatan yang digunakan untuk penempatan arah Utara, Selatan, Barat dan Timur. · Tipe lingkungan jalan COM = Komersial, RES = Permukiman, RA = Akses terbatas. · Tingkat Hambatan Samping Tinggi: Besar arus berangkat pada tempat masuk dan keluar berkurang oleh karena aktivitas disamping jalan pada pendekatan seperti angkutan umum berhenti, perjalan kaki berjalan sepanjang atau melintasi pendekat, keluar-masuk halaman disamping jalan dsb.