c. Pilih fluothane atau eter untuk kontsriksi serviks yang kuat, tetapi siapkan
infuse oksitosin 20 IU dalam 500 ml NSRL dengan tetesan 40 tetesan permenit untuk mengantisipasi gangguan kontraksi yang disebabkan bahan
anastesi tesebut. d.
Bila prosedur anastesi tidak tersedia, tetapi serviks dapat dilalui oleh cunam ovum, lakukan maneuver skrup untuk melahirkan plasenta. Untuk
prosedur tersebut, berikan analgetik tramadol 100 mg IV atau pethidine 50 mg IV dan sedative diazepam 5mgIV pada tabung terpisah.
3. Plasenta Akreta
Tanda penting untuk di diagnosis pada pemeriksaan luar adalah ikutnya funduskorpus apabila tali pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam sulit ditentukan tepi
plasenta karena implantasi yang dalam. upaya yang dpat dilakuakn pada fasilitas pelayanan dasar adalah menentukan diagnosis, stabilisasi pasien, dan rujuk ke rumah
sakit rujukan karena kasus ini memerlukan tindakan operatif Rohani.2011.hlm.218.
9. Prosedur Manual Plasenta
Menurut Rukiyah, dkk 2010, Prosedur manual plasenta terdiri dari : 1.
Pasang set dan cairan infuse, jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan, lanjutkan anastesia verbal atau analgesia per rectal, siapkan dan jalankan
prosedur pencegahan infeksi. 2.
Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri : pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong , jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva,
tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai. 3.
Secara obstetrik masukan tangan lainnya punggung tangan menghadap ke bawah ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat. Setelah
Universitas Sumatera Utara
menacapai bukaan serviks, kemudian minta seorang asisten penolong lain untuk memegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk
menahan fundus uteri. 4.
Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan ke dalam hingga ke kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta, bentangkan tangan
obstetric menjadi datar seperti memberi salam ibu jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lainnya merapat. Tentukan implantasi plasenta,
temukan tepi plasenta paling bawah. Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap disebelah atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan
diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan mengahadap ke bawah posterior ibu.
5. Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan
sisipkan ujung jari-jari tangan diantara placenta dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke atas anterior ibu.
6. Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka
perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser plasenta ke tangan cranial ibu hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.
7. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk
menilai tidak ada plasenta yang tertinggal. 8.
Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis tahan segmen bawah uterus kemudian instruksikan asisten penolong untuk menarik tali pusat
sambil tangan dalam membawa plasenta keluar hindari adanya percikan darah.
Universitas Sumatera Utara
9. Lakukan penekanan dengan tangan yang menahan supra simpisis uterus ke
arah dorso cranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di dalam wadah yang telah disediakan.
10. Lakukan tindakan pencegahan infeksi dengan cara: dekontaminasi sarung
tangan sebelum dilepaskan dan peralatan lain yang digunakan . lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan clorin 0,5
selama 10 menit. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir. Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering.
11. Lakukan pemantauan pasca tindakan : periksa kembali tanda vital ibu, catat
kondisi ibu dan buat laporan tindakan, tuliskan rencan pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan asuhan lanjutan.
12. Beritahu pada ibu dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi ibu
harus masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan. Lanjutan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum pindah ke ruang gawat
gabung.
10. Penanganan Retensio Plasenta Menurut Tingkatan