Data Masukan Penggunaan Fase Sinyal

commit to user 12 § Kendaraan Terhenti § Tundaan Adanya pemasangan lampu lalu lintas, maka kecelakaan yang timbul diharapkan dapat berkurang, karena konflik yang timbul antara arus lalu lintas dapat dikurangi Munawar, 2004:44-45. Pola urutan lampu lalu lintas yang digunakan di Indonesia mengacu pada pola yang dipakai di Amerika Serikat, yaitu: merah red, kuning amber dan hijau green. Hal ini untuk memisahkan atau menghindari terjadinya konflik akibat pergerakan lalu lintas lainnya. Pemasangan lampu lalu lintas pada simpang ini dipisahkan secara koordinat dengan sistem kontrol waktu secara tetap atau dengan bantuan manusia. Langkah-langkah dalam menganalisis simpang dengan lampu pengatur lalu lintas adalah sebagai berikut:

2.4.1. Data Masukan

a. Kondisi geometri dan lingkungan Berisi tentang gambar tampak atas simpang,lebar lajur, bahu, median, tingkat hambatan samping kelandaian dan jumlah penduduk kota tempat diadakan pengamatan. b. Kondisi arus lalu lintas Tabel 2.1. Tipe Kendaraan No Tipe Kendaraan Definisi 1 Kendaraan tak bermotor UM Sepeda, becak 2 Sepeda bermotor MC Sepeda motor 3 Kendaraan ringan LV Colt, pick up, station wagon 4 Kendaraan berat HV Bus, truck Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 commit to user 13 Dan memiliki nilai konversi pada tiap pendekat seperti berikut ini: Tabel 2.2. Daftar Faktor Konversi SMP Jenis Kendaraan SMP untuk tipe approach Pendekat Terlindung Pendekat Terlawan Kendaraan Ringan LV 1.0 1.0 Kendaraan Berat HV 1.3 1.3 Sepeda Motor MC 0.2 0.4 Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 Arus lalu lintas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Mc LV HV HV LV LV emp Q emp Q emp Q Q ´ + ´ + ´ = …………………..………2.1 Rasio berbelok merupakan perbandingan antara jumlah arus lalu lintas yang berbelok dengan jumlah total arus lalu lintas dalam suatu pendekatan. Rasio berbelok terdiri 2 macam: Rasio berbelok kiri P LT , merupakan rasio untuk lalu lintas yang berbelok ke kiri. Dengan rumus persamaan: jam smp Total jam smp LT p LT = ………………………………………...…………… 2.2 Rasio berbelok kanan P RT , merupakan rasio untuk lalu lintas yang berbelok ke kanan. Dengan rumus persamaan: jam smp Total jam smp RT P RT = .................................................................................... 2.3 Rasio kendaraan tak bermotor dapat dihiting dengan rumus senagai berikut: MV UM UM Q Q P = ………………………………………………………………...… 2.4 commit to user 14

