3.3.9.1.2 Penentuan panjang gelombang maksimum dalam HCl 0,01 N
Dipipet sebanyak 7 ml larutan baku larutan induk baku 2 lalu dimasukkan
ke dalam labu tentukur 50 ml ditambahkan HCl 0,01 N sampai garis tanda, kocok
homogen konsentrasi larutan = 14 mcgml. Serapan diukur pada panjang gelombang 200 - 400 nm dan sebagai blanko digunakan HCl 0,01 N. Dari larutan
ini dipipet 10 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, ditambahkan dengan HCl 0,01 N sampai garis tanda, kocok homogen sehingga diperoleh larutan induk
baku 2 dengan konsentrasi 100 mcgml.
3.3.9.1.3 Penentuan linieritas kurva kalibrasi dalam HCl 0,01 N
Dipipet sebanyak 3,5 ml; 5 ml; 7 ml; 8,5 ml dan 10 ml dari larutan induk baku 2. Masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml. Diencerkan
dengan HCl 0,01 N sampai garis tanda, dikocok hingga homogen. Kemudian masing-masing larutan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum
serapan maksimum dan sebagai blanko digunakan HCl 0,01 N.
3.3.9.1.4 Disolusi
Uji disolusi klorfeniramin maleat dilakukan dengan alat disolusi model dayung sesuai dengan yang tertera pada USP tahun 2007 dan sebagai media
disolusi digunakan HCl 0,01 N dengan volume 500 ml
.
Sebuah tablet dimasukkan ke dalam wadah disolusi yang telah berisi 500 ml medium disolusi
dengan suhu 37
o
C ± 2
o
C. Kemudian dayung diputar dengan kecepatan 50 rpm. Pada interval waktu 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit, larutan dipipet sebanyak 5 ml
dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml lalu diencerkan dengan medium disolusi sampai garis tanda. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimum
terhadap medium disolusi sebagai blanko. Volume medium diusahakan tetap
Universitas Sumatera Utara
dengan menambahkan medium disolusi sebanyak 5 ml setelah pemipetan Anonim, 2007.
Persyaratan : Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 75 Q C
16
H
19
ClN
2
.C
4
H
4
O
4
dari jumlah yang tertera pada etiket
Tabel 4. Kriteria Penerimaan Uji Disolusi.
Tahap Jumlah
yang diuji Kriteria penerimaan
S1 6
Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5 S2
6 Rata-rata dari 12 unit S1 + S2 adalah sama dengan
atau lebih besar dari Q dan tidak 1 unit sediaan yang lebih kecil dari Q - 15
S3 12
Rata-rata dari 24 unit S1 + S2 + S3 adalah sama dengan atau lebih besar dari Q, tidak lebih dari 2 unit
sediaan yang lebih kecil dari Q – 15 dan tidak 1 unit pun yang lebih kecil dari Q – 25
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pembuatan Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco SMNDC
Hasil pembuatan dari nata de coco sebanyak 29,664 kilogram diperoleh 188,386 gram selulosa mikrokristal dengan rendemen sebesar 0,63 dihitung
terhadap bobot nata de coco basah. Selulosa mikrokristal yang dihasilkan berupa serbuk kasar, berwarna putih kekuningan dan tidak berbau.
Hasil pengamatan uji mikroskopik SMNDC dengan perbesaran 10 x diperoleh bentuk kristal
tak beraturan, tekstur permukaan yang tidak rata dan membentuk sudut-sudut runcing dan tumpul. Selain itu, dilakukan juga uji
mikroskopik avicel PH 102 sebagai pembanding. Bila dibandingkan dengan avicel PH 102, selulosa mikrokristal dari nata de coco mempunyai bentuk kristal yang lebih
besar daripada bentuk kristal dengan avicel PH 102.
4.2 Hasil Karakterisasi Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco SMNDC
Karakterisasi SMNDC dilakukan dengan membandingkannya dengan avicel PH 102 sesuai dengan syarat yang terdapat dalam United States
Pharmacopeia USP dan Handbook of Pharmaceutical Exipients. Hasil karakterisasi SMNDC dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Data Karakterisasi SMNDC dan Avicel PH 102
No Parameter SMNDC
Avicel PH 102 1
2 3
4 pH
Susut pengeringan Bobot Jenis
- Bobot Jenis Nyata gcm
3
- Bobot Jenis Benar gcm
3
- Bobot Jenis Mampat gcm
3
Indeks Kompresibilitas 5,8
7,54 0,583
1,450 0,689
18,181 6,5
4,75 0,416
1,460 0,482
15,860
Universitas Sumatera Utara