8
2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional
Pada dasarnya pembangunan daerah adalah berkenaan dengan tingkat dan perubahan selama kurun waktu tertentu suatu set variabel-variabel, seperti
produksi, produk, angkatan kerja, rasio modal tenaga kerja, imbalan bagi faktor faktor returns dalam daerah dibatasi secara jelas. Laju pertubuhan dari daerah –
daerah biasanya diukur menurut output atau tingkat pendapatan adalah sangat berbeda-beda, dan beberapa daerah mengalami kemunduran jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi regional adalah produk dari banyak faktor, sebagian bersifat intern dan sebagian lainnya bersifat ekstern dan sosio politik.
Faktor-faktor yang berasal dari daerah itu sendiri intern meliputi distribusi faktor produksi, seperti tanah, tenaga kerja, modal sedangkan salah satu penentu ekstern
yang paling penting adalah tingkat permintaan dari daerah-daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh daerah tersebut.
Pola pertumbuhan ekonomi rasional tidak sama dengan apa yang lazim ditemukan pada pertumbuhan ekonomi nasioanl. Hal ini pada dasarnya
disebabkan pada analisa pertumbuhan ekonomi regional lebih dipusatkan pada pengaruh perbedaan karakteristik space terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun
demikian, kedua kelompok ilmu ini juga memiliki cirri-ciri yang sama, yaitu memberikan penekanan pada unsur waktu yang merupakan faktor penting dalam
analisa pertumbuhan ekonomi. Pada teori pertumbuhan ekonomi nasional faktor-faktor yang sangat
penting diperhatikan adalah modal, lapangan pekerjaan, dan kemajuan teknologi yang bias muncul dalam berbagai bentuk. Sedangkan pada teori pertumbuhan
9 ekonomi regionalfaktor-faktor yang mendapat perhatian utama adalah keuntungan
lokasi, aglomerasi, migrasi, dan arus lalu lintas modal antar wilayah. Teori pertumbuhan ekonomi regional dapat dibagi atas empat kelompok
besar, yaitu : 1.
Kelompok pertama dinamakan sebagai Export Base Models yang dipelopori oleh Douglas C. North 1955 dan kemudian dikembangkan Tiebout 1956.
Kelompok ini mendasarkan pandangannya dari sudut teori lokasi, yang berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan lebih banyak
ditentukan oleh jenis keuntungan lokasi dan dapat digunakan sebagai kekuatan ekspor. Keuntungan lokasi tersebut umumnya berbeda-beda setiap region dan
hal ini bergantung pada keadaan geografis daerah setempat. Pertumbuhan suatu daerah ditentukan oleh eksploitasi kemanfaatan alamiah
dan pertumbuhan basis ekspor daerah yang bersangkutan yang dipengaruhi oleh tingkat permintaan ekstern daerah lain. Pendapatan yang diperoleh dari
penjualan ekspor akan mengakibatkan berkembangnya kegiatan – kegiatan penduduk setempat, perpindahan modal dan tenaga kerja, keuntungan –
keuntungan eksternal dan pertumbuhan suatu region strategi pembangunan harus disesuaikan dengan keuntungan lokasi yang dimilikinya dan tidak harus
sama dengan strategi pembangunan pada tingkat nasional. 2.
Kelompok kedua lebih banyak berorientasi pada kerangka pemikiran Neo Klasik, yang dipelopori oleh Borts Stein 1964, yang kemudian dikembangkan
lebih lanjut oleh Roman 1965 dan Siebert 1969.
10 Kelompok ini mendasarkan analisanya pada peralatan fungsi produksi. Unsur-
unsur yang menentukan pertumbuhan ekonomi regional adalah modal dan tenaga kerja. Adapun kekhususan teori ini adalah dibahasnya teori secara
mendalam pengaruh perpindahan penduduk dan lalu lintas modal terhadap pertumbuhan ekonomi regional.
Suatu kesimpulan yang menarik dari model Neo Klasik adalah bahwa terdapat hubungan antara tingkat pertumbuhan suatu negara dengan perbedaan
kemakmuran daerah pada suatu negara yang bersangkutan. Pada saat proses pembangunan baru dimulai pada negara sedang berkembang, tingkat
perbedaan kemakmuran antar wilayah cenderung menjadi tinggi, sedangkan bila proses pembangunan telah berjalan dalam waktu yang cenderung menurun.
Hal ini disebabkan pada negara sedang berkembang lalu lintas keseimbangan pertumbuhan belum dapat terjadi. Masih belum lancarnya fasilitas
pembangunan dan komunikasi serta kuatnya tradisi yang menghalangi mobilitas penduduk biasanya merupakan faktor utama yang menyebabkan
belum lancarnya arus perpindahan orang dan modal antar daerah. Sedangkan pada negara-negara yang telah maju proses penyesuaian tersebut dapat terjadi
dengan lancar karena telah sempurnanya fasilitas perhubungan dan komunikasi.
3. Kelompok ketiga menggunakan jalur pemikiran Keynes dan dinamakan
sebagai Cumulative Causation Models. Teori ini dipelopori oleh Myrdal 1975 dan kemudian diformulasikan oleh Kaldor.
11 Teori ini berpendapat bahwa peningkatan pemerataan pembangunan antar
daerah tidak hanya diserahkan pada kekuatan pasar market mechanism, tetapi perlu adanya campur tangan pemerintah dalam bentuk program pembangunan
wilayah terutama untuk daerah yang relatif masih terbelakang. 4.
Kelompok keempat dinamakan sebagai Core Poriphery Models yang mula- mula dikemukakan oleh Friedman 1966.
Teori ini menekankan analisanya pada hubungan yang erat dan saling mempengaruhi antara pembangunan kota dan desa. Menurut teori ini, gerak
langkah pembangunan daerah perkotaan akan lebih banyak ditentukan oleh keadaan desa-desa sekitarnya. Sebaliknya, corak pembangunan daerah
pedesaan tersebut juga ditentukan oleh arah pembangunan perkotaan. Dengan demikian aspek interaksi antar daerah sangat ditonjolkan.
2.3 Pengertian Pendapatan