Hasil Analisis FT-IR Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Granul

bobot jenis mampat yang sama dengan syarat yang terdapat dalam Handbook of Pharmaceutical Exipients, tetapi hasil bobot jenis mampat yang diperoleh yaitu 0,482 gcm 3 masih mendekati nilai bobot jenis mampat selulosa mikrokristal yang terdapat dalam Handbook of Pharmaceutical Exipients. Menurut USP tahun 2007, dengan mengetahui indeks kompresibilitas dapat diprediksi karakteristik aliran suatu serbuk. Indeks kompresibilitas 16-20 memiliki sifat alir cukup baik sedangkan indeks kompresibilitas 11-15 memiliki sifat alir yang baik. Berdasarkan data pada tabel 5 , sifat alir dari SMNDC adalah cukup baik. Hal ini hampir sama dengan sifat alir yang dimiliki oleh avicel PH 102.

4.3 Hasil Analisis FT-IR

Analisis sifat fisikokimia dilakukan menggunakan instrumen spektrofotometer FT-IR. Gambar 1. Hasil Spektrum IR SMNDC Universitas Sumatera Utara Dari gambar 1 serapan pada daerah bilangan gelombang 3346,50 cm -1 menunjukkan adanya gugus OH, serapan pada daerah bilangan gelombang 2897,08 cm -1 menunjukkan adanya gugus C-H. Serapan pada daerah bilangan gelombang 1045,42 cm -1 menunjukkan adanya gugus C-O. Semua bilangan gelombang yang diperoleh menggambarkan gugus fungsi yang terdapat pada molekul selulosa. Gambar 2. Hasil Spektrum IR avicel PH 102 Dari gambar 2 serapan pada daerah bilangan gelombang 3344,57 cm -1 menunjukkan adanya gugus OH, serapan pada daerah bilangan gelombang 2895,15 cm -1 menunjukkan adanya gugus C-H. Serapan pada daerah bilangan gelombang 1018,41 cm -1 menunjukkan adanya gugus C-O. Semua bilangan Universitas Sumatera Utara gelombang yang diperoleh menggambarkan gugus fungsi yang terdapat pada molekul selulosa. Dari data spektrum IR diketahui bahwa SMNDC dan avicel PH 102 mempunyai pola spektrum IR yang sama.

4.4 Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Granul

Uji preformulasi massa granul yang dilakukan menghasikan data preformulasi massa granul seperti yang tertera pada tabel dibawah ini: Tabel 6. Data Uji Preformulasi Massa Granul Formula Waktu alir detik Sudut diam Indeks tap F1 F2 9,7 8,36 18,78 17,77 11,56 13,22 Dari hasil pengujian terlihat bahwa waktu alir setiap formula berbeda tetapi F2 yang merupakan formula dengan bahan pengisi avicel PH 102 menghasilkan waktu alir yang lebih baik daripada F1 yang merupakan formula dengan bahan pengisi SMNDC. Kedua formula memenuhi syarat waktu alir yaitu 10 detik. Sudut diam juga berbeda tapi perbedaannya tidak begitu besar. Berdasarkan data sudut diam di atas, semakin cepat waktu alir granul maka sudut diamnya juga lebih kecil. Dari hasil pengujian indeks tap terlihat bahwa indeks tap F2 dengan bahan pengisi avicel PH 102 lebih besar daripada F1 dengan bahan pengisi SMNDC. Tujuan penentuan indeks tap adalah untuk mengetahui secara tidak langsung perilaku sifat alir pada waktu pentabletan. Menurut Cartensen 1977, indeks tap yang kurang dari 20 akan mempunyai sifat alir yang baik. Universitas Sumatera Utara 4.5 Hasil Evaluasi Tablet Klorfeniramin Maleat 4.5.1 Hasil Penentuan Kurva Serapan dan Linieritas Kurva Kalibrasi Klorfeniramin Maleat BPFI dalam Larutan HCl 0,1 N Klorfeniramin maleat memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 265 nm dengan A 1 1 = 302a dalam pelarut asam Moffat, 1986. Dari penelitian ini, pengukuran serapan maksimum klorfeniramin maleat BPFI yang diperoleh adalah 264 nm. Hal ini masih dapat diterima karena batas selisih ±2 masih memenuhi kriteria penerimaan. Gambar 3. Kurva Serapan Klorfeniramin Maleat BPFI dengan Konsentrasi 14 mcgml dalam Larutan Dapar HCl 0,1 N Gambar 4. Data Panjang Gelombang Maksimum dan Absorbansi Klorfeniramin Maleat dalam HCl 0,1 N pada c= 14 mcgml Universitas Sumatera Utara Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran diperoleh pada panjang gelombang maksimum 264 nm memberikan serapan sebesar 0,3235. Pada penentuan kurva kalibrasi, larutan klorfeniramin maleat BPFI dibuat dengan konsentrasi berturut-turut: 7 mcgml; 10 mcgml; 14 mcgml; 17 mcgml dan 20 mcgml pada panjang gelombang 264 nm. Gambar 5. Kurva Kalibrasi Klorfeniramin Maleat BPFI dalam Larutan HCl 0,1 N pada Panjang Gelombang 264 nm Dari hasil pembuatan kurva kalibrasi diperoleh hubungan linier antara serapan dengan konsentrasi dimana koefisien korelasi r = 0,9990 dan persamaan garis regresi Y = 0,0226 X + 0,0038. 4.5.2 Hasil Uji Friabilitas Menurut Voight 1994 bahwa friabilitas atau kehilangan berat yang dialami setiap jenis tablet tidak melebihi 0,8. Dengan terpenuhinya syarat uji friabilitas, maka keutuhan tablet sampai ke tangan konsumen dapat terjamin. Data uji friabilitas dapat dilihat pada tabel 7. Universitas Sumatera Utara Tabel 7. Data Friabilitas Tablet Klorfeniramin Maleat No Formula Friabilitas 1 2 Formula 1 Formula 2 1,40 1,55 Dari tabel di atas diketahui bahwa tablet klorfeniramin maleat F1 dan F2 tidak memenuhi syarat yang terdapat dalam pustaka. Menurut Voigt 1994 friabilitas tablet tidak lebih dari 0,8 . Hal ini disebabkan karena faktor ukuran partikel, kelembapan dan faktor lainnya. Kelembapan menyebabkan gangguan ikatan antarpartikel dan meningkatkan porositas yang dapat mengganggu kekuatan tablet sehingga mengakibatkan perubahan friabilitas Ahmad dan Shaikh, 1994. 4.5.3 Hasil Uji Keseragaman Bobot Tablet Klorfeniramin Maleat Tabel 8. Data Uji Keseragaman Bobot Tablet Klorfeniramin Maleat Keterangan F1 F2 Bobot rata-rata mg A1 A2 B 200,95 4,95 4,50 4,95 200,05 3,52 3,47 3,52 Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa hasil uji keseragaman bobot tablet klorfeniramin maleat memenuhi syarat yang terdapat dalam farmakope Indonesia edisi III. Tablet dengan bobot rata-rata 151 mg sampai dengan 300 mg memiliki penyimpangan bobot rata-rata tidak lebih dari 7,5 untuk kolom A dan 15 untuk kolom B Ditjen POM, 1979.

