Bidan dapat praktik dimana sajaa termasuk di rumah, masyarakat, rumah sakit, atau unit kesehatan. Dalam melaksanakan profesinya bidan memiliki peran sebagai
pelaksana , pengelola, pendidik , dan peneliti. 1.
Peran Sebagai Pelaksana Sebagai pelaksana , bidan memiliki tiga kategori tugas , yaitu tugas mandiri,
tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan. 2.
Peran Sebagai Pengelola Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas pengembangan
pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim. 3.
Peran Sebagai Pendidik Sebagai pendidik memiliki 2 tugas , yaitu sebagai pendidik dan penyuluhan
kesehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader. 4.
Peran Sebagai Peneliti Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan
baik secara mandiri maupun berkelompok Soepardan.2008.hlm . 38.
D. RETENSIO PLASENTA
1. Defenisi
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah bayi lahir Prawirohardjo, 2005. Plasenta dianggap mengalami “retensi”
bila belum dilahirkan batas waktu tertentu setelah bayi dilahirkan dalam 30 menit setelah penatalaksanaan aktif dan dalam 1 jam setelah penatalaksanaan menunggu
Chapman, 2006.
Universitas Sumatera Utara
2. Etiologi Penyebab Retensio Plasenta
Secara fungsional dapat terjadi karena his kurang kuat penyebab terpenting, dan plasenta sukar terlepas karena tempatnya insersi disudut tuba, bentuknya
plasenta membranasea, plasenta anularis, ukurannya plasenta yang sangat kecil. Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa juga oleh karena :
a plasenta belum lepas dari dinding uterus
b plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan. Apabila plasenta belum
lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan; jika lepas sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena: a
Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta plasenta adhesiva b
Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium-sampai di bawah peritoneum plasenta akreta-
perkreta. c
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta inkarserasio plasenta
Tiarahma,2011. Tabel 2.1. Menurut Jenis Retensio Plasenta
Gejala Separasi Akreta
Parsial Plasenta
Inkarserata Plasenta
Akreta
Konsistensi unterus Kenyal
Keras Cukup
Tinggi fundus Sepusat
2 jari dibawah pusat
Sepusat
Universitas Sumatera Utara
3. Anatomi Plasenta
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2.5 cm. beratnya rata-rata 500 gram. Tali-pusat
berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah insertio sentralis. Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 16 minggu dengan ruang
amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili koriales yang
berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.
Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80
mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua vili
koriales dan kembali perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua. Plasenta berfungsi: sebagai alat yang memberi makanan pada janin,
Bentuk uterus Diskoid
Agak globuler Diskoid
Perdarahan Sedang – banyak
Sedang Sedikittidak ada
Tali pusat Terjulur sebagian
Terjulur Tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka
Konstriksi Terbuka
Separasi plasenta Lepas sebagian
Sudah lepas Melekat
seluruhnya Syok
Sering Jarang
Jarang sekali
Universitas Sumatera Utara
mengeluarkan sisa metabolisme janin, memberi zat asam dan mengeluarkan CO2, membentuk hormon, serta penyalur berbagai antibodi ke janin.
4. Gejala klinis