D. Instrumen Penelitan
Moleong 2005:9 menyatakan bahwa instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan
proses penelitian. Dalam hal ini, peneliti berperan dari perencanaan, pengumpulan data, penganalisis data, penafsiran data serta menyimpulkan dan melaporkan hasil
penelitian. Dalam prosesnya, peneliti dibantu dengan tabel kalsifikasi data setelah peneliti memahami tuturan beserta konteksnya.
E. Metode dan Teknik Analisis Data
Tahap analisis data pada penelitian ini menggunakan metode agih dan metode padan. Langkah pertama yaitu mengetahui konteks tuturan menggunakan
komponen tutur SPEAKING. Kemudian, peneliti menggunakan metode agih untuk menganalisis bentuk tuturan ekspresif. Dalam menentukan fungsi tuturan
ekspresif, metode yang digunakan adalah metode padan dengan menerapkan komponen tutur SPEAKING. Metode agih adalah metode yang alat penentunya
berupa bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri, sedangkan dalam metode padan alat penentunya berada di luar bahasa yang bersangkutan atau yang
diteliti Sudaryanto, 1993: 13. Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam metode agih adalah
teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik bagi unsur langsung BUL dengan membagi satuan lingual data menjadi beberapa
bagian atau unsur Sudaryanto, 1993: 31. Kemudian teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik baca markah BM, yaitu dengan cara melihat langsung
pemarkah yang bersangkutan. Kesuma 2007:66 menyatakan bahwa pemarkah
tersebut dapat berupa imbuhan, kata penghubung, kata depan dan artikel yang menyatakan ciri ketatabahasaan atau fungsi kata atau konstruksi. Contoh analisis
bentuk dan fungsi tindak tutur ekspresif yaitu:
Gambar 4 : Samba mencoba menghubungi pamannya
55 Wilson : Alors. Ton oncle?
“Wilson : Lalu.. Pamanmu?” Samba
: Il réponse toujours pas
. C’est la merde
“Samba : Dia selalu saja tidak menjawab. Tahi” Percakapan 55 terjadi pada siang hari di sebuah kamar antara Wilson dan
Samba. Pada saat itu, Samba menghubungi pamannya melalui handphone tetapi pamannya tidak menjawab. Kemudian Samba menuturkan “il réponse toujours
pas. C’est la merde”. Untuk mengetahui konteks kalimat tersebut, tuturan
dianalisis menggunakan komponen tutur SPEAKING. Tuturan terjadi S di dalam kamar pada siang hari antara P Samba dan Wilson. Tuturan tersebut
diungkapkan untuk mengekspresikan kemarahan Samba kepada pamannya E. A Samba
marah kepada pamannya dengan menuturkankan “c’est la medre”. Tuturan tersebut menggunakan kalimat ekslamatif yang diucapkan dengan
intonasi tinggi K melalui bahasa lisan I. Tuturan melanggar norma kesopanan
karena tuturan disampaikan dengan emosi yang menyamakan tahi dengan tingkah
pamannya yang tidak bisa dihubungi N. G berupa dialog perakapan.
Berdasarkan analisis komponen tutur SPEAKING, tuturan “c’est la merde” dalam
percakapan 55 termasuk ke dalam tindak tutur ekspresif. Untuk menganalisis bentuk tuturan ekspresif tersebut, digunakan teknik
baca markah. Tuturan “c’est la merde” merupakan tindak tutur ekspresif yang
menggunakan bentuk eksklamatif karena berfungsi untuk mengungkapkan perasaan penuturnya Samba. Selain itu, secara lisan tuturan tersebut diucapkan
dengan intonasi ekslamatif yang ditandai dengan intonasi naik. Tuturan tersebut apabila ditulis menjadi
“c’est la merde” yang memiliki pemarkah non leksikal tanda baca di akhir kalimat. Makna dalam tuturan
“c’est la merde” tahi mengandung maksud yang tidak sama dengan kata-kata yang menyusunnya. Kata
“tahi” dengan makna sebenarnya tidak sesuai dengan maksud tuturan yang bertujuan untuk mengungkapkan perasaan Samba kepada pamannya. Berdasarkan
analisis tersebut, tuturan “c’est la merde” termasuk ke dalam tindak tutur
ekspresif berbentuk langsung tidak literal karena menggunakan bentuk ekslamatif untuk mengungkapkan perasaan dan makna kata-katanya tidak sama dengan
maksud yang disampaikan oleh penuturnya. Langkah selanjutnya adalah menentukan fungsi tindak tutur ekspresif
menggunakan metode padan, yaitu metode yang alat penentunya berada di luar bahasa yang bersangkutan atau yang diteliti Sudaryanto, 1993: 13. Teknik dasar
yang digunakan adalah daya pilah unsur penentu PUP, yaitu dengan memilah- milah satuan kebahasaan yang dianalisis dengan alat penentu berupa daya pilah
yang bersifat mental yang dimiliki oleh peneliti Kesuma, 2007: 51. Daya pilah yang digunakan tersebut yaitu daya pilah referensial metode padan referensial.
Kemudian teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik hubung banding samakan HBS, yaitu melalui daya banding menyamakan di antara satuan-satuan
kebahasaan yang ditentukan oleh identitasnya Kesuma, 2007:53. Dalam proses penentuan fungsi tindak tutur ekspresif, data kembali
dianalisis menggunakan komponen tutur SPEAKING. Berdasarkan analisis komponen tutur SPEAKING yang telah dilakukan sebelumnya konteks pada
dialog 55, tuturan “c’est la merde” berfungsi sebagai ungkapan kemarahan
deplore. Hal ini sesuai dengan ends dan act sequence pada komponen tutur SPEAKING, yaitu Samba mengekspresikan kemarahannya dengan umpatan
“c’est la merde”. Kemudian, tuturan dihubungkan dengan situasi tutur yang
menunjukkan bahwa Samba merasa kesal karena pamannya tidak bisa dihubungi. Hal ini dapat juga dilihat pada adegan yang diwakili oleh gambar 4 yang
menunjukkan bahwa Samba sedang mencoba menghubungi pamannya tetapi tidak ada jawaban.
F. Keabsahan Data