6 Bordir sasak bagi siswa kelas XII memerlukan media pembelajaran yaitu
modul sebagai panduan belajar siswa. Dalam penggunaan modul ini diharapkan siswa dapat belajar secara mandiri, lebih kreatif dan tuntas karena materi yang
dijelaskan secara sistematis, runtut, dilengkapi dengan gambar dan evaluasi untuk mengukur kemampuan pada materi pembelajaran bordir sasak.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Modul Bordir Sasak Pada Mata Pelajaran Menghias
kain Bagi Siswa Kelas XII di SMK Negeri 1 Ngawen”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah-masalah yang ada dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Peserta didik kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran bordir sasak.
2. Penggunaan media yang digunakan berupa jobsheet oleh guru dalam pembelajaran bordir sasak tidak disertai dengan gambar.
3. Peserta didik tidak fokus dalam menerima penjelasan dari guru pada pembelajaran bordir sasak karena penyampaian materi yang dilakukan
masih secara ceramah. 4. Peserta didik tidak belajar secara mandiri karena belum tersedia media
pembelajaran yang dapat menunjang proses pembelajaran bordir sasak. 5. Belum tersedianya media pembelajaran berupa modul pada materi bordir
sasak sebagai bahan ajar pembuatan bordir sasak. 6. Hasil belajar peserta didik masih banyak yang belum memenuhi kriteria
ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah yaitu 75.
7
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa penelitian ini difokuskan pada pengembangan
media pembelajaran berupa modul bordir sasak. Media pembelajaran berupa modul yaitu satu satuan program
pembelajaran terkecil yang dapat dipelajari oleh peserta didik secara perseorangan
sehingga memungkinkan
siswa untuk
belajar mandiri.
Pengembangan modul pada pembelajaran menghias kain ini meliputi pengetahuan bordir sasak, persiapan bordir, serta teknik bordir sasak secara
maksimal dari aspek pengetahuan kognitif, keterampilan psikomotor, dan sikap afektif dengan judul modul bordir sasak.
Model pengembangan
yang digunakan
yaitu penelitian
dan pengembangan Reasearch and Development RD menggunakan model
pengembangan dari Borg and Gall yang disederhanakan oleh Tim Puslitjaknov 2008:11. Tahap-tahap yang dilakukan antara lain melakukan analisis
kebutuhan produk, mengembangkan produk awal, validasi ahli dan revisi, uji coba skala kecil dan revisi, dan uji coba skala besar dan produk akhir.
D. Rumusan Masalah