BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pembuatan Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco SMNDC
Hasil pembuatan dari nata de coco sebanyak 29,664 kilogram diperoleh 188,386 gram selulosa mikrokristal dengan rendemen sebesar 0,63 dihitung
terhadap bobot nata de coco basah. Selulosa mikrokristal yang dihasilkan berupa serbuk kasar, berwarna putih kekuningan dan tidak berbau.
Hasil pengamatan uji mikroskopik SMNDC dengan perbesaran 10 x diperoleh bentuk kristal
tak beraturan, tekstur permukaan yang tidak rata dan membentuk sudut-sudut runcing dan tumpul. Selain itu, dilakukan juga uji
mikroskopik avicel PH 102 sebagai pembanding. Bila dibandingkan dengan avicel PH 102, selulosa mikrokristal dari nata de coco mempunyai bentuk kristal yang lebih
besar daripada bentuk kristal dengan avicel PH 102.
4.2 Hasil Karakterisasi Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco SMNDC
Karakterisasi SMNDC dilakukan dengan membandingkannya dengan avicel PH 102 sesuai dengan syarat yang terdapat dalam United States
Pharmacopeia USP dan Handbook of Pharmaceutical Exipients. Hasil karakterisasi SMNDC dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Data Karakterisasi SMNDC dan Avicel PH 102
No Parameter SMNDC
Avicel PH 102 1
2 3
4 pH
Susut pengeringan Bobot Jenis
- Bobot Jenis Nyata gcm
3
- Bobot Jenis Benar gcm
3
- Bobot Jenis Mampat gcm
3
Indeks Kompresibilitas 5,8
7,54 0,583
1,450 0,689
18,181 6,5
4,75 0,416
1,460 0,482
15,860
Universitas Sumatera Utara
Hasil penetapan pH SMNDC dan avicel PH 102 memenuhi syarat yang
terdapat dalam USP. Menurut USP tahun 2007, pH selulosa mikrokristal adalah antara 5,0 dan 7,5.
Uji susut pengeringan dilakukan untuk mengetahui persentase senyawa yang menghilang selama proses pemanasan tidak hanya menggambarkan air yang
hilang, tetapi juga senyawa menguap lain yang hilang. Penetapan susut pengeringan dilakukan dengan pengeringan pada temperatur 105°C selama 30
menit atau sampai berat konstan dan dinyatakan dalam persen. Menurut USP tahun 2007 susut pengeringan selulosa mikrokristal adalah tidak kurang dari 7 .
Hasil uji susut pengeringan SMNDC tidak memenuhi syarat yang terdapat pada
USP yaitu 7,54 sedangkan avicel PH 102 memenuhi syarat yang terdapat dalam
USP. Hal ini disebabkan karena tingginya kandungan air yang terdapat dalam SMNDC.
Penetapan bobot jenis dilakukan untuk memberikan penilaian sifat alirnya karena bobot jenis mempengaruhi sifat alirnya. Berdasarkan data pada tabel 5,
dapat dilihat bahwa hasil pengujian bobot jenis SMNDC dan avicel memberikan hasil yang berbeda. Hal ini disebabkan karena penentuan bobot jenis tergantung
pada volum partikel yang mengandung celah mikroskopik, pori internal dan ruang kapiler Lee, 2008.
Bobot jenis benar SMNDC dan avicel PH 102 memenuhi syarat yang terdapat dalam Handbook of Pharmaceutical Exipients sebesar1,420 – 1,460
gcm
3
. Bobot jenis mampat SMNDC tidak memenuhi syarat yang terdapat dalam Handbook of Pharmaceutical Exipients, syarat bobot jenis mampat adalah 0,478
gcm
3
. Walaupun bobot jenis mampat avicel PH 102 tidak menghasilkan nilai
Universitas Sumatera Utara
bobot jenis mampat yang sama dengan syarat yang terdapat dalam Handbook of Pharmaceutical Exipients, tetapi hasil bobot jenis mampat yang diperoleh yaitu
0,482 gcm
3
masih mendekati nilai bobot jenis mampat selulosa mikrokristal yang terdapat dalam Handbook of Pharmaceutical Exipients.
Menurut USP tahun 2007, dengan mengetahui indeks kompresibilitas dapat diprediksi karakteristik aliran suatu serbuk. Indeks kompresibilitas 16-20
memiliki sifat alir cukup baik sedangkan indeks kompresibilitas 11-15 memiliki sifat alir yang baik. Berdasarkan data pada tabel 5 , sifat alir dari
SMNDC adalah cukup baik. Hal ini hampir sama dengan sifat alir yang dimiliki oleh avicel PH 102.
4.3 Hasil Analisis FT-IR