2.4.2. Penggunaan Fase Sinyal

1. Fase Sinyal Fase phase stage adalah bagian dari siklus sinyal dengan lampu hijau disediakan bagi kombinasi tertentu dari gerakan lalu lintas. Jumlah fase yang baik adalah fase yang menghasilkan kapasitas besar dan rata-rata tundaan rendah. Bila arus belok kanan dari satu kaki atau arus belok kanan dari kiri lawan arah terjadi pada fase yang sama, arus ini dinyatakan sebagai terlawan opossed. Arus belok kanan yang dipisahkan fasenya dengan arus lurus atau belok kanan tidak diijinkan, maka arus ini dinyatakan sebagai terlindung protected. Periode merah semua all red antar fase harus sama atau lebih besar dari LT setelah waktu all red ditentukan, total waktu hilang LT dapat dihitung sebagai penjumlahan periode waktu antar hijau IG. Panjang waktu kuning pada sinyal lalu lintas perkotaan di Indonesia biasanya 3 detik. 1 1 2 3 6 5 4 commit to user 15 Kasus Karakteristik 1 Pengaturan 2 fase hanya konflik-konflik primer yang dipisahkan. 2 Pengaturan 3 fase dengan pemutusan paling akhir pada pendekat utara agar menaikkan kapasitas untuk belok kanan dari arah ini. 3 Pengaturan 3 fase dengan start-dini dari pendekat utara agar menaikkan kapasitas untuk belok kanan dari arah ini. 4 Pengaturan 3 fase dengan belok kanan terpisah pada salah satu jalan. 5 Pengaturan 4 fase dengan belok kanan terpisah pada kedua jalan. 6 Pengaturan 4 fase dengan arus berangkat dari satu-persatu pendekat pada saaatnya masing-masing. Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 Gambar 2.6. Pengaturan-Pengaturan Fase Sinyal 2. Waktu Hijau Efektif dan Waktu Hilang Pada analisis yang dilakukan bagi keperluan perencanaan waktu antar hijau dapat dianggap sebagai nilai normal: Tabel 2.3. Operasional dan Perencanaan Nilai Normal Waktu Antar Hijau Ukuran Simpang Lebar jalan rata-rata Nilai normal waktu antar hijau Kecil 6-9 m 4 detikfase Sedang 10-14 m 5 detikfase Besar Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 Waktu hijau efektif merupakan lamanya waktu hijau dimana arus berangkat terjadi dengan besaran tetap sebesar S, wakti hijau efektif dapat dihitung sebagai berikut: commit to user 16 Time R a te o f D isch a rg e o f Q u e u e i n a F u lly S a tu ra te d G re e n P e ri o d Effective Green Time Saturation Flow Actual Flow Curve Start Loss End Gain Display Green Time Intergreen Effective Flow Curve Fi Starting Phase Change Time Fk Terminating Phase Change Time Amber All-Red Phases for the Movement Phases for the Conflicting Movement Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 Gambar 2.7. Model dasar untuk arus jenuh Pada saat periode dimulai kendaraan masih dalam kondisi terhenti, dan memerlukan waktu lagi untuk mulai berjalan serta mempercepatnya sampai ke suatu kecepatan normal, ini terjadi setelah menempuh waktu 10 sampai 15 detik kemudian. Kapasitas simpang akan menurun sedikit sampai akhir waktu hijau seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini: Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 Grafik 2.1. Arus Jenuh yang Diamati Per selang Waktu 6 Detik 747 3292 3977 3866 3667 3663 TS 1 TS 6 TS 2 TS3 TS4 TS 5 3 6 9 27 24 21 18 15 12 36 33 30 30000 2000 1000 50000 60000 4000 7000 Tampilan waktu hijau F i waktu ganti awal fase Merah semua Kuning Fase-fase untuk gerakan yang berkonflik Fase-fase untuk gerakan F k waktu ganti akhir fase Antar hijau F i waktu ganti awal fase Merah semua Kuning Fase-fase untuk gerakan yang berkonflik Fase-fase untuk gerakan Merah Waktu hijau efektif Lengkung arus efektif Arus jenuh Lengkung arus sesungguhnya Kehilangan awal Tambahan akhir Waktu B es ar ke be ra ngka ta n ant ri an pa da s ua tu pe ri ode hi ja u je nuh pe nuh Tampilan waktu hijau F k waktu ganti akhir fase Antar hijau F i waktu ganti awal fase Merah semua Kuning Fase-fase untuk gerakan yang berkonflik Fase-fase untuk gerakan Kunin g Hijau commit to user 17 Titik konflik pada masing-masing fase adalah titik yang menghasilkan waktu merah semua. Merah Semua i = MAX AV AV EV EV EV V L V l L ú û ù ê ë é + + Dimana: L EV ,L AV = Jarak dari garis henti ke titik konflik masing-masing untuk kendaraan yang berangkat dan yang datang m. l EV = Panjang kendaraan yang berangkat m. V EV ,V AV = Kecepatan masing-masing untuk kendaraan yang berangkat dan yang datang mdet. Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 Gambar 2.8. Titik konflik kritis dan jarak untuk keberangkatan dan kedatangan Kendaraan yang datang Pejalan kaki yang berangkat Titik-titik konflik kritis AV EV L AV L ’ AV L EV I EV Kendaraan yang berangkat commit to user 18 Nilai-nilai sementara V EV , V AV dan l EV dapat dipilih dengan ketiadaan aturan di Indonesia akan hal ini: Kecepatan kendaraan yang datang V AV : V AV 10 mdet kend. bermotor Kecepatan kendaraan yang berangkat V EV : 10 mdet kend. bermotor 3 mdet kend. tak bermotor misalnya sepeda 1,2 mdet perjalan kaki Panjang kendaraan yang berangkat l EV : 5 m LV atau HV 2 m MC atau UM

2.4.3. Penentuan Waktu Sinyal