4.5.4 Hasil Uji Kekerasan

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa setiap tablet yang diuji mempunyai kekerasan yang tidak jauh berbeda. Universitas Sumatera Utara Tabel 9. Data Uji Kekerasan Tablet Klorfeniramin Maleat No Formula Kekerasan kg 1 2 Formula 1 Formula 2 4,65 5,90 Menurut Parrot 1971 syarat kekerasan tablet antara 4-8 kg . Hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet bisa lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima asalkan kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi, biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sukar penanganannya pada saat pengemasan dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima, asalkan masih memenuhi persyaratan waktu hancurdisintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan Rhoihana, 2008.

4.5.5 Hasil Uji Waktu Hancur Tabel 10. Data Uji Waktu Hancur Tablet Klorfeniramin Maleat

No Formula Waktu Hancur menit 1 2 Formula 1 Formula 2 4,32 4,13 Dari tabel di atas diketahui bahwa waktu hancur formula 1 adalah 4,32 detik sedangkan waktu hancur formula 2 adalah 4,13 detik. Hasil uji waktu hancur dari ke-2 formula tersebut memenuhi syarat waktu hancur yang terdapat dalam farmakope Indonesia yaitu waktu hancur untuk tablet tidak bersalut tidak lebih dari 15 menit. Universitas Sumatera Utara

