17 perilaku para pengikut sehingga konsisten dengan visi organisasi. Chiang dan
Wang 2012 menegaskan bahwa pemimpin yang menerapkan kepemimpinan transformasional memberikan pengaruhnya kepada para pengikut dengan
melibatkan pengikutnya berpartisipasi dalam penentuan tujuan, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan memberikan umpan balik melalui
pelatihan, pengarahan, konsultasi, bimbingan, dan pemantauan atas tugas yang diberikan. Pemimpinan transformasional adalah pemimpin yang mendorong para
pengikutnya untuk merubah motif, kepercayaaan, nilai, dan kemampuan sehingga minat dan tujuan pribadi dari para pengikut dapat selaras dengan visi dan tujuan
organisasi. Berdasarkan pengertian tentang kepemimpinan transformasional yang
dikemukakan oleh para ahli tersebut di atas, peneliti menyimpulakan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepemimpinan yang dapat
digunakan dalam meningkatkan kinerja bawahannya. Kepemimpinan ini memadukan serta memotivasi pengikut mereka ke arah tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dengan memperjelas peranan dan tuntutan tugas. Dengan adanya penerapan gaya kepemimpinan transformasional, pemimpin mencurahkan
perhatian pada hal-hal dan kebutuhan pengembangan dari pengikut individual.
2.1.3 Organizational Citizenship Behavioral OCB
Organizational Citizenship Behavior OCB merupakan kontribusi individu yang melebihi tuntutan peran di tempat kerja. OCB ini melibatkan
beberapa perilaku meliputi perilaku menolong orang lain, menjadi volunteer untuk
18 tugas-tugas ekstra, patuh terhadap aturan-aturan dan prosedur- prosedur di tempat
kerja. Perilaku-perilaku ini menggambarkan nilai tambah karyawan Ian merupakan salah satu bentuk perilaku prososial, yaitu perilaku sosial yang positif,
konstruktif dan bermakna membantu Aldag Resckhe. 1997. Organ 1988 mendefinisikan OCB sebagai perilaku individu yang bebas,
tidak berkaitan secara langsung atau eksplisit dengan sistem reward dan bisa meningkatkan fungsi efektif organisasi. Organ 1997 juga mencatat bahwa
Organizational Citizenship Behavior OCB ditemukan sebagai alternatif penjelasan pada hipotesis kepuasan berdasarkan performance .
OCB dianggap sebagai alat untuk prestasi tugas task accomplishment. Ketika prestasi menjadi motif, OCB muncul karena perilaku tersebut dipandang
perlu untuk kesuksesan tugas tersebut. Perilaku seperti menolong orang lain, membicarakan perubahan dapat mempengaruhi orang lain, berusaha untuk tidak
mengeluh, berpartisipasi dalam rapat unit merupakan hal-hal yang dianggap kritis terhadap keseluruhan prestasi tugas, proyek, tujuan atau misi. Pendek kata,
masyarakat yang memiliki motivasi berprestasi memandang tugas dari perspektif yang lebih menyeluruh. Hal-hal kecil yang membentuk OCB benar-
benar dianggap sebagai kunci untuk kesuksesan. Unal 2013 mendefinisikan OCB sebagai perilaku individu yang
memberikan kontribusi pada terciptanya efektifitas organisasi dan tidak berkaitan langsung dengan sistem reward organisasi. Unal 2013 menyatakan bahwa OCB
merupakan:
19 1. Perilaku bebas pekerja yang tidak diharapkan maupun diperlukan, oleh
karena itu organisasi tidak dapat memberikan penghargaan atas munculnya perilaku tersebut ataupun memberikan hukuman atas ketiadaan perilaku
tersebut. 2. Perilaku individu yang memberikan manfaat bagi organisasi akan tetapi
tidak secara langsung maupun eksplisit diakui dalam sistem penghargaan formal organisasi.
3. Perilaku yang bergantung pada setiap individu untuk memunculkan ataupun menghilangkan perilaku tersebut dalam lingkungan kerja.
4. Perilaku yang berdampak pada terciptanya efektifitas dan efisiensi kerja tim dan organisasi, sehingga memberikan kontribusi bagi produktifitas
organisasi secara keseluruhan. Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan para ahli diatas,
peneliti menyimpulkan bahwa OCB merupakan perilaku positif yang dipilih oleh karyawan secara spontan melampaui deskripsi pekerjaan atau wewenangnya,
dengan kata lain perilaku tersebut merupakan perilaku yang dipilih secara bebas dan mungkin tidak diakui dan diberikan penghargaan secara langsung atau formal
oleh organisasi, tetapi perilaku tersebut secara agregat dapat meningkatkan fungsi efektivitas sebuah organisasi. Perilaku yang dapat meningkatkan efektivitas
sangatlah diperlukan bagi organisasi dalam mencapai tujuannya.
2.1.4 Komitmen Organisasi