4.5.6 Hasil Penetapan Kadar Tabel 11. Data Hasil Kadar Tablet Klorfeniramin Maleat

No Formula Kadar Zat Berkhasiat 1 2 Formula 1 Formula 2 100,47 ± 5,07 102,32 ± 5,49 Dari tabel di atas diketahui bahwa kadar klorfeniramin maleat dalam sediaan tablet klorfeniramin maleat memenuhi syarat yang tertera dalam farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 93,0 dan tidak lebih dari 107,0 . 4.5.7 Hasil Uji Disolusi 4.5.7.1 Hasil Penentuan Kurva Serapan dan Linieritas Kurva Kalibrasi Klorfeniramin Maleat BPFI dalam Larutan HCl 0,01 N Gambar 6. Kurva Serapan Klorfeniramin Maleat BPFI dengan Konsentrasi 14 mcgml dalam Larutan HCl 0,01 N Universitas Sumatera Utara Gambar 7. Data Panjang Gelombang Maksimum dan Absorbansi Klorfeniramin Maleat dalam Larutan HCl 0,01 N pada C= 14 mcgml Gambar 8. Kurva Kalibrasi Klorfeniramin Maleat BPFI dalam Larutan HCl 0,01 N pada Panjang Gelombang 263 nm Uji disolusi dari ke-2 formula tablet klorfeniramin maleat dilakukan pada menit ke-5, 10, 15, 20, 25, dan 30. Uji disolusi menggunakan alat disolusi model dayung sesuai dengan yang tertera pada USP tahun 2007 dan sebagai media disolusi digunakan HCl 0,01 N dengan volume 500 ml. Hasil uji disolusi dapat dilihat pada Tabel 12. Universitas Sumatera Utara Tabel 12. Data Uji Disolusi Tablet Klorfeniramin Maleat dalam Larutan HCl 0,01 N Waktu menit Jumlah Kumulatif yang Terlepas F1 F2 5 10 15 20 25 30 55,29 87,49 94,63 96,79 97,02 100,22 50,77 71,79 83,93 90,56 94,48 99,53 Menurut United States Pharmacopeia 2007, disebutkan bahwa uji disolusi tablet klorfeniramin maleat dilakukan dengan menggunakan metode dayung tipe 2 50 rpm, medium HCl 0,01 N, dan dalam waktu 30 menit, klorfeniramin maleat yang terlarut tidak kurang dari 80 Q C 16 H 19 ClN 2 .C 4 H 4 O 4 dari jumlah yang tertera pada etiket. Persyaratan dipenuhi jika tahap S1, dilakukan uji pada 6 tablet dan tiap unit sediaan tidak kurang dari Q+5 berarti 85. Jika dilihat dari kecepatan melarutnya, pencapaian Q + 5 yaitu 80 + 5 dari tablet klorfeniramin maleat CTM dari kedua formula tersebut berbeda. Tablet CTM formula 1 pada menit ke-10, sedangkan tablet CTM formula 2 pada menit ke-20. Universitas Sumatera Utara Gambar 9. Persen Kumulatif Hasil Uji Disolusi Tablet Klorfeniramin Maleat Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa pada menit ke-30, jumlah zat yang terlepas dari formula 1 dan 2 sudah mencapai 85 . Hal ini sesuai dengan syarat yang terdapat dalam USP tahun 2007 bahwa dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80 Q C 16 H 19 ClN 2 .C 4 H 4 O 4 dari jumlah yang tertera pada etiket. Dari gambar 9 juga dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan jumlah zat yang terlepas pada menit ke- 10 sampai 20 antara formula 1 dan formula 2. Hal ini menunjukkan bahwa selulosa mikrokristal dari nata de coco mempunyai pengaruh yang lebih baik dari pada avicel PH 102 terhadap disolusi tablet klorfeniramin maleat. Perbedaan jumlah zat yang terlepas pada menit ke- 10 sampai 20 disebabkan karena daya mengembang swelling selulosa mikrokristal dari nata de coco lebih besar daripada avicel PH 102. Daya pengembangan biasanya sebagai tanda dari kemampuan waktu hancur tablet yang dapat ditentukan Universitas Sumatera Utara dengan kemampuan menarik air, uji daya mengembang dan moisture sorption profile Ohwoavworhua dan Adelakun, 2005. Selain itu, juga dapat dapat disebabkan karena porositas tablet. Porositas tablet dapat mempengaruhi laju disolusi dimana porositas tablet dapat memperbaiki laju disolusi dengan cara memberi kemudahan pada pelarut berpenetrasi ke dalam pori-pori tablet Siregar dan Wikarsa 2010 Dari hasil analisis statistik menggunakan metode Independent T-Test diperoleh bahwa tidak ada perbedaan laju disolusi tablet klorfeniramin maleat formula 1 dengan bahan pengisi selulosa mikrokristal dari nata de coco dan formula 2 dengan bahan pengisi avicel PH 102 pada menit ke-5 sampai menit ke- 30. Uji statistik dilakukan menggunakan distribusi t. Distribusi t umumnya digunakan dalam analisis statistik ketika sampel berukuran kecil. Dalam uji statistik dipilih metode Independent T-Test karena terdapat dua sampel atau kelompok percobaan yang bebas dan tidak saling berhubungan. Dalam uji dua sampel terdapat dua hipotesis yang digunakan. Pertama, hipotesis nol H secara khusus menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara nilai rerata populasi. Kedua, hipotesis alternatif Ha atau H 1 menyatakan bahwa ada perbedaan antara kedua nilai rerata Jones, 2010. Menurut Jones 2010 salah satu prosedur statistik yang paling umum digunakan dalam ilmu farmasi adalah pemeriksaan perbedaan-perbedaan antara dua rangkaian data sampel, yaitu apakah dua populasi yang sifat-sifatnya ditentukan oleh statistik sampel berbeda satu sama lain atau tidak. Ada dua tipe rancangan percobaan dua sampel, bebas dan berpasangan. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN